LIMA PULUH DELAPAN

5.3K 354 8
                                    


Beberapa tahun sebelum kedua orang tua Adelio, Adi dan sarah menikah.

"Iya, aku mau bertemu calon ibu mertua. Hmm- hotel sih, katanya supaya bisa menenangkan diri. Oke." Sarah keluar dari lift dengan hati riang, sejak kecil dia tidak pernah mendapatkan kasih sayang seorang ibu, dan sekarang dia akan memiliki ibu.

Mereka berdua pernah bertemu beberapa kali sebelumnya dan yah, pertemuan itu berhasil, bahkan Sarah semakin lengket dengan calon ibu mertuanya.

"Ibu, Sarah datang bawa kue kesukaan ibu." Sarah membuka pintu kamar hotel ibu mertuanya sambil mengacak isi tas karton di tangannya.

"Sarah."

Sarah mengangkat kepala dan terkejut, dia menjatuhkan semua barang di tangan ketika melihat calon ibu mertuanya duduk di pinggir pegangan balkon tanpa merasa takut, menatap langit dan tersenyum memanggil dirinya.

"Ibu, apa yang ibu lakukan disini?" Sarah mengulurkan tangan.

"Sarah anak baik, berhenti disitu."

Sarah menghentikan langkah kaki kecilnya sambil menangis. "Ibu, jangan lakukan ini. Sarah sayang ibu, jangan tinggalkan Sarah."

"Putri ibu yang malang, ibu harus melakukan ini supaya tidak menjadi beban untuk orang-orang yang ibu sayangi."

Sarah terisak. "Kalau- kalau tidak ada yang mau merawat ibu, Sarah akan membawa pulang ibu."

"Sarah, tolong cintai putraku. Jangan mencintai pria lain meskipun kamu tidak mencintainya, ini permintaan egois terakhirku."

"Ibu, jangan bilang gitu." Isak Sarah yang entah kenapa kakinya tidak bisa bergerak sama sekali.

"Sarah, lihat ibu."

Sarah melihat wajah ibu mertuanya yang tersenyum sedih.

"Pejamkan matamu, jangan beritahu siapa pun soal ini."

Sarah menuruti perkataan calon ibu mertuanya, berharap ini hanya salah satu keusilan ibu.

Sayangnya, harapan itu tidak terkabul.

"Ibu?" panggil Sarah yang masih belum punya keberanian untuk membuka mata.

Beberapa menit kemudian ada seseorang yang menampar pipi dan mendorongnya hingga terjatuh ke lantai.

"Kamu membunuh ibu Adi?!"

Sarah membuka mata dengan linglung dan melihat calon ayah mertua menatap kecewa dirinya. "A- aku-"

--------

PLAK!

Sarah menyentuh pipinya yang ditampar Adi. Hari ini sudah ke berapa kali ya?

"Dasar istri tidak berguna, apa yang bisa kamu lakukan? menyenangkan suami saja tidak bisa!"

Sarah menerima cacian suaminya tanpa membantah, biar bagaimanapun pria ini adalah pilihan ayahnya. Suatu hari mungkin hati suami akan luluh dan ayahnya tidak akan sedih lagi. Benar, pilihan ayahnya tidak pernah mengecewakan.

Begitulah hari-hari yang dilewati Sarah, menerima pukulan dan cacian, dia pun tidak pernah mengungkapkannya ke siapa pun untuk menjaga wibawa suami.

Sarah pernah mendengar ceramah salah satu ustadzah. Ada seorang istri yang ditampar suami, lalu hati suami luluh tatkala melihat istrinya tidak pernah cerita masalah itu ke keluarganya yang datang.

Hal itulah yang menjadi motivasi Sarah.

"Sarah, ada apa dengan pipimu?" tanya Emiko sambil mengangkat dagu Sarah untuk melihat jelas pipi bercap tangan merah di pipi putihnya.

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang