TUJUH PULUH TIGA

3.5K 339 14
                                    

Apakah karena kakiku tidak sempurna maka hidupku juga sama?

Seiring waktu berjalan, ternyata pemikiran Kenzi salah. Tidak ada manusia yang sempurna, meskipun kakinya terlahir tidak sempurna setidaknya masih ada hal lain yang patut disyukuri.

"Ma, Kenzi tidak tahu letak kesalahan mama. Tapi jika itu bisa membuat mama lega, Kenzi terima." Kenzi meniru ucapan di komik yang pernah dia baca. Jika kita tidak tahu letak kesalahan tapi bisa membuat orang itu lega, lebih baik diterima saja.

Kinara menatap sedih Kenzi. Anak polos dan terlalu kecil ini bahkan tidak mengerti letak kesalahan orang dewasa, yang dia tahu hanyalah rasa kesepian dan rendah diri.

Perilaku dan ucapan Kenzi seakan membuat lubang di hatinya. "Terima kasih."

Mungkin hubungannya sedikit renggang lagi, tapi suatu hari mungkin Kinara dan Kenzi bisa berbicara bebas tanpa saling khawatir.

Kinara merasakan ada kekuatan dari keluarga, anak bahkan suami. Dia tidak ingin mengkhianati kepercayaan mereka.

Tok! Tok!

Kinara mendongak lalu melihat Fumiko, Reiko dan Dimas berdiri di pintu yang terbuka.

Air mata menetes dan Kinara mulai menangis. Kata maaf tidak cukup untuk memperbaiki hal yang rusak, dia harus memperbaiki semua ini sendirian karena dia lah yang memulai.

Fumiko memeluk erat Kinara. "Aku tidak akan meninggalkan kamu meskipun Dimas harus menarikku, kamu dipenjara, aku juga sama."

Reiko mengerutkan kening. "Jangan bicara jelek, aku tidak suka melihat kalian berdua dipenjara untuk hal yang tidak pernah kalian lakukan."

Dimas mengacak rambut Kinara. "Wajah sedih tidak cocok untukmu, jangan takut dengan reputasi keluarga kita. Jika memang salah satu harus jatuh, kita harus saling menguatkan."

Kinara bersyukur, sangat bersyukur setiap mendapatkan masalah, tidak pernah menyalahkan Tuhan. Tuhan sudah memberikan banyak hal untuk dirinya, termasuk keluarga yang dia cintai.

Sementara di kamar Sarah.

"Sarah, Adelio kecelakaan mobil. Apakah kamu tidak ingin menjenguknya?" tanya Emiko yang baru datang.

Istri Donny yang sedang menyulam, mengangkat kepala lalu mengerutkan kening tidak setuju.

Emiko mengabaikan sikap istri Donny.

Sarah yang masih duduk di atas tempat tidur, menatap pemandangan langit di luar jendela.

Emiko menghela napas lalu duduk di samping tempat tidur. "Kata dokter, percuma kamu ada disini. Fisik kamu sehat, Sarah. Tapi psikologis kamu yang bermasalah. Apa kamu tidak kasihan pada anak kamu satu-satunya?"

Sarah menoleh perlahan ke Emiko sebentar lalu kembali menatap jendela.

Istri Donny berdiri lalu menarik tangan Emiko. "Emiko, sudahlah."

Emiko melepas tangan istri Donny dengan tidak sabar. "Apakah kamu tidak bisa bangkit? Apakah kamu mau selamanya disini terus? Apa kamu tidak kasihan dengan putramu yang sekarang berbaring di rumah sakit?"

Sarah tidak bergerak, masih menatap jendela.

Emiko menjadi tidak sabar lalu menggoyang badan Sarah. "Sarah, dia sudah meninggal! dia bunuh diri untuk menebus kesalahan di masa lalu! tidak ada yang mengganggu kamu lagi!"

Sarah mau tidak mau menatap Emiko.

"Dengar, tidak akan ada yang menyakiti kamu lagi. Kami bahkan rela berkorban dan menjadi pembunuh seseorang tapi kenapa- kenapa kamu malah tidak berubah dan tidak mau bangkit?" kedua mata Emiko berkaca-kaca. "Apa yang kamu takutkan sekarang?"

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang