5. Incident

269 29 4
                                    

 (⁠ ⁠ꈍꈍꈍ_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_>⁠.⁠<_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_ꈍ ⁠ꈍꈍ)

Rose bergegas merapikan peralatan ramuan begitu pelajaran berakhir. Dia ingin cepat-cepat ke kantor Kepala Sekolah dan mendapatkan jawaban dari Professor Mcgonagall mengenai permintaannya tempo hari. Oh. Juga janjinya dengan Lily setelah ini.

"Hai Rose." Albus menepuk kepalanya pelan. Sekelas dengan Slytherin memang tak menyenangkan, tapi Albus, itu lain soal.

"Hai," balasnya singkat sambil menggulung beberapa perkamen.

"Kau buru-buru?"

"Yap." Memastikan semua barang sudah masuk tas, Rose memanggulnya, mengikat rambut cepat, dan memperbaiki sedikit seragam, baru menghadap Albus.

"Aku duluan. Later." Rose berniat pergi tapi Albus masih menahannya.

"Kau mau ke mana?"
Serius, Albus penasaran melihat Rose yang grasak-grusuk seperti itu.

"Ke ruang Kepala Sekolah." Jawaban yang sangat tidak memuaskan. Rose tahu Albus menuntut penjelasan lebih. Tapi dia benar-benar harus segera pergi. "Aku akan memberitahumu nanti. Oke?"

Lagi-lagi Scorpius tanpa sadar memperhatikan semua itu dari awal sampai akhir. Dan sialnya, rasa penasarannya cukup tergelitik melihat Rose Weasley terburu-buru. Tapi jangan harap dia akan mencari tahu lebih lanjut. Tidak! Rose Wesley bukan hal penting. Persetan dengan Rose Weasley. Scorpius mencoba mensugestikan kata-kata itu pada dirinya.

Pride, huh?!

***

Tiba di depan pintu ruang Kepala Sekolah Rose membisikan kata, Butterbear. Seketika pintu batu bergeser.

"Permisi Profesor," ucap Rose sambil berjalan masuk?

"Miss Weasley?" Terdengar suara Mcgonagall bergaung.

"Ya Profesor."

"Come in. Miss Weasley."

Tampak Profesor Mcgonagall tengah membaca suatu berkas. Ketika Rose sampai di depannya, dia menaruh berkas itu dan mempersilahkan Rose duduk.

"Mengenai permintaanmu untuk 'magang' di Hospital Wing .... " Mcgonagall memulai. Rose tampak antusias mendengar lanjutan kalimat Kepala sekolahnya.

"Apa kau sudah membicarakan dengan orang tuamu?"

"Ya Profesor. Mereka mengizinkan selama itu tidak mengganggu studi saya."

"Well. Fine. Dan apa itu tidak mengganggu studimu?"

"Sure. Belajar adalah naluri alami saya, Professor." Rose menjawab dengan sedikit candaan.

Itu membuat profesor Mcgonagall agak terkekeh. "Yeah. I admit it girl."

Sedikit berdehem Mcgonagall kembali bernada serius. "Masalahnya, tahun ini aku ingin kau masuk sebagai anggota prefek, sebenarnya?"

Mcgonagall berhenti sejenak untuk melihat reaksi Rose. Sesuai dugaannya. Rose nampak terkejut.

Ada dua alasan di balik keterkejutan itu. Pertama, ini baru tahun kelimanya, dan prefek umumnya diisi anak tahun ke 6 dan 7.

Kedua, setelah Rose sadar bahwa minatnya pada dunia healing sangat besar, dia sama sekali lupa bahwa jabatan prefek dan ketua murid di akhir tahun ada dalam perencanaan hidupnya. Bukannya sombong tapi Rose percaya diri dia punya kualifikasi untuk itu. Dan sekarang dia dalam dilema.

"Miss Weasley aku tahu kau terkejut, tapi ya itu benar. Dewan guru sepakat, menambah jumlah personel prefek, dinilai akan sangat membantu beban kerja Prefek dan efektif mengurangi jumlah pelanggaran murid. Selain itu bulan April nanti, kita akan mengadakan pesta peringatan kemenangan melawan Pengeran Kegelapan sekaligus mengenang Pahlawan Perang. Berkaca pengalaman yang lalu anggota prefek cukup kewalahan mengorganisir acara itu," jelas Mcgonagall panjang lebar.

Incurable DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang