Part 50
Semuanya menatap wanita itu dengan pandangan meremehkan. "Bagaimana? Suka dengan kejutannya? Lo itu gak kenal siapa kita. Makanya lo dengan percaya diri ngerasa lo bisa ngalahin kita." Ucap Ben menatap wanita itu dengan sinis.
"Pa.." panggil Xiera dengan suara pelan. Saat ini tubuh Xiera berbalutkan jaket milik Federick. Sedangkan Prince, ia di bopong oleh Zean dan Rey karna Prince tak sadarkan diri akibat bius yang diterimanya.
Ben menoleh pada putrinya. Ia bersumpah akan menghabisi wanita itu dan anak buah wanita itu. Putrinya terlihat sangat memprihatinkan.
"Kenapa sayang? Ada yang sakit?" Tanya Ben khawatir.
Xiera menggelengkan kepalanya. "Rara mau pulang."
Ben menganggukkan kepalanya. "Iya kita pulang sekarang ya. Kita ke mansion Prince." Xiera menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Pulang ke rumah kita." Ben mengernyitkan dahi nya bingung.
"Kenapa?"
"Rara pengen pulang ke rumah kita Pa." Mohon Xiera.
"Tapi, Ibu kamu masih di mansion Prince."
"Nanti Om Kiere yang jemput Ibu. Papa, Rara sama Om Fed pulang ke rumah kita." Mohon Xiera lagi. Akhirnya Ben izin pulang terlebih dahulu. Dan menyerahkan wanita itu berserta antek-anteknya pada Alvariel dan yang lainnya.
Federick mengendarai mobil milik Ben dengan kecepatan normal. Ia duduk sendirian di depan karna Ben memilih untuk duduk di belakang bersama putrinya.
Ben mengelus pelan rambut putrinya sambil mendekap tubuh putrinya memberikan kehangatan seorang ayah yang melindungi putrinya.
Ingin sekali Ben menanyakan pada putrinya apa saja yang dilakukan mereka. Terlebih lagi ketika Ben melihat putrinya memakai jaket milik Federick. Sudah pasti para pria bajingan itu melecehkan putrinya.
"Kita sudah sampai." Ucap Federick dengan pelan ketika melihat Xiera yang tertidur.
"Tolong bukain pintu nya. Oh ya, ini kunci rumahnya. Yang kunci pager nya yang lebih besar. Yang kunci rumah lebih kecil." Ucap Ben memberitahu sambil menyerahkan kunci.
Federick turun dari mobil dan membuka pagar besar milik Ben. Lalu masuk kembali ke dalam mobil untuk memasukkan mobil dan mengunci kembali pagar.
Federick melajukan mobil dengan pelan menuju pintu rumah Ben. Membukakan pintu mobil agar Ben mudah menggendong Xiera.
Ben mengendong Xiera masuk ke dalam kamar Xiera. Meletakan Xiera dengan perlahan agar Xiera tidak terbangun.
Federick mengikuti Ben ke kamar Xiera. Takut-takut Ben akan membutuhkan bantuannya.
"Tolong hubungi Kiere dan suruh langsung pulang agar Flo bisa menggantikan pakaian Rara."
Federick menganggukkan kepalanya dan berjalan keluar kamar untuk menelepon Kiere.
Ben duduk di samping putrinya. Ia mengelus lembut rambut putrinya. Ia gagal menjaga putrinya. Seharusnya ia memberikan kebahagiaan untuk putrinya. Namun, justru hal buruk yang menimpa putrinya.
"Mereka sudah di jalan. Sebentar lagi akan sampai."
"Fed.." panggil Ben dengan pelan. Federick menoleh mengangkat alisnya.
"Menurut lo, istri gua marah gak yah sama gua di atas sana? Gua gagal jaga Xiera. Bahkan Xiera hampir kehilangan mahkotanya karna kelalaian gua." Mata Ben sudah berkaca-kaca ingin menangis. Ia tidak menyangka hari ini akan terjadi. Padahal Ben sudah meminimalisir musuh-musuhnya. Namun, justru orang yang tak pernah di kenal oleh Ben yang menjadi musuh terbesar Ben. Yang membuat Ben harus menghancurkan masa depan Riela. Membuat Xiera harus menderita dari kecil. Bahkan sampai saat ini.
"Ini bukan salah anda. Tapi, mungkin ini sudah menjadi takdir yang harus terjadi. Setidaknya, tidak terjadi hal yang lebih buruk pada Xiera. Dan, istri anda tidak akan marah atau pun menyalahkan anda dari atas sana. Ini semua ulah perempuan itu. Yang terobsesi pada Alvariel. Membuat orang lain yang tidak tau apa-apa menderita." Jelas Federick agar Ben tidak terlalu menyalahkan dirinya.
Ben menatap sendu wajah putrinya. Putrinya benar-benar duplikat istrinya.
"Rara.." panggil Florence dengan panik saat masuk ke dalam kamar Xiera.
Dengan air mata yang mengalir Florence mendekati Xiera. Ben berdiri dari duduknya. Ia memberikan ruang pada Florence.
"Tolong sekalian gantikan baju Rara. Saya dan yang lainnya akan keluar." Florence tidak menjawab perkataan Ben. Ia hanya menatap sendu Xiera yang sudah ia anggap seperti putrinya sendiri.
Ben, Kiere dan Federick keluar dari kamar Xiera dan pergi duduk di ruang keluarga. Bukan tanpa sebab mereka bertiga duduk bersama-sama. Tapi, mereka ingin membahas masalah tadi.
"Gimana keadaan Prince?" Tanya Ben pada Kiere.
"Cukup baik dan sudah sadar. Hanya tubuhnya masih lemah. Dia mencari Xiera ketika pertama kali membuka matanya."
Ben menganggukkan kepalanya. "Syukurlah kalau Prince baik-baik saja."
"Lalu, apa rencana Alva untuk wanita itu?" Lanjut Ben bertanya.
Kiere terdiam sejenak. "Dia akan menghukum wanita itu seperti menghukum Pitaloka dulu. Lalu membiarkanmu melampiaskan amarahmu. Dan untuk pria-pria yang di tugaskan untuk menjaga Xiera. Mereka sudah di pisahkan tempatnya oleh Alva. Mereka akan menjadi bagian utama mu dan Alva tidak akan ikut campur."
Ben tersenyum menyeramkan. "Kalau begitu, gua gak akan sungkan dengan orang yang melecehkan putri gua. Dan akan gua pastikan orang itu akan memohon untuk kematian."
Federick sedikit merinding melihat senyum Ben yang mengerikan. Ia tak akan heran jika itu Kiere. Tapi, ini Ben. Orang yang suka mengatakan hal konyol dan sering bercanda.
"Hukuman seperti apa yang kalian berikan pada Pitaloka dulu?" Tanya Kiere penasaran.
Ben tersenyum miring. "Kenikmatan duniawi yang bertubi-tubi."
Kiere dan Federick paham apa maksud dari perkataan Ben. Itu artinya wanita itu harus melayani banyak pria tanpa istirahat dan di bayar.
"Lalu untuk orang yang sudah melecehkan Rara?"
Ben mengepalkan tangannya dengan kuat menahan amarahnya.
"Gua akan buat mereka memohon kematian. Mengambil jari tangan mereka dengan paksa lalu menghancurkannya perlahan."
Kiere menganggukkan kepalanya. "Sisakan bagianku. Aku juga ingin memberikan pelajaran untuk mereka."
——————————————————————————
⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️
⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️
⚠️WARNING ADEGAN +⚠️——————————————————————————
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE XAVERION [END]
Fiksi RemajaSequel Alinka's Story! __________________________________________________________________ Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya. Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...