EMPAT PULUH SEMBILAN

5.4K 424 10
                                    


"Pertama yang aku lakukan adalah menyewakan kamar ke agen perjalanan dengan kontrak satu tahun, jika dirasa belum cukup bisa menambah kontrak di tahun selanjutnya. Masalah kamar terisi atau tidak dalam satu tahun sudah menjadi tanggung jawab agen. Kita tidak perlu memikirkan tentang kosongnya kamar."

"Kita bisa membuat perjanjian seperti, dalam satu tahun mereka harus bisa memenuhi target dengan fee untuk mereka atau bisa juga kita berikan harga khusus untuk mereka. Jika agen  tidak bisa memenuhi target, maka kita akan berlakukan denda seperti pemotongan fee dalam satu tahun atau denda pinalty kerugian."

Adelio menjelaskan dengan sabar. "Itu kalau aku yang melakukannya."

Kinara mengangguk setuju. "Keduanya sama-sama rugi dan untung, seimbang. Kita juga bisa menutup pembayaran pajak dari sana."

"Pemilik hotel harus mempertimbangkan keuangan yang stabil, jangan memikirkan keuntungan dulu jika dirasa masih goyah."

"Tapi ada juga kan pemilik hotel yang hanya memikirkan keuntungan dan push karyawan tanpa peduli proses."

"Itu karena mereka hanya memikirkan keuntungan tanpa peduli proses, yang terpenting gaji pegawai. Sudah beres."

Kinara mengacak-acak makanannya. "Apakah perlu aku menyabotase agen perjalanan yang bekerja sama dengan Adit?"

"Tidak perlu, jika ketahuan malah berbalik ke kamu. Aku yakin pemikiran Adit tidak sampai kesana," kata Adelio.

Kinara tidak membantah. "Oke."

Di sisi lain Adit kebingungan ditekan untuk membayar denda, pekerjaan sekaligus biaya melahirkan Cynthia.

Ya, Cynthia sudah melahirkan dengan susah payah. Tapi dokter menyuruhnya memindahkan Cynthia ke rumah sakit yang ada inkubator. Adit berusaha keras mencari rumah sakit dengan harga murah sekaligus biaya menebus perawatan Cynthia.

Keuangannya sedang goyah.

Maya berkunjung ke rumah sakit, melihat putra kesayangan duduk lesu dan pakaian kusut. "Adit, ada apa? kenapa Cynthia melahirkan di tempat kumuh seperti ini?"

Adit mengangkat kepala dan bertanya ke Maya. "Apakah benar, kita tidak boleh masuk ke rumah sakit itu lagi?"

Maya menjadi kesal begitu mengingatnya. "Ibu tidak tahu apa yang ada dipikiran mereka sampai bisa berbuat seperti itu, mungkin ini gara-gara Adelio mengusir kita. Anak itu memang seperti ibunya, parasit!"

"Ibu tahu, Kenzi ada disana."

"Kenzi? anak cacat itu? bagaimana bisa Kinara punya uang sebanyak itu untuk mengurus anak cacat? ibu sudah bilang untuk membuangnya ke panti asuhan!"

Adit menatap tidak percaya ibunya, lebih ke kecewa tepatnya. "Bu, itu cucu ibu sendiri."

Maya menatap dingin Adit. "Ibu tidak suka mengurus anak kecil merepotkan apalagi tidak berguna di masa depan, mana anak dan istri kamu?"

Adit menghela napas panjang sambil mengusap wajah dengan kedua tangan dengan frustasi. "Aku butuh uang untuk biaya melahirkan Cynthia dan memindahkannya ke rumah sakit lain."

"Kamu bicara apa? kamu mau minta uang ibu?"

"Bu, aku hanya pinjam."

"Ibu tidak punya uang." Tegas Maya.

"Bu, ini menantu dan cucu ibu sendiri."

"Apa kamu tahu bagaimana kondisi ayah kamu sekarang? dari semalam dia mabuk-mabukan dan sekarang kamu menyuruhku mengeluarkan uang untuk Cynthia?"

"Memangnya ayah kenapa?"

"Ibu tidak tahu, ini pasti ulah Adelio dan ibunya." Omel Maya.

"Bu, Cynthia harus mendapat perawatan lanjutan. Anak kami juga lahir prematur."

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang