TUJUH PULUH SEMBILAN

4K 334 9
                                    

Anton menatap benci pengacara itu. "Kamu sengaja menjebakku? Dasar pria bejat!"

"Dari awal saya tidak bekerja sama dengan anda, saya hanya mendapat perintah dari tuan Hendra Tsoejipto, anda mengenalnya bukan?"

Jantung Anton berdebar keras, dia lupa Adelio dan Kinara berasal darimana. Selama ini dirinya ikut andil menyiksa Kinara dan anak-anaknya

Keluarga Kinara memang kekayaannya tidak sehebat keluarga Tsoejipto, tapi sebagai salah satu keluarga pendiri rumah sakit terbesar di Indonesia- kedudukannya bisa saja setara.

Anton berlutut dan memohon. "Tolong, lepaskan aku. Aku tidak tahu apa-apa. Aku juga korban disini."

"Pak Anton, apakah anda lupa sudah menandatangani beberapa dokumen mengenai peralihan keuangan?" pengacara menepuk tas kerja di tangannya. "Anda juga ikut andil penggelapan harta keluarga Tsoejipto."

"Ba- bagaimana bisa aku ikut menggelapkan harta keluarga Tsoejipto? Orang bodoh pun pasti tahu untuk tidak main-main dengan keluarga itu."

Pengacara mendecak. "Ck, ck, ck. Orang bodoh? Orang bodoh itu sepertu apa sih? Lebih bodoh dari orang pintar?"

"Kamu bicara apa? Aku tidak mengerti!"

"Pak Anton, seharusnya anda paham alur kekayaan keluarga istri anda sendiri sebelum menggunakannya. Apakah anda sudah melupakannya karena terlalu silau dengan harta?"

Anton menatap linglung si pengacara.

"Selama ini ayah mertua anda menggunakan harta bagian milik keluarga Tsoejipto dan sekarang keluarga utama sedang bergerak unuk menarik harta yang ditinggalkan, dalam perjanjian- kakek tuan muda Adelio dari pihak ibu menyerahkan ke ayah mertua anda untuk diurus dan sekarang beliau sudah meninggal, otomatis semua harta itu harus dikembalikan."

Anton ketakutan lalu menggeleng panik. "A- aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak tahu! AKU TIDAK TAHU!"

Polisi mulai meringkus Anton.

Anton memberontak. "LEPASKAN AKU!"

Pengacara menelepon atasannya. "Pak Daniel, semuanya sesuai rencana. Baik, akan saya laksanakan."

"AKU TIDAK TAHU APA-APA!" jerit Anton yang terdengar sampai tempat pengacara berdiri.

---------

Sarah membuka mata bangun dari tempat tidur dan menari waltz dengan langkah tertatih di kaki kurusnya, tersenyum bahagia.

Dia sedang berdansa dengan ayah tercinta yang sudah meninggal dengan senyum lebar.

"Ayah, aku ingin ke tempat ayah."

"Kenapa kamu ingin ke tempat ayah?"

Kepala Sarah bersandar di bahu. "Aku merindukan ayah."

"Apakah kamu tidak merindukan anak dan cucu?"

"Rindu? Aku punya anak-cucu?"

"Kamu sudah lupa?"

Sarah menatap sedih ayahnya. "Tidak bisakah aku bersama ayah? Aku lelah- aku tidak menyangka cinta semenyakitkan itu."

"Sarah, ini kesalahan ayah- karena terlalu menyayangi kamu- anak tercinta ayah jadi seperti ini. Maafkan ayah."

"Kenapa ayah menangis?"

"Tolong, Sarah. Ayah minta maaf, seandainya ayah tidak memberikan kamu ke keluarga Sanjaya- mungkin kamu tidak seperti ini. Ayah menyesal."

Kedua kaki Sarah melemah lalu terjatuh ke lantai, ayah Sarah memeluk putrinya.

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang