👑 P a r t 1 4 👑
Prince berpamitan pulang pada Florence. Ketika Melvin datang mengantarkan pakaian untu Ben, Melvin membawa pesan dari Alvariel yang mengatakan bahwa Prince sudah harus berada di rumah sebelum pukul 8 malam.
"Besok aku jemput, kita ke sekolah bareng." Ujar Prince pada Xiera yang di iyakan oleh Xiera.
"Ya udah aku pulang dulu."
"Hati-hati. Gak usah ngebut." Prince menganggukan kepalanya mendengar perkataan Xiera.
"Prince pulang dulu Bu." Pamit Prince pada Florence.
"Iya kamu hati-hati di jalan ya. Gak usah ngebut-ngebut yang penting sampe di rumah dengan selamat."
"Lo gak ada niatan mau pamit sama gua?" Tanya Ben pada Prince.
"Prince pulang." Pamit Prince dengan singkat.
"Sopan banget lo cil. Lupa lo pas lo baru lahir gua yang pertama kali ngejenguk lo."
"Sekali lagi Paman panggil Prince bocil lagi. Jangan salahin Prince kalau wajah Paman hancur di tangan Daddy." Ucap Prince dengan nada jengkel. Pasalnya ia juga jengah di panggil bocil oleh sahabat-sahabat Daddynya yang gesrek.
"Ancaman lo gak banget! Main nya ngaduan sama Daddy. Rara, kamu jangan mau pacaran sama anak Daddy gitu ya. Putusin aja sekarang."
Prince mendelik tajam ke arah Ben. "Oke, besok Paman tinggal tunggu aja panggilan dari Daddy ke markas ARGON."
"Eh ini anak. Gua bercanda kali. Seriusan amat lo kayak bapak lo!"
Prince hanya mendelikan bahu nya tak perduli lalu berpamitan kembali sebelum naik ke atas motor milik Farrel.
"Kak Rara bantuin Bio kerjain pr dong. Pr nya susah banget." Panggil anak kecil laki-laki berusia 10 tahun.
"Boleh yuk. Sekalian Kak Rara mau bantuin Milla juga. Yuk. Pa, Bu Rara mau bantuin adek-adek ngerjain pr dulu ya."
Ben dan Florence menganggukan kepala mereka.
"Anda bisa pakai kamar Rara untuk tidur malam ini. Malam ini Rara akan tidur sama saya."
"Tak masalah jika itu tak merepotkan."
"Kalau begitu saya tinggal dulu." Florence meninggalkan Ben di depan pintu kamar Xiera. Barang-barang yang akan di pakai Xiera besok sudah di pindahkan oleh Xiera. Jadi Ben tak akan terganggu istirahatnya nanti.
Ben membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur sederhana milik putrinya. Ia tersenyum sedih melihat fasilitas yang di pakai oleh putrinya. Di luar sana ia memiliki fasilitas lengkap dan kamar tidur yang mewah. Sedangkan putrinya? Putrinya bahkan tidak mencapai seperempat kehidupan mewahnya. Tapi sekarang, Ben akan berjanji pada dirinya sendiri. Putrinya tak akan kekurangan apapun lagi. Ia akan mencukupi semua kebutuhan putrinya.
Drt.. drt.. drt...
Handphone Ben berbunyi menampilkan nama Alvariel kembali.
"Apa lagi sih Va? Mau nanya anak lo? Anak lo udah balik tadi. Lagi di jalan kali."
"Gua bukan mau ngomongin itu."
"Oh bukan itu. Trus apaan?"
"Lo udah ketemu sama anak lo?"
"Hm. Udah."
"Istri lo?"
"Lo dapet cerita dari siapa sih? Kek nya lo dapet info setengah-setengah deh."
Terdengar dengusan kesal Alvariel di sebrang sana.
"Dari Melvin. Diego sama Richard langsung balik tadi."
"Pantes. Besok aja deh gua ceritain. Gua capek mau istirahat dulu. Btw, bilangin ke anak lo ya. Jangan sembarangan nyium-nyium anak gua lagi. Dah itu aja bye."
Setelah mengatakan hal itu Ben langsung memutuskan panggilannya sepihak. Entah keberanian dari mana sehingga Ben berani memutuskan panggilan dari Alvariel terlebih dahulu.
👑 P R I N C E X A V E R I O N 👑
Prince memasuki pelataran rumahnya. Memakirkan motor milik Farrel dengan rapi.
"Kenapa baru pulang?" Tanya Alvariel yang tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Farrel, Belvia dan Alinka.
"Ini belum ada jam 8."
"Emang harus jam 8 dulu baru pulang?"
"Tadi kata Paman Melvin sebelum jam 8 sudah harus ada di rumah."
"Kenapa kamu malah dengerin omongan Paman kamu?"
Prince mengernyitkan dahi nya bingung. Bukannya perkataan Pamannya itu pesan yang di sampaikan oleh Daddynya?
"Bukannya Daddy yang bilang gitu ke Paman Melvin?"
Alvariel berdecak dengan kesal.
"Udah ah. Anaknya baru pulang bukannya di tanya udah makan apa belum malah di introgasi. Abang udah makan belum?" Tanya Alinka pada putranya.
"Sudah Mom. Tadi Prince makan di sana."
"Ya udah kamu mandi sana biar seger. Abis itu istirahat."
"Abis mandi ke sini lagi. Ada yang mau Daddy tanyain ke kamu."
"Besok aja kenapa sih? Anaknya baru pulang juga." Omel Alinka pada Alvariel.
"Ck."
"Prince ke kamar dulu."
Setelah Prince naik ke kamar nya. Alvariel menghela nafas nya dengan kasar.
"Lo kenapa sih Va?" Tanya Farrel pada Alvariel.
Alvariel menatap Alinka dengan dalam. "Kenapa?" Tanya Alinka dengan heran.
"Kamu tau? Ben bilang tadi bilang sama aku buat bilang sama Prince supaya gak usah nyium-nyium anaknya sembarangan."
Baik Alinka, Farrel maupun Belvia terkejut mendengar perkataan Alvariel.
"Prince nyium anak nya Kak Ben? Maksudnya?"
"Tunggu jadi Ben beneran udah ketemu sama anaknya? Jadi yang diomongin sama Melvin itu bener?" Tanya Farrel menyela.
"Aku gak mau besanan sama Ben. Dia itu gila. Pasti dia bakalan ngasih syarat yang macem-macem sama Prince." Ujar Alvariel dengan khawatir. Melihat raut wajah cemas Alvariel yang memikirkan Prince membuat Alinka tersenyum.
"Prince udah besar. Gak usah di larang-larang lagi buat pacaran."
"Jadi ceritanya ini lo takut Ben bales dendam ke anak lo? Nyuruh anak lo yang aneh-aneh?" Tanya Farrel dengan kekehan geli nya.
"Alva, alva. Percuma lo udah jadi bapak 2 anak." Cibir Belvia pada Alvariel.
——————————————————————————
⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️
⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️
⚠️WARNING ADEGAN +⚠️——————————————————————————
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE XAVERION [END]
Novela JuvenilSequel Alinka's Story! __________________________________________________________________ Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya. Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...