👑P a r t 3 9👑
Florence hanya memandangi kedua orang yang sedang beecerita di dekatnya. Ia tak mendengarkan cerita mereka. Pikirannya berkelana kemana-mana.
"Flo, kamu gak papa?"
Florence menggeleng kecil dan tersenyum, "Aku gak papa kok Lin, lanjut aja cerita nya sama Gladis."
Alinka dan Gladis saling memandangi. Raut wajah Florence tak bisa berbohong.
"Kamu lagi mikirin apa, Flo?" Tanya Gladis.
"Gak ada kok. Oh iya, kapan aku bisa keluar dari Rumah Sakit? Lagipula Rara udah pulang."
"Sore ini udah bisa keluar kok. Tadi Dokternya udah bilang."
"Kamu beneran gak papa Flo?" Tanya Gladis yang kedua kalinya ketika mendapati Florence yang kembali melamun dan tak mendengarkan cerita mereka.
"Aku gak papa kok. Cuma suntuk aja."
"Mau ke taman?" Tawar Alinka. Florence mengangguk kecil tanda setuju.
Alinka dan Gladis menuntun Florence ke taman Rumah Sakit. Gladis menentengi infus milik Florence.
"Duduk di bangku itu aja." Ajak Gladis pada keduanya. Mereka bertiga berjalan ke arah bangku yang ada di tengah taman itu.
"Banyak juga anak kecil di taman ini."
"Iya. Aku aja gak nyangka, beberapa dari mereka juga pasien di Rumah Sakit ini."
"Kira-kira mereka sakit apa ya?" Tanya Alinka menerka-nerka.
"Gadis kecil itu pasti terkena kanker. Setidaknya dia sudah melakukan kemoterapi." Perkataan Florence membuat Alinka dan Gladis menatap spontan kepada anak kecil yang duduk sendirian di bawah pohon.
"Kamu tau darimana dia perempuan?" Tanya Alinka pada Florence.
"Dari wajahnya, dia botak karna kehilangan rambutnya akibat efek samping dari kemoterapi."
"Trus kamu tau dari mana dia terkena kanker?"
Florence terdiam sejenak sebelum menatap kembali anak perempuan itu. "Dulu, aku pernah merawat seorang gadis kecil seumuran dengannya. Gadis kecil itu terkena kanker, itu sebabnya kedua orangtuanya membuang gadis kecil itu ke panti asuhan milikku."
"Siapa gadis kecil itu?" Tanya Alinka dan Gladis bersamaan.
"Alara. Sesuai dengan namanya, dia memang gadis pembawa kebahagiaan bagi kami."
"Dimana dia sekarang?" Tanya Gladis.
"Mungkin dia bersama dengan Riela di atas sana. Mengawasiku dan yang lainnya dari sana." Jawab Florence sambil memandangi langit dengan tersenyum kecil.
"Dia pasti sangat beruntung karna di rawat olehmu." Kata Alinka sambil mengenggam tangan Florence.
Florence menatap Alinka sekilas lalu kembali menatap langit kembali. "Kamu benar. Sebelum dia pergi, dia bilang sama aku. Kalau dia bahagia bisa di besarkan olehku. Kalian tau apa kalimat yang di ucapkannya? Dia bilang 'Kamu bukanlah Ibu kandungku. Tapi kasih sayangmu melebihi kasih sayang yang di berikan oleh Ibuku. Aku sangat bahagia bisa di rawat olehmu.' D-ddia mengatakan itu dengan senyuman.. a-aaku tak tau ss-seberapa tegar hatinya." Florence mulai menangis. Mengingat kenangan itu ternyata membuatnya kembali bersedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRINCE XAVERION [END]
Teen FictionSequel Alinka's Story! __________________________________________________________________ Aarav Ace Prince Xaverion. Pria yang memiliki panggilan khusus yaitu 'Prince' memiliki gelar yang berbahaya. Dalam diamnya ia bisa menghancurkan musuhnya dala...