PRINCE XAVERION 17

3.6K 235 7
                                    

👑 P a r t 1 7 👑

Gadis yang di bully itu terlihat panik saat melihat darah yang terus menetes membasahi lantai kantin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis yang di bully itu terlihat panik saat melihat darah yang terus menetes membasahi lantai kantin. Begitu juga dengan para siswa dan siswi lainnya.

"Segitu bangga nya lo abis ngelukai orang lain?" Tanya Xiera dengan nada santai seolah tak terjadi apapun padanya.

"Bangga? Belum. Gua belum merasa bangga dan puas kalau belum ngelihat lo mati di depan gua." Ujar Aristella

"Ada apa ini ramai-ramai?" Tanya pria berusia hampir 40 tahunan ketika memasuki kantin bersama dengan teman-temannya yang lain.

Baik Xiera, Aristella dan yang lainnya. Mereka menoleh ke arah sumber suara. Xiera terkejut melihat siapa yang datang.

Salah seorang pria berjalan mendekati Xiera dengan raut wajah khawatir.

"Hati-hati Ben ada pecahan beling!" Seru teman-teman pria itu.

"Kamu kenapa bisa luka kayak gini? Siapa yang ngelakuinnya?!" Tanya Ben berseru marah namun wajahnya terlihat khawatir.

"Rara gak papa." Jawab Xiera mencoba menenangkan Papa nya.

"Om. Seharusnya Om minggir. Ini urusan saya dengan dia. Om kalau jadi sugar daddy nya gak usah ikut campur." Ujar Aristella tak suka ketika Ben datang dengan khawatir pada Xiera.

"Mending lo bawa Rara ke Uks aja dulu Ben. Gua bakalan telpon Prince buat ke sini." Ujar Melvin pada Ben

Namun, belum sempat menelepon.

"Kenapa Paman ada di sini? Daddy juga?" Tanya Prince terkejut ketika melihat Daddy dan Pamannya ada di kantin sekolahnya.

"Kalau kamu gak bisa jaga anak Paman gak usah di pacarin!" Ujar Ben dengan kesal lalu berlalu ingin membawa Xiera ke Uks di temani oleh Diego.

"Kamu kenapa?" Tanya Prince dengan khawatir ketika melihat dahi Xiera yang berdarah. Prince mengetatkan rahangnya menahan marah. "Siapa yang sudah berani ngelukai Xiera?!"

Suara Prince terdengar menyeramkan di telinga para siswa/i bahkan Aristella sampai ketakutan mendengar suara Prince.

"Noh, tuh orang yang kek nya." Ujar Melvin sambil menunjuk Aristella.

"Paman. Paman bawa Xiera ke Uks sekarang. Nanti Prince nyusul. Daddy sama yang lainnya juga mending ke Uks sekarang." Usir Prince pada Daddy dan Pamannya.

Prince berjalan mendekati Aristella. Dapat terlihat pecahan beling dan juga darah berceceran di lantai.

Dengan santai Prince mencengkram kuat leher Aristella. "Gua udah berbaik hati cuma ngeskors lo. Dan sekarang lo malah ngelukai pacar gua?"

Prince semakin mengencangkan cengkramannya di leher Aristella. Bahkan, Aristella sudah tak bisa bernafas dengan baik.

"Prince udah woi. Bisa mati anak orang." Rey mencoba menyadarkan Prince yang sudah di selimuti amarah.

"Lepaskan dia Prince." Suara bariton itu masih tak membuat Prince melepaskan cengkramannya. Wajah Aristella sudah memerah bahkan sampai memutih karna cengkraman yang teramat kuat.

Tarikan tangan yang kuat membuat cengkraman Prince terlepas dan Aristella jatuh terduduk di atas lantai dengan meraup banyak udara sambil memegangi lehernya. Air mata membasahi wajah Aristella.

"Daddy gak pernah izini kamu buat bunuh orang."

Prince menatap Daddynya dengan marah. "Dia—

"Daddy tau." Alvariel memotong ucapan anaknya. Ia tau apa yang akan anaknya katakan. "Serahkan dia pada orang-orang Daddy. Biar mereka yang mengurusi gadis itu. Kamu ikut Daddy ke Uks buat lihat pacar kamu."

Alvariel membawa Prince ke Uks di ikuti oleh Inti ARGON Prince.

Prince memasuki Uks dengan wajah khawatir terlihat luka Xiera sudah di obati dan di beri perban.

"Kamu gak papa? Masih sakit?" Tanya Prince dengan khawatir menyentuh luka Xiera dengan pelan dan hati-hati.

Xiera menggelengkan kepalanya. "Aku gak papa kok. Luka nya gak sakit sama sekali.," jawab Xiera dengan tersenyum.

"Kenapa bisa di lempar pakek gelas?" Tanya Prince pada Xiera.

Wajah Xiera yang tadi biasa saja menjadi masam dan kesal. "Itu orang emang gak ada hati sama otak kali ya. Tiap hari kerjaannya ngebully anak orang mulu. Malakin anak orang. Nyakitin anak orang. Dia udah keterlaluan juga tadi. Udah tau tuh orang gak ada uang masih aja di palakin abis itu di dorong lagi sampai jatuh. Kayak gak ada harga diri aja jadinya orang yang dia bully."

Melihat wajah berapi-api Xiera membuat Ben dan teman-temannya tertegun. Mereka tak percaya kalau Xiera tumbuh dengan kuat dan berani. Awalnya mereka semua pergi ke SMA XAVERION DREAM karna mereka ingin mengawasi Xiera sekaligus mengunjungi sekolah mereka dulu. Namun, mereka justru mendapatkan kejutan yang luar biasa.

"Kenapa sih Aristella gak di keluarin dari sekolah? Dia udah banyak ngerugiin orang." Ujar Xiera dengan kesal.

"Kamu gak perlu khawatir. Mulai besok gadis itu tidak akan muncul lagi di sekolah ini."

Xiera menatap pria yang menjawab perkataannya. Pria itu sangat mirip dengan Prince.

"Gak usah natep Daddy aku kayak gitu." Ujar Prince dengan kesal sambil menangkup wajah Xiera dengan kedua tangannya agar menatap ke wajahnya saja.

"Dia Daddy kamu?" Beo Xiera dengan polos bertanya.

Prince berdecak kesal lalu mencium bibir Xiera dengan kesal yang membuat Ben berteriak lalu menjauhkan Xiera dari Prince.

"Hebat banget lo asal cium anak gua! Va ajarin anak lo biar gak asal cium anak gua!" Kesal Ben dengan posisi masih melindungi Xiera.

Alvariel hanya mengangkat bahunya acuh. "Mereka juga udah pacaran."

Jawaban kelewat santai Alvariel membuat Ben melotot kesal. "Jangan lo pikir anak lo bisa ngelakuin apa aja kayak apa yang lo lakuin ke Alinka ya! Gua gak terima!"

"Udah kali Ben. Gak malu lo ribut depan anak lo?"

"Ck. Gimana kalau Nathusya yang di gituin sama pacarnya? Lo trima?" Melvin melotot marah ketika putri kecilnya di bawa-bawa.

"Gak terima juga kan lo." Desis Ben sinis

"Udah kali."

"Oh iya, kamu gak ada temen?" Tanya Farrel pada Xiera.

Xiera menggelengkan kepalanya tanda ia tak punya teman.

"Satu pun?" Tanya Farrel lagi tak percaya.

"Iya Om."

"Gila hebat anak lo Ben. Bisa hidup sendirian di lingkungan sekolah ini tanpa teman."

"Gpp dari pada dia punya temen tapi muka dua." Ujar Ben sambil memeluk Xiera dengan sayang.

"Kamu izin pulang aja ya. Nanti Papa yang minta surat izinnya." Xiera menggelengkan kepalanya tak mau.

"Rara gak papa kok Pa. Bentar lagi bel masuk. Rara mau ke kelas aja." Xiera berpamitan dengan Ben dan yang lainnya. Ia kembali ke kelas dengan di temani oleh Prince.

——————————————————————————

⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️
⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️
⚠️WARNING ADEGAN +⚠️

——————————————————————————

PRINCE XAVERION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang