44. What was, what will

182 28 7
                                    


Aku ... jatuh cinta. Pada Hermione. Ibumu.

Reaksi pertama Rose, mengerjap.

Ibumu. Hermione.

Kembali mengerjap. Berulang. Begitu juga dengan pernyataan yang barusan terdengar. Dalam benak, seolah ada tombol repeat yang tertekan.

Draco membiarkan keheningan berlangsung. Memberi waktu, untuk Rose mencerna.

"Pada ... Mom?"

"Bagaimana menurutmu, Rose? Meski tahu mereka kekasih. Meski telah diberikan banyak pertolongan dan dukungan. Dengan tak tahu malunya aku malah menaruh hati pada seseorang yang tak seharusnya. Tak tahu diri? Tak tahu malu?" Draco menarik senyum tanpa arti sembari menelengkan kepala ke satu sisi.  "Kusetujui semuanya."

"Lalu kenapa?" Rose masih tak mengerti. Maksudnya, ia mengerti jika hubungan pertemanan mereka akan goyah karena hal itu. Hanya saja, yang ia tak paham, kenapa sampai membuat membuat ayahnya sebegitu benci. Atlet ternama Viktor Krum yang masih menjomlo juga kerap menggoda ibunya. Ayahnya memang kesal. Sebal juga dongkol. Tapi benci? Sama sekali tak terlihat begitu. Apalagi dalam kasus Mr. Malfoy, mereka sudah sama-sama berkeluarga. Apakah ada sesuatu yang lain?

Bibir Draco mengeluarkan dengkusan tawa sekilas. Jika hanya diceritakan seperti itu, tentu seakan bukan masalah besar.

"Kau tahu? Hal bagus dari ambisius adalah tekad yang kuat, tak menyerah sampai keinginan tercapai. Tapi, ambisi seorang Malfoy mampu mendobrak batas yang seharusnya tidak dilewati."

"Apa maksud anda?"

"Segala hal mengenai orang tuamu adalah yang pertama bagiku. Teman, cinta. Dan entah bagaimana, eksistensi Hermione menarik atensiku. Kecemerlangan, kekuatan, senyum, rambut, bahkan tingkah bossy-nya." Ada sinar kekaguman dan rasa rindu yang terpancar dari iris abu kehijauan pria itu.  "Egoku mengatakan kami punya banyak kemiripan. Terlepas dari status dan latar belakang. Terutama tentang trauma."

Ros setia mendengar, meski ia mengernyit mendengar kata trauma.

"Banyak hal terjadi saat itu. Tapi intinya, kesombongan dan egoku membuatku berpikir jika aku lebih pantas untuk Hermione. Jika aku lebih bisa membahagiakannya dibanding Ron Weasley. Dan itu mendorongku untuk mengambil peran ayahmu ..." Draco mengehentikan ucapannya. Air mukanya nampak kian keruh. Keheningan sesaat terasa ganjil. Seakan suhu udara menurun. " ...dengan berbagai cara."

Kata-kata yang terdengar samar, tetapi entah kenapa membuat Rose meremang. Untuk suatu alasan yang ia sendiri tak tahu, Rose takut mendengar kelanjutan kisah ini.

Namun,–"A-apa yang ..."Rose hampir tersedak liur, "anda lakukan...?" 

Draco Malfoy menyorot lurus, lekat. Layaknya sniper yang sudah mengunci target. Bersiap melepas bidikan.

Mungkin pria baya itu menyadari ketegangan yang menelan tamunya. Dikendurkannya urat laher dan menurunkan pandangan. Mencoba mengubah tone suaranya lebih lunak.

"Banyak." Draco  merunduk dan menautkan kedua tangan di antara kedua kakinya yang terbuka. "Banyak hal yang kulakukan untuk memasuki celah-celah hubungan mereka. Berusaha selalu ada kala Hermione galau karena pertengkarannya dengan Weasley. Membangun kesan kalau aku sudah menjadi pribadi yang lebih baik. Menghujaninya dengan afeksi agar dia tahu ada pria yang lebih layak untuknya. Agar dia goyah dan beralih padaku."

Tusukan-tusukan gaib menghujam Rose melalui pernyataan-pernyataan Draco Malfoy. Ada rasa ngilu di sana sini, meski tak jelas dibagian mana. Raut tak nyamannya tergambar gamblang.

"Tapi ternyata itu semua tak cukup. Hermione tak melihatku seperti dia melihat Weasley. Hingga, akhirnya aku melakukan pilihan keji. Licik dan tak bermoral ..." Kesekian kali atmosfer kembali menegang.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang