57. Time Flies

185 21 5
                                    

(⁠•✧_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_☆☆_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_✧•)

Rose berdiri menatap bangunan dua lantai dengan pandangan puas dan haru. Setelah hampir menguras tabungan yang susah payah dikumpulkan selama 10 tahun, akhirnya dia berhasil membeli bangunan yang diinginkan. Beserta ini itu yang diperlukan.

Dua tahun setelah kelulusan, ia menjadi asisten Healer Carlqiona. Kemudian mengikuti ujian sertifikasi. Berhasil dalam sekali coba. Sempat magang di St. Mungo lantai tiga. Ketika ada program rekrutmen tenaga medis dari kementrian untuk menjadi relawan di daerah rawan konflik, Rose pun mendaftar. Beberapa kali di dalam negeri, beberapa kali di luar.

Hingga akhirnya, menjawab kekhawatiran orangtuanya-- terutama sang ayah, Rose memutuskan berhenti bertualang dan kembali ke untuk menetap. Menolak segala proposal rekrutmen dari berbagai rumah sakit yang menginginkan keahliannya. Memilih mandiri dan bekerja dengan menjaga idealisme.

Pilihannya jatuh pada satu tempat terpencil di bagian East-end. Wilayah bagian dengan fasilitas publik kurang memadai. Tak peduli sebijaksana apa Mentri sihir yang menjabat, masalah pemerataan tetap bukan hal mudah.

"Kerja bagus, sweetheart. Selamat."

Sentuhan lembut di bahu menyentak lamunan Rose. Dia menengadah pada pria paruh baya yang tersenyum bangga padanya.

"Thanks, Dad." Tersenyum dan membalas rangkulan ayahnya. "Terima kasih juga sudah menjadi investor tetap," tambahnya bernada gurau.

Awalnya Ron bersikeras membelikan gedung ini. Namun, putrinya juga bersikeras menolak karena ingin merencanakan semua sendiri. Kompromi dilakukan. Rose membeli sendiri gedungnya, dan Ron berinvestasi untuk ke depannya.

"Hei, yang punya acara!" Dari pintu gedung, Albus memanggil. Wajahnya tak tampak menua meski ia menumbuhkan kumis dan sedikit berewok. Padahal ia sengaja, biar sosoknya lebih terlihat seperti pria dewasa yang matang.
"Persiapan sudah beres. Ayo mulai." Kepalanya mengedik ke arah dalam ruang.

Hari ini Rose mengadakan pesta pembukaan kecil untuk kliniknya. Tapi dia dilarang bantu-bantu dan hanya diminta menunggu, untuk memotong pita.

Selain keluarga dan kerabat dekat, Rose hanya mengundang Mackenzie, dua kolega yang akan membantu kliniknya dan Evan Kim. Sayangnya, Kim belum bisa bergabung karena punya urusan.

Acara berlangsung cukup meriah. Rose menerima banyak ucapan selamat, doa, dan bingkisan. Di tengah-tengah waktu dibawanya beberapa bingkisan ke ruang yang akan menjadi tempat kerjanya.

Saat sedang menata, terdengar suara ketukan pada pintu yang terbuka.

"Paman?"

"Hei. Maaf terlambat."

Harry Potter melepas fedoranya dan menyugar rambut. Memperbaiki letak kacamata yang sedikit miring. Lanjut menjentikkan tongkat di telapak tangan. Sebuah pot kecil berisi peace lily.

"Selamat untuk kesuksesan keponakanku yang paling membanggakan."

Rose segera menerima, menaruh di atas meja, lalu memeluk pamannya erat. "Kesusksesan apa? Aku bahkan belum mulai."

"Tenang saja, kalau kau pasti sukses." Ditepuknya kedua bahu Rose.

"Terima kasih. Terima kasih juga menyempatkan datang ke sini. Padahal pasti Paman sibuk sekali. Oh, ya. Sudah makan?"

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang