58. Draco's POV

145 18 3
                                    

(⁠ʘ_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_🍀🍀_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_ʘ)

Kesan pertama Rose tentang Draco Malfoy adalah pria dewasa berkharisma yang membuatnya merasa sungkan, sedikit terintimidasi. Juga kagum akan visualnya.

Lalu semua perasaan itu buyar dipertemuan kedua sekaligus perbincangan pertama mereka. Jika diingat, waktu itu Mr. Malfoy belum selesai bercerita tetapi Rose terlanjur terperangah hingga mual. Tiba-tiba saja ia merinding dan jijik.

Dirinya yang berusia 18 tahun adalah bocah yang hanya melihat hitam dan putih. Seiring waktu. Bertambah usia, pengalaman. Bertemu banyak orang. Berbagi banyak sudut pandang. Ia berusaha tak lagi mudah menghakimi. Sering kali, tak ada hal yang benar-benar salah atau benar-benar benar.

Kini, penilaiannya kembali berubah. Pria baya dengan kepekaan tinggi. Sangat toleran dan perhatian. Hal ini menggelitik nurani Rose. Orang seperti apa sebenarnya Draco Malfoy? Dia ingin memahaminya. Ingin mengetahui sudut pandangnya, dulu dan sekarang.

Bagaimanapun selalu ada ganjalan yang tak bisa Rose singkirkan jika mengingat masa lalu. Mungkin karena yang dilakukannya dulu adalah melarikan diri bukan membuat penyelesaian.

Beberapa lama Draco membisu. Tak menduga akan pertanyaan yang diajukan. Jujur saja, ia tak punya kesiapan untuk topik ini.

"Kenapa tiba-tiba kau menanyakan hal itu, Nona?"

"Anda keberatan?"

"Kau tidak? Mungkin saja kau tak akan tahan mendengar sampai akhir. Aku khawatir kau akan ..."

Meski kalimat itu tidak selesai, tetapi Rose mengerti arahnya.

"Kali ini saya akan mendengar. Sebanyak yang ingin anda ungkapkan."

"Katakan Miss Weasley. Kenapa sekarang kau ingin tahu. Kupikir ini sudah tak relevan dengan keadaan sekarang."

Menurut Draco, Rose yang tampak melangkah ke depan dengan cemerlang tidak seharusnya kembali mengulik masa lalu. Tak ada manfaat baginya.

"Saya ..." Telunjuk dan ibu jari Rose mengusap kaki gelas. " ...ingin memahami semuanya."
Ia harap jawaban ini cukup.

Licik, culas, egois, jahat, memanfaatkan apapun untuk yang diinginkan. Itu gambaran ayahnya tentang Malfoy. Namun, sampai sekarang Rose tak menemukan semua itu pada Draco maupun Scorpius secara langsung.

"...baiklah." Draco memutuskan memenuhi keingintahuan lawan bicaranya. Meski masih ada rasa gamang.
Diisinya kembali gelas yang kosong untuk sekian kali. "Sebelumnya ada yang ingin kuberitahu."

Rose memberikan gestur menyilakan.

Setelah menyesap seteguk, Draco mulai bercerita.

"Ada sebuah kutukan di keluarga Malfoy. Konon kutukan ini diberikan oleh seorang penyihir wanita yang sakit hati pada leluhurku. 'Malfoy hanya akan mempunyai satu keturunan laki-laki di tiap generasi. Setiap laki-laki Malfoy jatuh cinta, maka itu satu untuk selamanya. Tak peduli terbalas atau tidak."

Draco berhenti untuk mengamati reaksi Rose. Lalu terkikih singkat. "Ridiculous, right?"

Rose mengerjap dan mengatur ekspresi. Tangannya melambai- lambai panik. "Ti-tidak. Maafkan saya, telah bersikap tidak sopan."

"Tenang saja. Ekspresiku sama sepertimu ketika diberitahu. Kurasa seluruh Malfoy juga demikian. Well, aku bahkan meragukan adanya kutukan itu. Jujur saja itu bukan kutukan yang buruk. Pewaris laki-laki adalah hal yang selalu didambakan oleh orang-orang konservatif. Dan soal mencintai seorang untuk selamanya juga tidak bisa dianggap kutukan."

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang