TUJUH BELAS

6.6K 508 2
                                    


Edward yang sudah duduk di kelas, menerima tatapan tidak suka seisi kelas. Sebagian dari mereka sudah melihat interaksi Edward dan papanya, tapi mereka tidak menyangka si Daichi yang pendiam dan tidak bisa didekati, bersama anak yang mereka bully.

Daichi merupakan putra dari pemilik rumah sakit terkenal di Indonesia, cabangnya pun dimana-mana tapi di Jakarta paling terbaik karena fasilitasnya yang lengkap, orang-orang kaya pun tidak perlu ke luar negeri untuk pengobatan. Ibu Daichi juga anak dari pemilik bank dari Jepang di Indonesia yang terkenal dengan investasi untuk pengusaha lokal yang kebanyakan sukses. Makanya banyak yang berusaha menjilat Daichi atau orang tua mereka memaksa untuk berteman dengan Daichi bagaimanapun caranya.

Edward mengabaikan tatapan menusuk, memilih membuka buku dan memeriksa pr-nya.

"Bagaimana kamu bisa dekat dengan Daichi?" tanya anak laki-laki yang duduk di seberang kursi.

Edward tidak menjawab.

"Hei, aku bertanya padamu!"

Edward mengabaikannya.

Anak laki-laki itu berdiri dan hendak memukul Edward.

"Apakah ini perilaku anak-anak kaya Indonesia?"

Seisi kelas menoleh ke pintu. Daichi berdiri dan bersandar di daun pintu sambil menatap dingin mereka, kedua tangannya dilipat di depan dada, berusaha menahan balasan untuk sepupunya.

"Daichi."

"Daichi."

Seisi kelas Edward menjadi heboh.

Daichi masuk ke dalam kelas Edward dan meletakan tasnya di samping kursi Edward. Bangku kelas ini satu meja untuk dua siswa, semua sudah diisi, hanya Edward yang duduk sendirian.

"Kamu ngapain disini?" tanya Edward.

Daichi menunjukan handphone. "Ada telepon masuk yang menyuruhku menemanimu. Apakah ini ayah kandung kamu semalam?"

Edward melihat foto di handphone, jam tangan dan tangan yang sama seperti di Instagram. Ia tersenyum. "Terima kasih."

"Tidak perlu sungkan, kitakan sepupu." Bisik Daichi, "Identitasmu belum boleh diungkap, kan?"

Edward mengangguk. "Ya."

"Oke." Daichi melirik Edward yang sudah membuka buku. "Apakah ada pr?"

"Ya."

Daichi menarik buku LKS di meja Ed lalu terbelalak. "Kamu sudah mengerjakan semua isinya? Wah, membosankan sekali hidupmu."

Ed menatap Daichi. "Mengerjakan itu bisa membosankan?"

"Kamu tidak bosan?"

Edward menggeleng.

Daichi mengusap hidung dengan jari. "Sebenarnya kita sama."

"Ya?"

"Aku juga sudah mengerjakan semuanya bahkan setelah mendapat LKS, aku mengerjakan semuanya."

Edward tertawa geli.

"Aku melakukan itu karena malas, malas terburu-buru dan berpikir. Mottoku bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian." Cengir Daichi, "Aku juga senang bermain, kapan-kapan aku ajak ke tempat bermainku."

Edward menatap takjub. Taman bermain? Aku belum kesana.

"Tidak mau?"

"Tentu saja aku mau, selama ini aku tidak punya teman jadi aku tidak pernah kemanapun."

"Apa? Kamu tidak pernah keluar rumah?"

Edward mengangguk.

"Bahkan ke mall?"

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang