DELAPAN PULUH

4.4K 352 5
                                    

Kinara duduk di bangku depan ICU, masih belum punya keberanian untuk masuk. Daichi tertidur di pangkuannya, tidak mau meninggalkan Kinara sendirian dengan perasaan kalut.

Sepertinya anak kecil memang sangat peka soal begini.

Kinara melihat depan pintu ICU yang tertutup.

Tak lama ada seseorang yang menyodorkan sebotol minuman dingin di lengan atas, kinara memutar kepalanya.

Ternyata Hendra yang memberikannya. "Minum ini, jus jeruk. Bisa mengurangi efek fisik dan psikologis dari tekanan stres."

Kinara menerima dan mengucapkan terima kasih sambil menundukkan kepala dengan sopan.

Hendra duduk di sebelah kaki Daichi yang tertidur pulas. "Sudah masuk?"

Kinara menggeleng pelan.

"Belum ada keberanian?"

Kinara mengangguk pelan.

"Yah, kamu merasa bersalah jadinya begitu. Setidaknya kamu tidak meninggalkan anak itu."

"Terima kasih."

"Istriku ada di Inggris sedang membantu menangani sepupuku, ibu mertua kamu. Sekalian mengurus Adelio dan Ed, mereka berdua tidak ada perkembangannya."

"Apakah anda punya dokter yang bagus?"

"Dokter bagus?"

"Maksud saya dokter yang bisa menyembuhkan-"

"Nara, dokter hanya membantu dengan teknik dan ide- sisanya tergantung pada pasien. Kasus keponakan dan anak kalian memang spesial terutama sepupuku. Kami hanya membantu, bukan manusia super yang bisa menyembuhkan. Dan ingat, dokter yang tidak bisa menyembuhkan bukan berarti tidak bagus."

Kinara menyadari kesalahannya. "Maaf."

"Pergilah menemui Kenzi, biar saya yang menemani Daichi."

Kinara menatap Hendra dan menggigit bibir bawahnya.

Hendra tidak bersimpati. "Kamu sudah dewasa dan juga seorang ibu, bagaimana bisa melakukan hal itu? Jangan bersikap egois dengan mengatas namakan trauma. Setiap manusia pasti memiliki trauma tapi kamu harus bisa menghadapinya sendiri."

"Tapi-"

"Kenzi tahu kamu tidak menginginkannya tapi dia selalu mendekatimu, jika anak kecil saja bisa kenapa kamu yang orang dewasa tidak bisa?"

Kinara terkejut.

"Tidak tahu? Dia mendengar percakapan kamu dengan Fumiko di depan pintu kamar rumah sakit Adelio."

Kinara ingin mengatakan sesuatu lalu terdiam.

"Sakitnya manusia itu berdasarkan psikologis, kamu mau Kenzi sama seperti Ed yang sekarang?"

Kinara segera bangkit, melepas sepatu dan diletakkan di rak sepatu lalu berjalan di depan pintu, ketika menyentuh pintu. Keberaniannya menjadi ciut.

Lalu entah dari mana, Kinara merasa Adelio berdiri di belakang dan menyentuh tangannya yang memegang pintu lalu berbisik. Tidak apa, dia darah daging kamu. Nara.

Kinara memejamkan mata dan mendorong pelan pintu ICU, menyeret kakinya selangkah demi selangkah.

Lalu Kinara merasakan udara dingin yang menusuk tulang dan suara pi pi.

Kinara membuka mata perlahan lalu melihat meja perawat ICU, di balik meja itu ada seseorang yang sedang menunggu.

"Aku-"

Orang itu membantu Kinara memakai baju steril, setelah selesai mereka berjalan menuju ruang tidur Kenzi. Ruang ICU memiliki enam tempat tidur yang disekat dengan kelambu rumah sakit. Hanya Kenzi satu-satunya pasien di ICU, bunyi mesin nyaring berbunyi.

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang