9. After Quarrel

220 24 4
                                    

(⁠≧ ̄ ̄ ̄ ̄。⁠◕▽◕⁠。 ̄ ̄ ̄≦⁠)

Mundur beberapa hari pasca insiden Rose-Scorpious, Scorpius-Albus

Aula besar di pagi hari.

Rutinitas Hogwarts berjalan normal. Di sela waktu sarapan, burung-burung hantu keluar masuk sambil menjatuhkan surat atau bingkisan pada tuan masing-masing. Rose mendapat dua surat, dari ayah dan ibunya. Dia membuka surat dari ayahnya, karena di luar amplop sudah tertulis 'Buka punya Dad, first.'

Dear my Rose.

Dad sehat dan masih cool seperti biasa, terima kasih sudah bertanya.

Rose terkekeh sebentar.

Kau sendiri baik kan honey? Oh ya, soal kau yang menolak jabatan prefek dan memilih belajar pengobatan di Hospital wing, Dad sih okey saja. Dad  tahu kau bisa menjalani pilihanmu dengan penuh tanggung jawab. Mungkin akan ada saat kau terpuruk. Tapi jika masa itu datang, Dad juga Mom pasti akan memelukmu dan mendorongmu bangkit. So just do what you want to do, selama itu positif. Lalu ... baca surat Mom nanti saat kau senggang. Dia tak menulis surat tapi easy. Well, sebagai bocoran sebenarnya Mom masih kecewa dengan keputusanmu. Jadi persiapkan dirimu sayang.

Rose mengernyit sebentar dan meremas pelan surat ibunya. Damn. Berapa lembar sebenarnya perkamen yang dihabiskan ibunya? Ia mendengkus tak habis pikir.

PS. : Jangan ikut-ikut Albus berteman dengan Malfoy JR, meski kau dan Albus sangat dekat.

With full of love. Your greatest Daddy.

Rose menelan ludah membaca barisan terakhir. Well, sebenarnya sejak pertengkaran terakhirnya dengan Malfoy, Rose mati-matian menghapus keberadaan Malfoy dari pandanganya.

Saat di aula besar, Rose memilih duduk membelakangi meja Slytherin. Jika pelajaran mereka sama, Rose berusaha tidak membuat kontak apa pun dengan Malfoy. Segala macam informasi mengenai orang itu yang tidak sengaja terdengar, langsung dipentalkan mentah-mentah. Entah beruntung atau apa, sejak itu Malfoy juga tidak lagi mencari masalah.

"Rose." Suara Lily menarik Rose dari renungannya.

"Hem?" Rose melipat kembali suratnya dan memasukkannya ke tas bersama surat satunya.

"Kau sudah dengar soal Malfoy?"

Ugh. Rose meremas mata. "Stop!" cegahnya mengangkat sebelah tangan. "Jangan bicarakan nama itu lagi!"

"Tsk. Dengar dulu dong!"

Rose langsung menutup kupingnya rapat, saat Lily masih ingin membicarakan M... itu. Lily tidak menyerah. Dengan cukup tenaga, diturunkanya paksa tangan Rose dan langsung bicara tepat di kuping Rose.

"Kalau begitu soal Albus!"

Mendengar nama Albus baru Rose menurunkan kedua tangannya.

"Albus?" ulangnya dengan satu alis naik. Lily mengangguk.

"Kenapa Albus?"

"Aku dengar rumor, Albus memukul Scorpius Malfoy, dan sekarang mereka kembali jadi musuh," jelas Lily sambil berbisik.

"Hah?" Rose menatap tak percaya. "Serius?"

Lily hanya mengangkat bahu. Rasanya Rose ingin sekali melihat ke arah meja Slytherin, tapi ...

"Kurasa itu benar," sahut James yang tahu-tahu masuk ke pembicaraan.

Ternyata bisikan Lily cukup jelas untuk didengar James yang duduk di sebelah kirinya. Baik Rose maupun Lily menatap James dengan wajah penasaran.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang