21. Chance

251 24 2
                                    


"Bisakah kau berhenti menatapnya!" Quinn menyentak pisau yang ia gunakan untuk memotong akar papermint di kelas ramuan. Berpasangan dengan Scorpius, mereka diminta membuat ramuan Euphoria.

Sudah kali kesekian ia memergoki Scorpius menatap gadis yang sejujurnya tak ingin Quinn sebut namanya. Rose- si jalang- Weasley. Tak hanya sekarang, tapi di berbagai kesempatan. Ini bukan lagi sekedar paranoid.

"Apa maksudmu?" tanya Scorpius tak benar-benar ingin tahu. Tetap mengaduk kuali berlawanan jarum jam.

"Jangan sok bego! Kau pikir aku buta? Akhir-akhir ini kau sering melihat si jalang itu!" Quinn menatap sengit, gadis Gryfindoor paling dibencinya yang berjarak 3 kuali di depan. Si objek tak sadar karena terlalu fokus dengan kualinya sendiri.

"Aku tak mengerti ocehanmu. Jadi berhentilah dan masukan kulit kadal itu!" perintah Scorpius kalem.

"Scorp! Kau sungguh akan menyangkal?"

"Quinn dengar. Jika kau tak serius, tinggalkan kuali ini! Jangan sampai nilaiku kacau karena bualan tak pentingmu!" desis Scorpius mengancam.

"Bualan?!" Quinn mendengkus. "Kau bahkan memelototinya sepanjang pesta kemarin. Katakan kau tak tertarik padanya!" Meski raut Quinn menantang, tapi dalam hati dia berharap Scorpius akan menyangkal.

Sejak kembali dari Hospital Wing, dia sudah merasa ada yang aneh dengan cara Scorpius menatap si jalang Weasley. Dulu tatapan Scorpius selalu merendahkan, meremehkan, muak. Tapi sekarang, tatapan Scorpius melembut. Bagaimana dia bisa terima?

Gantian Scorpius yang mendengkus. Berhenti mengaduk kuali, lalu menambahkan sendiri kulit kadalnya.

"Scorpius ...!" geram Quinn tertahan. Beberapa anak di sekitar mereka mulai menaruh atensi.

Scorpius menatap Quinn dingin, "Sejujurnya itu bukan urusanmu. Dan jangan lancang memerintahku. Mengerti?"

Quinn bereskpresi tak percaya. Scorpius tak pernah tampak sedingin ini padanya. Menyembunyikan getaran ketakutan, Quinn kembali menantang Scorpius. "Aku akan memberi pelajaran pada cewek norak itu."

Mendengar itu, Scorpius makin menatap Quinn bengis. "Coba saja. Dan kita lihat apa yang akan kulakukan padamu?"

Quinn mundur selangkah. Dia tak bisa lebih terpukul lagi. Scorpius serius. Tak ada keraguan di tiap ucapannya.

Kenapa? Kenapa Scorpius harus sejauh ini? Apa perasaannya selama ini tak pernah sampai? Apa Scorpius hanya menganggapnya sama seperti gadis-gadis lain?

Sungguh, ia sangat menyukai Scorpius. Terlepas dari latar belakang, fisik, atau pesonanya sebagai Malfoy. Selama ini Quinn tak ambil pusing dengan tingkah Scorpius dan jalang-jalangnya. Karena Scorpius hanya menganggap cewek-cewek itu seperti kudapan ringan. Tak ada perasaan. Sedang posisinya sebagai teman sedari kecil yang lengket, membuatnya merasa di tingkatkan berbeda. Dan sekarang ...? Dia jatuh pada seorang Weasley?!

Keterlaluan!

Tapi Quinn tak akan menangis. Sepedih apa pun, sepilu apa pun, dia tak akan menunjukkan sisi lemahnya. Biar bagaimana, harga dirinya cukup tinggi, untuk dilukai hanya karena seorang Weasley.

Menarik tongkat, Quinn membuat kuali berisi cairan hijau pekat yang sebentar lagi jadi, menguap. Scorpius tercengang melihat kuali yang mendadak melompong. Belum habis rasa kagetnya, kuali kosong itu menggelindingkan jatuh dengan satu kibasan tangan Quinn.

Suara prang bergema di kelas ramuan yang suram. Atensi semua orang, menatap ke tempat kejadian. Quinn tampak tak peduli dengan rasa terkejut dan penasaran teman-temannya. Ataupun dengan tatapan penuh amarah Scorpius. Melenggang, seolah itu bukan hal penting.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang