DELAPAN PULUH EMPAT

4.2K 359 23
                                    

Di zaman modern, semua orang selalu ingin berpikiran maju, logika dikedepankan tapi keajaiban? Hanyalah sebuah mitos jika mereka tidak mengalaminya sendiri.

Termasuk Adelio yang dulu tidak percaya dengan keajaiban, bukan- bukannya tidak percaya, takut lebih tepat.

Karena setelah dokter memutus alat bertahan hidup Sarah, Edward membuka mata. Seolah Sarah memberikan nyawa kepada cucunya.

"Cucuku, kamu sudah sadar- ah," tangis istri Donny sambil memegang tangan Edward untuk memastikan masih hidup. "Cucuku-"

Edward mengedipkan mata dan melihat ayah kandungnya duduk di kursi roda dengan wajah pucat. "A-"

Adelio mengulurkan tangan. "Kenzi dan Bella memanggilku daddy, kamu juga bisa."

Edward terbelalak lalu tersenyum. "Daddy," panggilnya.

"Ya." Adelio tersenyum sedih. "Terima kasih sudah bertahan hidup, putraku."

Edward mengangguk pelan lalu mengedarkan pandangan. "Mama, Kenzi dan Bella?"

"Mereka di Indonesia, saat ini kita di Inggris," kata Donny.

"Nenek?" tanya Edward.

"Nenek di sini," jawab istri Donny.

Edward menggeleng pelan. "Nenek dari daddy."

Semua orang terdiam.

Edward bingung melihat wajah sedih ayah kandungnya. "Dad, tidak apa. Tidak usah cerita."

Adelio tersenyum sedih mendengar kalimat menghibur dari putranya. "Nenek sudah meninggal, jika Ed sudah siap dan dokter menyatakan sembuh- kita kembali ke Indonesia bawa nenek."

Edward melihat orang-orang dewasa yang menunggu reaksinya. "Ya."

Istri Donny memeluk sayang cucunya. "Kami semua sayang sama Edward. Cepat sembuh ya sayang."

Edward mengangguk kecil. "Ya."

Sementara di Indonesia sedang heboh sebuah sidang terbuka untuk wartawan yang baru pertama kali di Indonesia, Adit duduk di depan hakim dengan disaksikan wartawan. Cynthia duduk di sebelah kanan dekat jaksa dan pengacara yang disewa sahabatnya di sebelah kiri ada Ana, Anton dan Maya yang masing-masing memakai borgol dan tidak didampingi pengacara kecuali Anton.

Hari ini adalah sidang Adit tapi atas permintaan sebelumnya yang sudah dikabulkan Hendra, pihak pengadilan mengumumkan permintaan Adit.

"Sebelum kita memulai sidang, pak Adit Sanjaya membuat permintaan untuk tes DNA kedua anak kembarnya." Hakim membaca kertas di tangannya.

Cynthja mengangkat kepala dengan bingung.

Polisi membawa masuk si kembar ke dalam ruang sidang, sontak suasana sidang menjadi gempar.

Adi dan Ari menangis sambil menyalahkan Edward dan Kenzi yang sudah membuat hidup mereka seperti ini.

"Ini gara-gara si cacat dan anak jahat itu!" kata Ari.

"Papi, mami!" panggil Adi ketika melihat punggung Adit dan wajah pucat Cynthia.

Si kembar hendak lari menghampiri orang tua mereka tapi ditahan para petugas.

Mereka berdua memberontak, orang-orang dewasa jadi tidak suka melihatnya. Si kembar sudah SMP dan harusnya bisa bersikap lebih baik, bagaimana cara Adit dan Cynthia mendidik mereka berdua?

Jeritan dan pukulan mereka terhadap petugas membuat gaduh acara sidang, Adit melirik Cynthia yang menunduk tanpa peduli amarah si kembar, adit sekarang juga terlalu malas dengan mereka berdua.

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang