👑 P a r t 2 6 👑
Ben memasuki rumah milik kedua orang tuanya. Hah. Rumah? Apa tempat ini layak di sebut rumah? Entahlah Ben tak tau.
"Kamu pulang?" Tanya seorang perempuan paruh baya dengan semangat.
"Dimana Papa saya?"
"Kamu duduk dulu di sini. Kenalin dia perempuan yang nolong Mama waktu tadi. Dia itu orangnya baik banget. Kamu harus nikah sama dia." Ben mendesis marah ketika tangannya di tarik oleh orang yang menyebut dirinya Mama.
"Pitaloka?!" Desis Ben tak suka.
"Loh kalian udah saling kenal? Kalau gitu kalian bisa langsung nikah dong."
"Mengapa saya harus menuruti keinginan anda?" Tanya Ben dengan dingin.
"Ben! Begitu cara mu berbicara sama Mama?" Tanya perempuan paruh baya itu.
"Mama? Mama saya sudah lama meninggal sejak saya kecil. Anda bukan Mama saya."
"Tapi saya Mama kamu sekarang. Saya Lifta Mama kamu yang sekarang. Bukan Abigail!"
Ben menatap marah Ibu tirinya. "Jangan pernah sebut nama Mama saya dengan mulut kotor anda!"
"Kamu harus tau, trima tidak trima saya Mama kamu! Saya yang sudah besarin kamu!"
"Heh. Anda yang membesarkan saya?" Ben menatap Ibu tirinya dengan remeh. "Pembantu di rumah inilah yang sudah membesarkan saya. Bi Yun lah yang sudah mengasuh saya. Bukan anda!".
"Mama gak mau tau. Kamu harus nikah sama Pitaloka." Tekan Ibu tirinya Ben.
"Anda saja yang menikahinya." Ucap Ben acuh lalu berjalan menuju ruang kerja Papa nya.
"Kamh harus menikah dengan Pitaloka. Atau anakmu dengan jalang itu akan mati!"
Perkataan Ibu tirinya membuat Ben menghentikan langkahnya di dekat meja yang terdapat vas bunga.
"Kamu harus nikahi dia Ben. Dia perempuan pilihan Mama."
Ben berdecih. "Sampai kapan pun saya tidak akan menikahi jalang itu. Dan anda menganggap diri anda sebagai Mama saya? Mama saya sudah tenang di surga. Dan anda bukanlah Mama saya."
"Ben kamu jangan kurang ajar ya! Nikahi Pitaloka sekarang juga atau anak kamu akan menderita!"
"Sudah saya katakan bahwa saya tidak akan menikahi jalang itu dan tidak akan membiarkan anak saya di sakiti oleh iblis seperti anda."
"Umur kamu sudah hampir 40 tahun Ben! Kamu tidak ingin menikah! Lupakan perempuan jalang yang sudah kabur itu. Dia sudah mati!"
Perkataan Ibu tiri Ben membuat Ben tersentak. Dari mana Mama tirinya tau bahwa Riela sudah meninggal?
"Dari mana anda tahu bahwa Riela sudah meninggal?"
"Menurut kamu? Mama sudah lebih dulu tau dari pada kamu. Perempuan jalang itu, Mama bertemu jenazahnya di Rumah Sakit. Perempuan jalang itu memang pantas mati. Sayang, anaknya gak mati juga. Mama kira jalang itu mati sama anaknya. Entah kemana anaknya di tinggalinnya."
Prang.
Ben membanting vas bunga yang ada di dekatnya bahkan Ben juga melemparkan meja ke sembarang arah yang malah mengenai sebuah bingkai foto yang besar.
Prang.
Pecahan kaca dari cermin itu buyar kemana-mana.
"Apa yang kamu lakukan Ben!" Seru Ibu tiri Ben berteriak marah.
"Saya tidak akan pernah melupakan hari ini. Suatu saat anda akan menerima balasan dari semua yang sudah anda lakukan terhadap saya."
Ben pergi dari rumah itu tanpa menghiraukan teriakan Ibu tirinya yang mengancamnya akan membunuh Xiera.
👑PRINCE XAVERION👑
Di dalam sebuah bar. Ben melampiaskan emosinya. Ia memesan banyak minuman.
"Ck ck ck. Gimana kalau Xiera tau Papa nya suka mabuk kek gini?"
"Pergi. Gua mau sendiri." Usir Ben pada pria itu.
"Lo lebih milih mabuk-mabukan kayak gini dibandingin pulang ke rumah? Use your brain, Ben. Lo mesti mikir gimana caranya lo lindungin Xiera dari Ibu tiri lo."
"Dia tau Riela meninggal tapi dia gak ada sama sekali ngasih tau gua." Ucap Ben sebelum kembali menegak minuman di dalam botol.
Alvariel merampas paksa botol yang ada di tangan Ben. Menghempaskannya dengan kuat ke lantai, membuat botol itu terpecah.
"Kalau lo masih kayak gini. Yang ada lo bakalan kehilangan anak lo juga selamanya." Ujar Alvariel dengan nada dinginnya.
"Ben, gua tau lo sedih. Tapi, lo masih punya Xiera, anak lo. Lo mau nelantarin dia gitu aja? Ini udah lebih dari seminggu kita di sini. Sedangkan, lo kemaren bilang ke Xiera cuma seminggu. Lo gak takut Xiera mikir yang macem-macem?" Tambah Richard agar Ben bisa mengerti. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk bersedih dan menyesal.
"Gua dapet info dari anak buah gua, Xiera di bully di sekolahnya. Pakaiannya di koyak juga." Ucapan Farell masih bisa terdengar dengan baik oleh Ben.
"Apa lo bilang?"
"Xiera di bully di sekolahnya. Dan Prince juga udah konfirmasi ke gua. Alasan Xiera di bully itu karna kemarin-kemarin Xiera di anter jemput oleh Zean atas perintah Prince. Trus juga Xieda pernah di anter jemput juga sama murid baru di sana. Jadi, cewek-cewek di sekolah sana menggila." Penjelasan Farrel membuat Ben naik pitam.
"Bukannya Xiera kuat ya? Dia gak ngelawan?" Tanya Melvin penasaran.
"Dia di keroyok dalam toilet. Tangannya di iket, trus mulutnya di bekep. 4 lawan 1. Xiera mana mungkin menang, di tambah siswi-siswi di situ lagi gelap mata karna cemburu."
Tanpa berpikir panjang lagi, Ben segera keluar dari Bar itu di ikuti oleh teman-temannya.
"Pesen tiket. Kita pulang sekarang."
——————————————————————————
⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️
⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️
⚠️WARNING ADEGAN +⚠️——————————————————————————
Gak mau tau, kalian pokoknya harus vote.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE XAVERION [END]
Novela JuvenilSequel Alinka's Story! __________________________________________________________________ Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya. Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...