EMPAT BELAS

6.8K 468 13
                                    


Kinara terbangun dengan kepala pusing, sayangnya tebakan Adelio salah. Karena menangis tanpa henti, akhirnya Dimas dan Fumiko mengalah menemaninya minum setelah melapor tidak masuk kerja.

Fumiko yang sudah punya firasat buruk, Kinara akan minum banyak akhirnya pasrah bersama Dimas memesan botol wine dan pesta sebagai penghiburan.

"Sudah bangun?"

Kinara melihat gelas disodorkan dan segera meminumnya dengan cepat.

"Pelan-pelan minumnya."

Kinara membuka matanya perlahan dan hendak mengatakan terima kasih lalu terdiam.

Papa berdiri di samping tempat tidur dan mamanya duduk sambil melihat dirinya yang berantakan.

Kinara yang terkejut, merasakan sesuatu yang melonjak di perutnya.

Papa segera menggendong Kinara dan membawanya ke kamar mandi sambil mengomel. "Kamu kurus sekali."

Kinara segera mengeluarkan semua isi perut di kloset.

Papa menepuk punggung Kinara sambil mengomel. "Kamu masih berani mabuk, gak ingat punya anak tiga? Bahkan buat kakak dan kakak ipar kamu mabuk juga! Anak macam apa kamu ini!"

Papa tanpa sadar memukul keras punggung Kinara.

Kinara meringis kesakitan. "Sakiiiit, pa."

Papa segera meminta maaf lalu mengusap punggung anaknya.

Kinara terisak sambil mengeluarkan isi perut.

"Kalau mamamu gak nekat kesini, papa sama mama gak akan tahu kalau kamu kabur kesini dan bawa ketiga anak kamu!" Omel papa sambil menyalakan flush toilet. "Adit mengusirmu?"

Kinara menghapus air matanya lalu menggeleng. Sial sekali rasanya dipergoki kedua orang tua dalam keadaaan kacau.

"Kalau begitu kenapa kamu di rumah Dimas?" tanya papa.

Mata Kinara berkaca-kaca lalu menangis seperti anak kecil. "Papa gak suka melihat Nara lagi? Papa pengen Nara pergi lagi?"

Mama yang mendengarnya segera memukul punggung suami dan memeluk putri semata wayangnya. "Astaga putri kecil kesayangan mama, gak boleh bilang begitu. Mama sama papa justru kangen sama Nara."

Kinara memeluk mamanya dan menangis. "Maafin, Nara. Nara gak tahu kalau perasaan mama dan papa sesakit ini, maafin Nara."

Papa segera mengalihkan pandangannya dan keluar dari kamar mandi, dia tidak ingin putri semata wayang melihatnya menangis.

Mama berusaha menenangkan Kinara. "Iya, mama sudah maafkan. Yang penting Nara sudah tahu kesalahan Nara dimana, tidak ada kata terlambat."

Sementara itu di luar kamar. Adelio sudah berdiri di depan pintu, berhadapan dengan Reiko yang memimpin para keponakan minus Kenzi yang masih tidur di kamarnya.

Adelio melipat kedua tangan dan bersikap galak. "Apa? Kamu akan menghalangiku?"

Reiko mendecak kesal. "Aku tidak sekuat Fumi tapi aku juga tidak takut denganmu, kamu mau antar Ed ke sekolah?"

"Ya." Angguk Adelio.

Kedua mata Edward berbinar bahagia, sudah lama ia mendambakan berangkat sekolah dengan kedua orang tua atau salah satunya.

"Tidak boleh."

Adelio hendak mengatakan sesuatu, lalu terdiam mengingat nasehat Dimas semalam. "Kalau begitu, aku pinjam mobil kamu dan antar anak-anak ke sekolah tanpa keluar rumah."

Bella mengedipkan mata lalu mengangkat kedua tangannya ke arah Adelio. "Gendong."

Adelio tersenyum penuh kemenangan sambil menggendong Bella. "Hallo, nama kamu Bella?"

ARE YOU DONE, MY DEAR? [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang