55. Piece of Truth

95 12 1
                                    

✧✧_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_🍀🍀_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_✧✧

Bagaimana pun, Scorpius tak bisa serta merta melakukan apa yang diminta Albus. Well, memang pada mulanya sejak mengetahui hubungan Rose Weasley dengan Evan Kim, dia berniat menarik diri. Demi pride-nya.

Ia mulai mengubur ketertarikan dan rasa penasaran terhadap Weasley. Di pesta-pesta natal,  secara sengaja menebar jaring pesona. Menjerat siapa saja yang tampak menarik. Berakhir dilihat sebagai peluang bagi para bangsawan untuk mengikat hubungan.

Keluarga Dame mungkin paling dekat dengan tujuan. Teknisnya, belum ada pengumuman resmi. Namun, kabar kedekatan kedua keluarga, santer terdengar di kalangan mereka. Terlebih pasca makan malam bersama di The Valleiu dengan membawa anak masing-masing. Gosip pertunangan Scorpius dan Alexis Dame menyebar cepat.

Saat itu Scorpius tidak begitu ambil pusing. Terserah saja mau dipercaya seperti apa. Toh, adik tingkatnya itu tidak buruk juga. Selain itu, dia tak ingin tampak menyedihkan hanya karena telah ditolak seorang gadis. Intinya, yang dilakukannya sekarang adalah feeding his ego.

Awalnya berhasil --atau ia pikir berhasil. Beberapa bulan nama Rose Weasley dan sosoknya tak lagi berkelebat dalam benak. Seolah membenarkan asumsi yang beredar, dia dan Alexis Dame terlihat bersama di beberapa kesempatan. Ada bagian dirinya ingin agar kabar ini sampai pada Weasley. Untuk menunjukkan jika gadis itu bukan lagi apa-apa.

Meski akhirnya ia gondok sendiri , karena gadis itu tak tampak peduli. Atau pun sedikit terusik. Respon yang ia harapkan malah datang dari orang yang tidak ia harapkan. Albus. Sobatnya itu entah kenapa menjadi sedikit sensi dengan gosip pertunangannya.

Kiat-kiat untuk menyingkirkan bayangan Weasley jadi tak berarti begitu melihat senyum gadis itu di kelas pertahanan ilmu hitam. Untuk beberapa saat Scorpius tak mampu berpaling. Ada sentilan rasa rindu yang janggal.

Aneh. Dari semua pertemuan mereka, Scorpius tak pernah sekalipun melihat ekspresi semacam itu pada diri Rose Weasley. Lalu, bagaimana bisa-- merasa rindu pada sesuatu yang belum pernah dilihat?

Maka karena itu, pada pertemuan tak sengaja di menara astronomi, Scorpius tak lagi menampik perasaan senangnya. Menikmati debaran jantung yang berdetak riang. Lalu, ketika gadis itu bersikap aneh dia benar-benar khawatir dan langsung mencegah begitu Weasley berniat pergi.

Beruntung ada topik yang bisa dibicarakan. Meski penasaran, tapi dia tak akan bertanya perihal keanehan Rose sesaat ketika baru masuk. Firasatnya mengatakan, menggali hal tersebut bukan pilihan baik. Berkat itu ikatan baru terbentuk. Setidaknya ketegangan di antara mereka sedikit lebur.

Weasley tak lagi menghindari kontak dengannya. Meski batas yang dia tetapkan juga tegas dan jelas. Mereka hanya saling mengangguk atau mengedik ketika bertemu pandang. Ketika berpapasan di perpustakaan, akan ada basa basi sejenak.
Kadang durasi percakapan mereka bisa lumayan jika membicarakan soal NEWT atau perkembangan eksperimennya. Atau tentang isu-isu terkini. Dibanding teman, Rose Weasley lebih terasa seperti kolega. Well, apa pun itu masih lebih baik dari pada harus saling menghindar dengan menyimpan perasaan tak nyaman satu sama lain.

****

Kata exhausting pada NEWT bukan judul kosong belaka. Ujian ini benar-benar memeras energi, menekan mental. Nilai yang ketat, tingkat kesulitan yang tinggi, materi tak terkira hingga tidak tahu pasti apa yang akan keluar.

Beberapa lega. Beberapa menangis kecewa. NEWT sudah berlalu. Apa pun hasilnya, hanya bisa menerima. Scorpius sendiri cukup puas dengan hasilnya.

Masa bakti sebagai ketua murid juga sudah selesai. Tugas terakhir tinggal memberi pidato perpisahan. Bergiliran dengan Rose Weasley, yang berpidato sebagai peraih nilai tertinggi NEWT.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang