👑P a r t 2 5👑
Prince membawa Xiera ke markas ARGON setelah mereka selesai makan. Kali ini Xiera menggunakan pakaian yang di belikan oleh Prince untuknya. Prince benar-nenar tersiksa melihat Xiera memakai pakaiannya. Benar-benar sulit menahan diri. Melihat tanpa bisa menyentuh. Prince akhirnya menyuruh salah satu anak buahnya untuk membelikan pakaian casual untuk Xiera.
"Eh Pak Ketua udah dateng? Ada Ibu Ketua juga toh."
"Dimana Zean?" Tanya Prince pada pria yang tak jauh beda tingginya dari Prince, Moren.
"Zean di penjara bawah. Bareng inti ARGON lainnya."
Prince menganggukan kepalanya lalu mengandeng kembali tangan Xiera menuju penjara bawah.
Cklek.
Semua orang yang berada di dalam penjara itu mengalihkan perhatian mereka ke arah pintu.
"Dah dateng lo? Mo di apain ni orang?" Tanya Rey pada Prince.
Prince menatap Xiera, Xiera yang paham pun maju ke depan jeruji besi yang ada di ruangan itu.
"Mereka boleh di keluarin gak?" Tanya Xiera menoleh pada Prince.
"Keluarin mereka. Ikat tangan mereka." Prince memberi perintah pada inti ARGON, untuk mengeluarkan ke empat siswi yang telah membully Xiera.
Para inti ARGON mendudukan ke empat siswi itu di lantai.
Xiera maju ke depan siswi yang sudah berani-beraninya mengoyakan seragam sekolahnya.
"Ada pisau? Atau gunting?" Tanya Xiera entah pada siapa. Nick yang paham memberikan pisau lipat kesayangannya.
"Lo tadi dengan mudah ngoyakin baju gua. Gimana kalau gua juga koyakin baju lo? Sampai ke dalaman lo?" Tanya Xiera dengan smirk yang menyeramkan.
Siswi itu mencoba berbicara, namun hanya gumaman yang terdengar karna mulut mereka di tutup dengan lakban berwarna hitam.
"Gua gak tau lo ngomong apa. Tapi, gua anggep gumaman lo sebagai tanda setuju."
Xiera mengukir seragam milik siswi itu sedikit menekan pisau lipat itu ke tubuh gadis itu. Membuat darah keluar membasahi seragam siswi itu.
"Wah, Ibu Ketua kek nya ada keturuan psychopath deh. Sadis bener." Gumam Nick berbisik pada Rey.
"Gua rasa dia emang pantes buat jadi pasangan Prince." Nick mengangguk menyetujui ucapan Rey.
Xiera sudah selesai dengan siswi pertama itu. Bajunya kini berwana merah. Seperti pakaian pengemis yang compang camping. Kini, Xiera memilih untuk mengoyakan seluruh pakaian siswi itu.
Siswi itu menangis ketika baju seragam miliknya di lepas paksa oleh Xiera. "Kenapa lo nangis? Bukannya lo juga gini in gua? Lo mesti rasain apa yang gua rasain tadi."
Xiera membalaskan dendamnya sesuai dengan perlakuan mereka. Siswi yang merobek pakaiannya tadi, sudah ia robek balik pakaiannya. Bahkan Xiera meninggalkan jejak di tubuh siswi itu. Agar siswi itu terus mengingat perbuatannya.
Beralih ke siswi yang menendang kakinya dengan kuat. Xiera menginjak kaki siswi itu membuat siswi itu menjerit tapi tertahan karna lakban yang tertempel di mulutnya. Bukan hanya di satu kaki. Namun, di kedua kaki siswi itu. Xiera menginjak betis siswi itu dengan kuat. Mungkin siswi itu tak akan bisa berjalan dengan normal dalam beberapa minggu karna cidera pada tulang kakinya.
Tinggal dua orang siswi lagi, yang satu mencengkram wajah Xiera dengan kuat. Yang satunya lagi mencaci Xiera.
Xiera mencengkram dengan kuat rahang siswi yang ada di hadapannya. Dengan seluruh tenaganya ia mencengkram rahang siswi itu. Merasakan lakban hitam itu menganggu. Xiera melepaskan lakban hitam itu dengan sekali tarikan. Membuat siswi itu berteriak kesakitan.
"S-ssakit hiks." Xiera tersenyum sinis sambil menambah kekuatannya mencengkram rahang siswi itu.
"Lo pikir yang lo lakuin ke gua tadi gak sakit huh?"
Siswi itu merasa rahangnya seperti di remukan. Bahkan giginya sudah mengenai mulut dalamnya sehingga mengeluarkan darah.
Xiera menuju ke siswi yang terakhir. "Lo emang gak ada nyakitin fisik gua kayak yang mereka lakuin ke gua. Tapi, mulut lo ini mesti di kasih pelajaran."
Xiera melepaskan lakban hitam itu dalam sekali tarikan sama seperti siswi sebelumnya.
Plak.
Dengan sekuat tenaga Xiera menampar pipi kanan siswi itu hingga siswi itu terjatuh akibat tamparan yang sangat kuat.
Mencengkram rahang siswi itu. Xiera tersenyum menatap sudut bibir siswi itu yang mengeluarkan darah.
"Itu baru satu tamparan. Dan lo udah langsung ngeluarin darah?"
Plak.
Xiera menampar pipi sebelah kiri siswi itu. Tanpa belas kasihan Xiera melakukannya sebanyak 4 kali. 2 kali di pipi kanan dan 2 kali di pipi kiri.
"Aku mau pulang. Capek." Ucap Xiera seolah-olah ia tak melakukan apapun barusan.
Para Inti ARGON menatap karya Xiera dengan takjub. Ke empat siswi itu benar-benar mengenaskan.
"Ni 4 orang mo di apain Prince?" Tanya Rey sebelum Prince keluar bersama Xiera.
"Terserah lo pada. Yang pastinya, mereka besok gak akan di terima lagi di Xaverion Dream. Apalagi sekolah yang berhubungan dengan Xaverion Dream."
Ke empat siswi itu benar-benar menyesal sudah membully Xiera. Bukan hanya mendapatkan balasan dari perbuatan mereka. Tapi, mereka juga di keluarkan dari sekolah swasta elit seperti XAVERION DREAM. Dan mereka juga tak bisa mendaftar di sekolah swasta elit lainnya seperti Catavila, Starlight dan Havendish.
——————————————————————————
⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️
⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️
⚠️WARNING ADEGAN +⚠️——————————————————————————
Mo tau kenapa semakin sedikit chap nya? Karna Sorbey sedang lelah. Tak tau lagi harus bagaimanaaaa.
Update nya gak nentu ya mulai sekarang ;)#abaiinajagakpenting.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE XAVERION [END]
Teen FictionSequel Alinka's Story! __________________________________________________________________ Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya. Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...