Part 51
Pagi ini terlihat berbeda di kediaman Ben. Ben, Kiere, Federick dan Florence pun bingung ingin bagaimana agar Xiera kembali seperti semula. Mereka ingin membawa psikiater untuk menarik Xiera dari traumanya. Tapi, itu sangat sulit karna Xiera sendiri pun tak mau keluar dari kamarnya. Makan pun ia hanya mau di kamar.
"Sarapan untuk Xiera sudah?" Tanya Ben pada Florence yang sedang menyajikan sarapan untuk Ben, Kiere dan Federick.
Florence menganggukkan kepalanya, "Sudah. Tapi, dia tak mau di temani." Florence menghela nafasnya. "Aku takut Rara akan tertutup dari dunia luar. Katakan padaku apa yang di lakukan orang-orang itu pada putriku?"
Ben, Kiere dan Federick hanya diam. Mereka tak tau harus menjawab apa. Terlebih lagi Federick yang menyaksikannya sendiri. Ia tau trauma apa yang di terima Xiera. Bahkan, Xiera meminta dirinya dan yang lain untuk tutup mulut tentang apa yang terjadi padanya.
"Kenpa kalian semua diam tak bersuara? Apa yang kalian sembunyikan? Kalian bilang Rara hanya ketakutan karna melihat adegan pembunuhan di depan matanya. Tapi, kurasa tidak sesederhana itu. Pasti terjadi hal lain yang membuat Rara tak berani keluar dari kamarnya."
Mereka bertiga masih diam tak bergeming. Hingga bunyi bel membuat Florence meninggalkan mereka untuk melihat siapa tamu yang datang.
Florence kembali ke ruang makan bersama dengan Prince. Tamu yang datang berkunjung ke mansion Ben.
"Ngapain lo cil ke sini pagi-pagi? Mau minta makan lo?" Tanya Ben pada Prince yang sudah duduk di samping Federick.
Prince menggelengkan kepalanya. "Prince mau lihat Rara. Handphonenya gak aktif sama sekali."
Ben dan yang lainnya terdiam. Mereka tak tau apakah Xiera mau bertemu dengan Prince atau tidak.
"Ekhm.." Ben berpura-pura terbatuk. "Rara masih tidur. Lo besok aja deh ke sini nya."
"Prince tungguin Rara sampe bangun."
"Gua, Federick sama Kiere mau pergi ada urusan. Dan kalau gua izinin lo di sini. Pasti lo bakalan nyari kesempatan buat masuk ke kamar anak gua."
"Bukannya biasa aja? Kemaren-kemaren Rara bahkan tidur di apartemen Prince. Paman juga biasa aja, yang penting kita gak kelewatan dan tau batasan." Ben terdiam, dia memang mengizinkan Xiera ke apartemen Prince asal mereka tidak melakukan hal yang kelewat batas. Tapi, saat ini. Xiera bahkan tak ingin keluar kamar dan masih trauma. Takutnya, Xiera akan menolak bertemu dengan Prince.
"Udah deh, mending lo balik ke rumah lo, trus istirahat. Besok aja lo baru ke sini."
"Kenapa Paman dari tadi maksa Prince untuk pulang? Xiera baik-baik aja kan?" Tanya Prince dengan khawatir dan beranjak dari tempat duduknya.
"Eh.. lo mau kemana?" Ben menahan tangan Prince.
"Mau lihat Xiera."
"Xiera gak papa. Dia lagi tidur."
"Kalau gitu Prince mau nemeni Xiera." Prince melepaskan tangan Ben dengan kasar dan pergi ke kamar Xiera. Ben dan yang lainnya beranjak dari tempat duduk mereka dan pergi untuk menghalangi Prince.
Prince ingin membuka pintu kamar Xiera. Namun, di tahan oleh Federick.
"Lepas."
Federick menggelengkan kepalanya. "Anda tidak bisa masuk seperti ini. Nona Xiera sedang beristirahat."
"Paman." Panggil Prince pada Ben.
"Lebih baik kamu pulang Prince. Rara sedang istirahat."
"Apa yang kalian sembunyikan? Kenapa Prince gak boleh ketemu sama Xiera?!" Tadi, di rumahnya. Prince juga di larang oleh Daddynya, Alvariel. Sehingga, Prince pergi diam-diam tanpa di ketahui oleh orang rumahnya. Dan sekarang Ben dan yang lainnya melarang Prince untuk bertemu dengan Xiera.
"Kit—"
Bruk.
Belum sempat Ben menyelesaikan perkataannya. Suara jatuh terdengar dari dalam kamar Xiera. Membuat Prince dengan spontan membuka kamar Xiera.
Terlihat Xiera jatuh di dekat tempat tidurnya.
"Kamu gak papa? Yang mana yang sakit?" Tanya Price sambil membopong tubuh Xiera ke tempat tidur.
Tubuh Xiera menegang ketika bersentuhan dengan Prince. Bayang-bayang dimana pria-pria itu menyentuh dirinya bermunculan di pikirannya.
"Jangan sentuh. Jangan sentuh saya." Racau Xiera ketakutan dan meringsut ke pojok tempat tidur. Menenggelamkan kepalanya di antara kedua kakinya.
Prince terkejut dengan racauan Xiera.
'Apa yang terjadi pada Xiera?'
"Sayang.., ini aku. Prince. Pacar kamu." Prince mencoba untuk mendekati Xiera. Namun, Xiera semakin beringsut mencoba menjauh dari Prince.
"Jangan sentuh saya.., tolong. Lepaskan saya hiks.. jangan sentuh."
Ben menarik paksa Prince agar keluar dari kamar Xiera, di ikuti oleh Kiere dan Federick. Mereka hanya membiarkan Florence yang menenangkan Xiera.
Ben membawa Prince ke ruang tengah. Mendudukkan Prince di atas sofa.
"Apa yang mau kamu tanyakan?" Tanya Ben pada Prince yang diam dari tadi.
"Siapa yang menyentuh Xiera?" Tanya Prince
Mereka bertiga hanya diam, bingung untuk menjawab pertanyaan Prince.
"Kenapa kalian semua diam? Prince tanya, siapa yang sudah menyentuh Xiera!"
"Orang-orang yang menculikmu dan Xiera kemarin."
"Siapa orang-orang itu? Prince bahkan tidak mengenal mereka sama sekali."
Ben meghela nafasnya. "Dia musuh Daddy mu. Orang yang terobsesi pada Daddy mu."
Prince tertawa sinis, "Dimana orang-orang itu?"
"Untuk apa?" Tanya Ben.
"Paman masih nanya? Tentu saja untuk Prince habisi. Mereka sudah terlalu lancang untuk menyentuh milik Prince."
"Dimana?"
"Di markas, di penjara bawah tanah."
Prince beranjak dari tempat duduknya dan pergi dari mansion Ben menuju markas ARGON.
——————————————————————————
⚠️WARNING BAHASA KASAR DAN UMPATAN⚠️
⚠️BUKAN AREA BOCIL⚠️
⚠️WARNING ADEGAN +⚠️——————————————————————————
.....
Maaf ya kalau part ini kurang menarik atau membosankan. Jujur udah semaksimal mungkin untuk buat part ini. Kemarin-kemarin gk sempet utk up lagi krna drop lgi. Maaf ya buat kalian jadi lama nunggu up lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE XAVERION [END]
Teen FictionSequel Alinka's Story! __________________________________________________________________ Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya. Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...