56. Farewell

96 16 0
                                    

✧✧_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_🥀🥀_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_✧✧


Suara Scorpius penuh tuntutan dan emosi tertahan. Rautnya mengeras. Melihat Rose yang hanya menatap nanar.

"Katakan siapa yang memberikan gelang itu? Yang kau bilang sangat penting untukmu."

" ...lepas." Dengan suara yang payah, Rose mencoba melepaskan diri.

Tak dibiarkan. Scorpius semakin menarik gadis itu mendekat. Sudah terlalu menumpuk pertanyaan yang ia tahan sejak melihat kertas itu beberapa hari lalu.

Tak tergambarkan bagaimana kebingungannya kala itu. Dia bahkan harus berulang kali memastikan. Itu goresannya. Sentuhannya. Sketsa gelang milik Rose Weasley dan wajah gadis itu di balik sisi.

Kapan? Bagaimana bisa? Mengapa dia tak ingat?!

Setelah bergelut dalam berbagai praduga, Scorpius tiba pada satu kesimpulan. Yang tak berani ia suarakan sendiri. Karenanya, dia butuh yang bersangkutan untuk mengonfirmasi.

Jadi, dia tak akan melepaskan Rose, sampai gadis itu mengatakan langsung 'apa dan bagaimana' sebenarnya hubungan mereka dulu.

"Weas ..." Scorpius tak menuntaskan panggilannya.

Sedang Rose yang tak ingin memperlihatkan wajah, memaku tatapan pada cengkraman Scorpius. Menunggu kelonggaran yang mungkin bisa dimanfaatkan.

" ... Rose."

Detik setelah panggilan itu terucap, tubuh Rose menegang. Kata itu berulang untuk kali kedua. Memaksa Rose mengakui jika namanya memang disebut. Lalu dengan sangat pelan-- seolah takut urat lehernya tersakiti--Rose menaikan pandang.

Jantung Scorpius serasa dicubit, mendapati bola mata gadis itu tergenang. Menggugah hasrat untuk menutup sepasang kelopaknya dengan ciuman. Menghalau air mata yang akan tumpah. Namun, sebelum kejelasan didapat, dia harus mengaburkan romansa simpatinya sekarang.

"Katakan. Jelaskan padaku." Berusaha dengan nada yang lebih membujuk.

Rose akhirnya menutup mata erat. Membiarkan air yang tergenang meluncur di pipi bersemunya. Semua begitu tiba-tiba. Tanpa aba-aba.

Tak pernah terpikir, kebenaran akan diketahui dengan cara seperti ini. Benaknya semrawut. Ada banyak yang ingin ia suarakan, tetapi tak tahu mana yang harus didahulukan. Juga tak yakin apa dia bisa menjelaskan.

Setelah ekspresi yang ia tunjukkan, mustahil memungkiri jika mereka tak ada apa-apa. Scorpius bukan orang tolol. Rose sendiri lelah mencari alasan.

Dia jadi ingat ucapan Quinn.
Mungkin ini takdir juga kesempatan. Membuang Scorpius dengan jujur.

Kata-kata sulit baginya sekarang. Namun, ia terpikir satu cara.

Rose membuka mata. Cengkraman Scorpius semakin menguat. Mungkin laki-laki ini tegang menunggu apa yang akan terucap dari mulutnya.

"Malfoy ..." Berdehem untuk memperbaiki suara tercekatnya. Kemudian dengan tatapan penuh kesungguhan kembali berucap, "Gunakan legilimency padaku."

Tatapan Scorpius berubah dari bertanya menjadi tak percaya. Alisnya terangkat dengan bola mata melebar. Apa dia tak salah dengar?

"Kau tak salah dengar." Seolah mengerti apa yang Scorpius pikirkan, Rose kembali meyakinkan. "Aku tahu kau menguasai legilimency berikut occlumency."

"Apa?! Ba-bag--"

"Lakukan jika kau ingin jawaban."

"Jangan gila! Kau tahu, kau akan kesakitan."

Scorpius memang tak bisa lagi membendung keingintahuannya. Tetapi bukan berarti harus mengetahui dengan cara seperti ini.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang