Sequel Alinka's Story!
__________________________________________________________________
Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya.
Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi ini, kelas Xiera kedatangan murid baru. Seorang pria dengan wajah yang di bilang cukup tampan. Pria itu pindahan dari Luar Negri.
"Anak-anak hari ini kita kedatangan satu murid baru. Saya Novita guru Biologi sekaligus wali kelas 12 Ipa 1. Silahkan kamu perkenalkan diri kamu." Ujar Bu Novita, Guru Biologi yang mejabat sebagai wali kelas 12 Ipa 1.
"Gua Renz. Salam kenal." Perkenalan singkat itu membuat perempuan di kelas 12 Ipas 1 menjerit tertahan. Tapi, itu tidak berlaku untuk Xiera.
"Ada yang mau kalian tanyain ke Renz? Oh iya Renz siapa nama lengkap kamu?"
"Renzi Salvotre Bu."
"Bu saya juga mau nanya Bu." Seorang siswi mengangkat tanganya.
"Kamu mau tanya apa Claudia?"
"Renz kamu udah punya pacar belum? Kalau belum kamu jadi pacar aku mau gak?" Terdengar seisi kelas menyoraki Claudia bahkan Wali kelas itu pun menggelengkan kepalanya.
"Renz kamu bisa duduk di belakang Xiera. Xiera angkat tangan kamu." Xiera mengangkat tangannya dengan malas lalu kembali fokus pada novelnya tanpa menghiraukan murid baru itu.
Renz, murid baru itu berjalan melewati Xiera. Selama ini tidak ada satupun perempuan yang bisa mengabaikannya. Selama jam pelajaran berlangsung. Renz terus menatap Xiera dari belakang.
Kring.. kring..
Bel istirahat berbunyi. Seluruh siswa kelas 12 Ipa 1 bersorak senang. Hanya Xiera yang masih diam dan mengeluarkan kotak bekal makanannya.
"Ra, lo gak ke kantin?" Tanya salah satu teman kelas Xiera.
"Buat?" Tanya Xiera menatap temannya bingung.
"Takutnya bakalan ada lagi yang di bully sama Aristella."
Xiera menunjuk luka nya yang tertutupi oleh perban "Gua yakin lo bisa liat ni luka. Dia gak bakalan masuk hari ini. Kalau pun dia masuk dia gak bakalan bisa ngapa-ngapain."
"Eh Ra, kemaren temennya bokap Aarav kenapa bisa perhatian banget sama lo?" Tanya teman Xiera yang lain. Bahkan, rata-rata mereka tidak jadi beristirahat ke kantin karna penasaran dengan jawaban dari Xiera.
Xiera menangguk paham namun tak berniat untuk membalas pertanyaan temannya itu.
"Ra lo gak niat jawab?"
"Weh napa nih rame-rame pada kagak ke kantin lo pada?" Tanya Rey yang baru saja memasuki kelas Xiera bersama Prince dan yang lainnya.
"Kenapa?" Tanya Prince pada Xiera setelah duduk di depan Xiera.
"Gak papa. Kamu udah makan?" Prince menggelengkan kepalanya. Xiera mengarahkan sendoknya ke depan mulut Prince. Prince yang paham pun membuka mulutnya menikmati suapan Xiera.
"Ck! Temen gak tau diri lo Prince. Enak-enakan suap-suapan."
"Lo ke kantin aja duluan."
Para inti ARGON akhirnya meninggalkan Prince bersama Xiera di dalam kelas. Begitu juga dengan teman kelas Xiera. Tak mungkin kan mereka bertanya yang tidak-tidak pada Xiera pada saat ada Prince. Tapi, satu orang yang masih setia berada di kelas.
Renz.
Pria itu tak pergi ke kantin. Justru memperhatikan Xiera yang sedang makan sambil menyuapi Prince.
"Paman Ben bilang kalau Paman ada urusan selama seminggu. Paman gak bisa pamitan sama kamu. Tapi, nanti Paman bakalan nelpon kamu." Gerakan mengunyah Xiera terhenti. Pikiran negatif mulai menguasai kepalanya.
"Paman Ben gak bakalan pergi ninggalin kamu lagi." Prince paham dengan apa yang di pikirkan oleh kekasihnya.
"Aku mau ketempat Mama."
"Nanti aku tanya Paman."
"Telpon Papa sekarang aja ya." Pinta Xiera pada Prince. Prince menggelengkan kepalanya. "Habisin dulu makanannya."
"Mau nelpon Papa. Bentar aja." Pasalnya Xiera belum sempat menyalin no Papa nya di hp nya.
Prince mengeluarkan Handphone miliknya. Mencari nama Pamannya di sana.
"Hallo napa Cil?" Terdengar sapaan dari Ben di sebrang sana.
"Sekali lagi Paman panggil Prince kayak gitu. Jangan salahin Prince kalau Daddy ngamuk."
"Ancaman lo."
"Xiera mau ngomong."
"Hallo."
"Hallo anak Papa. Anak Papa udah makan belum?" Tanya Ben penuh perhatian.
"Rara lagi makan Pa. Papa dimana?"
Terdengar helaan nafas di sebrang sana. "Papa lagi ada urusan sebentar di luar kota. Kamu gak papa kan Papa tinggal? Papa janji setelah semua urusannya kelar. Papa bakalan bawa kamu tinggal sama Papa."
Xiera mengigit bibirnya tanpa menjawab perkataan Ben. Dia benar-benar takut jika Papa nya akan meninggalkannya.
Prince pun mengambil alih telponnya. Berbicara sebentar lalu mematikannya. "Papa kamu cuma bentar sayang."
Prince beranjak dari tempat duduknya dan pindah ke samping Xiera. Menarik lembut Xiera kedalam dekapannya.
"Emangnya apa urusan Papa di sana." Dengan suara menahan tangis Xiera bertanya.
"Urusan yang bisa buat kamu gak akan pisah dari Papa kamu."
"Kalau lo berdua lupa, masih ada manusia di sini." Ujar Renz dengan datar.
Prince menaikan satu alisnya menatap Renz. Ia belum pernah melihat Renz selama ini. Atau dia saja yang tidak pernah memperhatikan Renz?
"Dia murid baru." Ujar Xiera seolah-olah menjawab pertanyaan Prince.
Mengabaikan Renz, Prince kembali ke dunianya bersama Xiera.
——————————————————————————
⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️ ⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️ ⚠️WARNING ADEGAN +⚠️