LIMA PULUH

6.1K 461 25
                                    

POV EDWARD

"Kamu sudah besar, kakak pertama juga. Harusnya kamu bisa mengayomi adik-adik kamu sehingga tidak manja."

Itu kata mama.

"Papa, tidak suka melihat kelakukan kamu yang kekanak-kanakan. Mengalah sama kakak-kakak kamu, mereka hidup di luar sana tidak senyaman kamu."

Itu kata papa.

"Anak kecil, tidak perlu ikut campur urusan orang dewasa. Tugas kalian hanya sekolah dan belajar, kalau di bully ya tinggal bully balik."

Itu kata bude Ana.

"Yang benar saja, masa anak laki menangis. Memalukan!"

Itu kata pak de Anton.

"Edward! jaga adik kamu itu! masa kamu sebagai kakak cuma diam baca tanpa melihat adik kamu sedang rebutan mainan dengan Ari!"

Itu kata nenek.

"Dasar sampah!"

Itu kata kakek.

"Hallo, Edward. Panggil aku mami saja ya. Kalau ada apa-apa bisa panggil mami. Oh ya, kamu jangan terlalu sibuk belajar, sekali-kali bermainlah Ah! Edward!"

"Ada apa Cynthia?"

"Tidak apa, aku hanya kedorong sedikit."

Papa Adit mendorongku hingga terjatuh ke lantai. "Kamu memang susah diatur!"

"Aku tidak mendorongnya, dia terpeleset sendiri."

"Memang ya kamu keras kepala di kasih tahu, susah kasih tahu sama anak yang suka ngeyelan!"

Itulah kali pertama aku bertemu wanita kesayangan papa di belakang mama.

Aku tidak tahu kenapa orang-orang selalu mengejek bahkan mencaciku, sekarang aku tahu- itu karena ulah mama, meskipun aku tidak bisa membencinya.

Aku ingin menangis tapi tidak boleh menangis.

Aku ingin marah tapi tidak boleh marah.

Sejak kapan aku menyadari betapa buruknya keluargaku? ah, mungkin sejak wanita itu kali pertama dibawa ke rumah oleh papa.

Apa yang bisa aku lakukan? mengadu? mama saja tidak suka diganggu.

Lantas, kenapa aku dilahirkan? kenapa kalian membenciku tapi membiarkan aku hidup di dunia ini?

Di saat aku mengeluh pada guru agama di sekolah karena masalah keluarga, beliau selalu bilang. "Itu karena kamu kurang iman, dekatkan dirimu kepada Allah. Pasti hati kamu akan tenang."

Oke, aku coba mendekatkan diri. Belajar, siapa tahu Allah mau menenangkan hati ini. Aku tidak dendam kepada mereka, aku hanya ingin mereka mencintaiku.

Sayangnya, setelah aku cerita. Kakek malah datang dan memukuliku, bilang aku telah menyebar berita kejam dan bohong.

Aku bingung.

Apa yang harus dilakukan anak yang belum genap sepuluh tahun? aku masih ingin bermain dan belajar seperti teman-teman, tapi kenapa aku lebih sering dihukum, dihindari dan dicaci?

Aku membuka Y-tube dan belajar mencari cara untuk tidak menangis dan disayangi keluarga, ada satu yang membuat aku tertarik.

Sholawat.

Mudah untuk anak kecil seperti aku, mungkin ini mantra terbaik supaya aku tidak menangis lagi dan semuanya jadi menyayangiku.

Aku tidak bisa membeli tasbih karena papa tidak memberiku uang sementara mama juga tidak peduli. Aku mencoba melafalkannya diam-diam, belajar sendiri di Ytube, disamping belajar.

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang