25. Albus's Problem (Part 2)

214 21 3
                                    

Rose ...?

Scorpius menyadari keberadaannya. Rose terkesiap. Ia menggulirkan mata gugup dan berdehem canggung.

"Maaf."

Setelah mengucapkan itu Rose terburu berbalik.

Maaf? Untuk apa? Karena menginterupsi adegan sweet tadi. Sweet? Kenapa Rose bisa berpikir begitu? Dia bahkan tak benar-benar menyaksikan. Tapi sepotong adegan tadi terasa mengganjal di dada. Menyesakan. Menjengkelkan.

"Rose ...!" Entah sejak kapan Scorpius sudah meraih pergelangan tangannya.

"Oh, Malfoy," ucap Rose berusaha terdengar biasa. Napasnya agak tersengal karena aksi jalan cepatnya.

Sebelum, Rose sempat membebaskan tangan, Scorpius lebih dulu berucap, "Ada yang ingin kuberitahu."

"Apa ...?" Ada rasa was-was terselip dalam pertanyaannya. Adegan tadi sedikit banyak membuat Rose memikirkan hal-hal negatif. 'Apa Malfoy juga mengicar Mackenzie?, Apa pernyataan Malfoy di hutan itu suatu kebohongan? Apa memang Malfoy tetap seorang pemain?

"Ini soal Albus."

"Albus?" Mendengar topik itu, semua pikiran negatif tadi sirna.

'Rose, kau bego. Kan memang itu tujuanmu mencari Malfoy.' Rose mengumpati kebodohannya.

"Rose." Agak jauh di depan, Mackenzie ikut menyusul.

"Mack."

Rose menatatap lekat Mackenzie. Cewek itu terlihat tak secerah biasa. Auranya meredup. Wajahnya muram. Ada jejak tangis yang jelas.

Rose berganti menatap Scorpius yang ternyata juga menatapnya. Samar Scorpius mengangguk.

----

Semua kini jelas. Layaknya memasukkan karbon aktif dalam air keruh. Semua terjernihkan. Benang kusut terurai sempurna. Namun, yang tersisa tetap rasa tak percaya.

Albus sungguhan jatuh cinta pada Mackenzie. Tapi Mackenzie menolaknya. Tak menyerah, Albus gencar mencari celah agar dapat menaklukkan hati cewek itu. Kegigihan Albus berakhir dengan menemukan fakta, jika Mackenzie ternyata menyukai James.

Pertama kalinya Albus merasakan yang namanya patah hati. Terlebih itu karena kakaknya sendiri. Dia kesal mengatahui seberapa besar rasa suka cewek yang ia taksir pada James. Ia marah melihat cawek yang ia sukai terluka setiap saat melihat James bermesraan. Ia benci mendengar Mackenzie menangisi James diam-diam.

Albus tak pernah merasa seiri ini pada orang lain. Terlebih pada James. Sebelumnya Albus selalu puas dengan dirinya. Ia cukup bersenang-senang, menikmati hidup. Kali ini, karma seakan datang menertawakannya. Albus tak pernah tahu akan sepedih ini saat ia sungguhan jatuh cinta.

Berbekal rasa marah yang sudah menumpuk dan tak terbendung lagi, Albus melampiaskannya pada James. Dalam hal ini, James jelas innocent, karena dia sendiri tidak tahu sama sekali perihal perasaan Mackenzie.

"A-aku tak tahu Albus ternyata ... kenapa dia tak mengatakan apa pun padaku?" Rose mengusap wajah frustasi.

"Dia bilang kau selalu mengeluarkan aura tak ingin di dekati akhir-akhir ini. Jadi dia lebih memilih memendamnya sendiri." Scorpius memberikan jawaban tanpa diminta.

"Hah?" Rose menatap tak terima. "Kapan memangnya aku-"

Tunggu, Rose mencoba mengingat kapan terkahir kali ia dan Albus bicara.

Shit. Rose mengigit bibirnya kuat dan memukulkan kepalan tangan ke dahi. Sejak peristiwa di taman seusai pesta musim semi itu, Rose mati-matian menghindari Scorpius. Menutup segala celah agar ia tidak bertemu atau berurusan dengannya. Termasuk secara tak langsung ia juga menghindari Albus.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang