SEBELAS

7.3K 579 0
                                    

"Sudah dibawa pergi sama tantenya?" tanya Adelio ke suster.

"Benar, Kinara yang membawanya." Suster mendengus tidak suka begitu mengucapkan nama ini. 

Edward yang masih di gendong Adelio, menepuk pelan pipi ayah kandungnya. "Mama sudah bawa pulang Kenzi, cepat telepon tante Reiko. Tante teman papa, kan?"

Hati Adelio sontak meleleh. Saat Edward bertanya soal Kenzi dan Bella, Adelio tidak mampu menjawab. Menyadari kebimbangan di hati Adelio, Edward menceritakan keseluruhan perbuatan Adit selama Kinara tidak di rumah sekaligus perilaku ke anak-anaknya sampai ke rumah sakit.

Adelio tidak bisa menilai apakah Edward sedang berbohong atau tidak, toh suatu saat nanti sekretarisnya akan mencari bukti. Untuk saat ini ia tidak ingin mengecewakan hati putranya.

Adelio mengucapkan terima kasih dengan dingin ke suster yang menatap kagum dirinya. Huh, tidak ada yang boleh menghina ibu dari anaknya! 

Segera dia menghubungi Reiko dan mendapat jawaban yang paling diinginkannya. Kenzi dan Bella sedang di rumah Fumiko. 

Tunggu dulu!

Rumah Fumiko?

Kenapa harus ke rumah wanita itu?

Adelio memijat pangkal hidungnya dengan lelah. Sepertinya ia harus bersiap menerima omelan dari berbagai pihak.

Edward menepuk pelan kepala papanya.

Adelio menoleh.

"Apakah itu tidak sopan? Maaf." Edward ketakutan.

Adelio tertawa geli. "Kamu bisa melakukannya sesuka hati."

Edward tersenyum lalu membelai kepala papanya. "Semua orang bilang tidak sopan kalau memegang kepala papa, om Adit pernah marah dan memukul tanganku."

Hati Adelio kembali meleleh begitu mendengar kata 'papa', bahagia anaknya sudah mengubah panggilan Adit sekaligus sedih karena anak kandungnya diperlakukan kasar.

Di mobil tadi Edward sudah meminta izin untuk mengubah panggilan, meskipun itu terlambat karena di rumah sakit Ed langsung memanggil dirinya papa begitu mengetahui hasil tes, tentu saja Adelio tidak bisa mengabaikan permintaan kecil putranya, minta pesawat jet pun dia bisa belikan dengan mudah tanpa perlu berpikir dua kali.

Ah, putraku!

Adelio melangkahkan kakinya dengan hati bahagia dan wajah tampannya penuh senyum.

---

Dahi Fumiko berkerut begitu melihat siapa yang datang, dia mengenali bocah kecil yang digendong tapi dia lebih malas mengenali orang dewasa yang menggendong si bocah.

Adelio tersenyum menyapa Fumiko. "Hai!"

Fumiko menatap Adelio dengan penuh kebencian. "Gak punya malu ya, bisa-bisanya datang kesini. Kamu habis nyulik anak Kinara?"

Adelio tidak terima. "Enak saja, dia sendiri yang datang ke kantorku."

Fumiko menatap tidak percaya Adelio.

"Benar, dia sendiri yang datang." Adelio berusaha menyakinkan Fumiko sambil menurunkan Edward, bahaya kalau tiba-tiba dirinya diserang wanita barbar satu ini.

Fumiko tersenyum setelah melihat Edward berlari masuk ke dalam rumah dan mengucapkan terima kasih ke Adelio lalu segera menutup pintu untuk mengusir pria yang dibencinya saat ini.

Dengan sigap Adelio menghalangi tindakan Fumiko dengan badannya. "Kamu tega sama teman sendiri."

"Bagaimana bisa aku menganggapmu teman setelah menyakiti hati Kinara dan kamu bisa lihat sekarang, Kinara memilih mengejar adik tirimu yang gak beres itu!" teriak Fumiko sambil berusaha mati-matian mendorong Adelio keluar dan menutup pintu.

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang