DELAPAN PULUH TUJUH

4.1K 343 11
                                    

Sekolah sudah diambil alih keluarga Tsoejipto, Bella sudah mulai kembali ke TK dengan ditemani nenek.

Para orang tua yang sudah mendengar dan melihat baik secara langsung maupun lewat berita, pilih menjauh daripada dikatakan penjilat. Meskipun ada satu atau dua orang bodoh yang tetap mendekat, keluarga Salim tetap tidak peduli pada penjilat.

Bella pun blak-blakan bicara ke nenek sambil menunjuk orang tua atau anak-anak yang menyakitinya, ingatan anak kecil memang tajam.

Edward dan Daichi pun juga kembali dengan damai, para guru yang terlibat dengan kekerasan sudah dipecat termasuk kepala sekolah. Para murid yang terbukti melakukan kekerasan pada Edward dan Kenzi juga dikeluarkan, gosip yang beredar bisnis keluarga mereka juga goyah sehingga tidak mampu bayar sekolah swasta mahal.

Para murid yang tidak terlibat atau hanya menjadi saksi, tidak berani berurusan dengan Edward dan Daichi bahkan untuk mendekat, dilarang keras orang tua mereka.

Edward dan Daichi pun tidak terganggu, mereka berdua lebih nyaman di situasi ini.

Edward yang menulis soal dari papan tulis menyimak dengan baik dan mampu menjawab dengan cepat setelah dipanggil guru untuk menyelesaikan soal matematika di papan tulis.

Edward membawa buku tulis yang sudah berisikan jawaban dan menyalinnya ke papan tulis.

Daichi jadi kagum dengan otak Edward, teman-teman sekelas yang sudah diganti urutan kelasnya menatap kagum Ed.

Guru kelas hanya bisa memberikan pujian biasa, tidak berani di batas menjilat karena tahu grup Tsoejipto sangat mengerikan untuk dijadikan musuh dan Edward merupakan salah satu anggota keluarga itu.

Daichi menghela napas panjang. "Ternyata nama keluargaku kurang bagus dari keluarga ayah kandung dia," keluhnya pada diri sendiri.

Teman-teman yang duduk di dekat Daichi hanya bisa membenarkan di dalam hati.

Edward kembali ke tempatnya dan mengerutkan kening ketika melihat senyuman Daichi.

Daichi mengacak rambut Edward. "Anak baik!"

Edward cemberut lalu menjulurkan lidah dan merapikan rambutnya yang berantakan, berkat kesabaran Adelio dan cara pendekatan seperti layaknya teman bukan ayah-anak yang otoriter, Edward mulai membuka hati dan berperilaku seperti anak seusianya.

Yang paling ajaib adalah bank milik keluarga Fumoshi, Reiko terkejut ketika mendengar kerja sama dari beberapa perusahaan yang ingin karyawannya menggunakan rekening bank.

Tidak hanya itu, ada perlindungan dari keluarga Tsoejipto jika ada salah satu kegiatan organisasi yang ingin meminta atau memaksa dana ke bank  dengan alasan keamanan. Bank asing tentu saja kalah tenar dengan bank nasional tapi untuk masalah investor, mereka sangat jeli sehingga hanya minim resiko kredit macet.

Inilah andalan mereka menjadi terkenal dan bisa berdampingan dengan bank lainnya.

Banknya sibuk sepuluh kali lipat, tidak- mungkin seratus kali lipat, mau dianggap berlebihan juga faktanya ya memang begini.

Dimas dan Fumiko pun tidak kalah terkejutnya dengan kedatangan beberapa sales alat rumah sakit dari luar negeri yang memungkinkan rumah sakit mereka mendapatkan nomor antrian paling awal untuk membeli peralatan-peralatan ini.

Dimas hampir menangis mendengar janji sales yang akan mendatangkan beberapa pesanan alat-alat rumah sakit yang hanya membutuhkan waktu paling lama satu bulan, paling cepat satu minggu jika tidak ada kendala di bea cukai.

Fumiko tidak mampu berkomentar, rumah sakit milik mertuanya bisa dianggap salah satu rumah sakit terbesar di Indonesia dan memiliki peralatan lengkap. Hanya saja untuk mendapatkan alat-alat ini mereka masih harus menunggu waktu, bahkan ada yang harus menunggu satu tahun.

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang