Sequel Alinka's Story!
__________________________________________________________________
Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya.
Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Usai jam istirahat, Prince kembali ke kelasnya. Sebelum keluar dari kelas Xiera. Prince menatap tajam Renz. Entah mengapa Prince tak suka melihat tatapan Renz menatap Xiera.
"Pacar lo?"
Xiera menoleh ke belakang ketika mendengar pertanyaan Renz. Tapi, Xiera tak berniat menjawab pertanyaan Renz.
"Lo gak mau jawab?"
Merasa di acuhkan oleh Xiera membuat Renz semakin tertantang. Renz berniat duduk di samping Xiera, tapi urung karna teman-teman sekelasnya sudah kembali ke kelas dan jam pelajaran berikutnya sudah di mulai.
Bel pulang sekolah belum berbunyi. Tapi, Prince dan para inti ARGON lainnya sudah berdiri dengan manis di depan kelas Xiera.
"Ngapain nongkrong di depan kelas orang?" Tanya Xiera pada Prince sambil membereskan bukunya.
"Karna Pak Tompel bubarin kelas lebih cepet. Jadi, Prince buru-buru mau nyamperin pujaan hatinya, yaitu Nona Xiera." Ujar Rey mendramatisir.
Xiera hanya dapat menggelengkan kepalanya. "Jadi ke tempat Mama?"
"Pulang dulu ganti baju sekalian izin sama Ibu." Xiera menganggukan kepalanya patuh. Ia juga harus mengantarkan kue ke Cafe A'Xave karna pemiliknya mengatakan kue buatan Xiera dan Ibunya sudah habis bahkan tidak sampai jangka waktu 5 hari.
Xiera dan Prince berjalan keluar kelas di kawal dengan Inti ARGON. Prince membantu Xiera naik ke atas motornya lalu menutupi paha Xiera dengan jaketnya.
Melajukan motornya dengan kecepatan standar. Prince mengantarkan Xiera ke rumah pantinya.
"Rara pulang."
Xiera masuk ke dalam rumah bersama dengan Prince dan Inti ARGON. Para Inti ARGON memutuskan untuk menemani Prince dan Xiera. Takutnya ada hal yang tak di inginkan terjadi.
"Kalian duduk di sini dulu. Gua mau ambil minuman sama cemilan buat kalian "
Xiera berjalan ke dapur tanpa mengganti pakaiannya. Terlihat Florence sedang memasukkan toples kue ke dalam tas tenteng.
"Bu.. ada temen Rara dateng 5 orang."
"Oh temen kamu ada yang dateng? Bentar Ibu siapin minuman sama cemilan dulu. Kamu ganti aja pakaian kamu. Nanti kotor. Oh iya, Papa kamu bilang nanti kamu telpon Papa kamu kalau udah pulang sekolah. Papa kamu ada urusan ke luar kota." Xiera menganggukkan kepalanya patuh. Ia akan meminta nomor Papa nya pada Prince.
"Silahkan di minum sama di makan cemilannya ya." Ujar Florence sambil meletakan gelas di atas meja bersamaan dengan toples kue kering.
"Terimakasih Bu." Ucap Inti ARGON serempak. Florence tersenyum mendengar ke kompakan mereka.
"Kalian semua temen Rara ya?"
"Kalau kita sih iya Bu. Tapi gak tau deh si Prince di anggep apa." Ujar Rey dengan santai seolah tak tau bahwa Prince menatapnya dengan sangat tajam.
"Kalau Prince Ibu udah tau. Dia pacaran sama Rara. Papa Rara juga udah tau itu."
"Hah? Papa Xiera?" Beo Rey dan Nick bersamaan.
"Maaf nih Bu ya, tapi jiwa kepo saya bertanya-tanya. Xiera punya Papa? Atau panti ini punya Ibu panti sama Ayah panti?"
Florence tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Bukan. Tapi, ini Papa kandung Rara bukan Papa panti."
Mereka semua terkejut kecuali Prince. Prince tidak ada pernah mengatakan hal itu. Bahkan, tunggu sepertinya Damian mengingat sesuatu.
"Papa nya Xiera itu orang yang lo panggil Paman bukan Prince?" Tanya Damian pada Prince.
Prince hanya berdeham menjawab pertanyaan Damian. "Wait! Yang mana? Yang nolong Xiera pas di lempar gelas itu? Yang bawa Xiera ke Uks?" Seru Nick bertanya dengan heboh.
"Di lempar gelas?!" Ucap Florence terkejut. Pasalanya, ia hanya tau kalau Xiera kepentok meja karna berlarian trus jatuh. Jadi, dahinya terkena ujung meja. Bukan akibat lemparan gelas.
"Eh Ibu gak tau ya?" Tanya Nick dengan kikuk sambil menggaruk kepala nya yang tidak gatal.
"Ibu cuma tau kalau kepala Rara kepentok meja. Bukan di lemparin gelas."
"Kalian bisa jelasin kenapa kepalanya Rara sampe di lemparin gelas?" Lanjut Florence bertanya kepada Inti ARGON.
"Eum. Itu..." terlihat Nick ragu-ragu untuk menjawab pertanyaan Florence.
"Lagi bahas apa? Keknya seru banget." Semua bernafas lega ketika melihat Xiera sudah datang dengan menggunakan Kaos polos berwarna hitam dengan celana berwarna hitam.
"Rara jelasin ke Ibu. Kepala kamu sampe di perban itu beneran kepentok meja atau di lempar gelas?" Xiera terkejut mendengar pertanyaan Florence. Ia menatap Inti ARGON yang tak berani menatapnya, kecuali Prince.
"Maafin Rara udah bohong sama Ibu. Rara cuma gak mau Ibu khawatir sama Rara."
Florence menghela nafasnya kasar. "Kalau lukanya infeksi gimana? Kenapa kamu bisa di lempar pakek gelas?"
Para inti ARGON tertegun melihat Florence yang memarahi Xiera. Ciri khas seorang Ibu yang khawatir pada anaknya.
"Rara nolongin orang Bu."
"Kamu itu gak ada bedanya sama Mama kamu Riela. Suka nolongin orang tanpa perhatiin keselamatan diri sendiri."
Kening Xiera mengernyit "Emang Mama kenapa Bu?"
"Mama kamu juga kayak kamu, nolongin Ibu tanpa mikirin keselamatannya sendiri. Ibu dulu juga korban bully an sebelum Mama kamu nolongin Ibu dan negasin kalau Ibu itu temen Mama kamu. Jadi, orang-orang gak ada lagi yang nindas Ibu. Waktu itu, Ibu mau di jatuhin pot dari atas pas Ibu jalan di koridor sekolah. Mama kamu dorong Ibu sampe Mama kamu sama Ibu sama-sama jatuh. Pot nya pecah dan ngenai tangan Mama kamu."
Xiera terdiam sebentar. Ternyata sifat nya yang ingin selalu menolong itu, di dapatkan dari Mama nya. "Mama baik ya Bu."
"Iya Mama kamu emang orang yang baik. Udah katanya mau ketemu Mama. Sana nanti kesorean."
Xiera mengganggukan kepalanya. "Kue nya sekalian Rara antar aja Bu."
Florence menggelenggkan kepalanya "Biar Ibu aja. Kebetulan Ibu juga tau Cafe nya. Kamu pergi aja langsung sekarang biar gak kesorean."
Xiera dan para Inti ARGON bersiap pergi menuju tempat pemakaman dimana Riela di makamkan.
——————————————————————————
⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️ ⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️ ⚠️WARNING ADEGAN +⚠️