Desire 1

881 108 23
                                    

Ini draf lama yang mana aku masih pake nama samaran Yuna sama Richard yaa. Males benerin juga kekekeke..

Vote 100+ langsung double up. Yuk gercep😎
.
.
.

Yuna membenci pekerjaannya, bukan karena dia mendapatkan pekerjaan yang tidak dia sukai, tapi sebaliknya. Namun terkadang pekerjaannya yang merupakan seorang pengacara di salah satu firma hukum terbesar di New York membuatnya kesulitan mendapatkan waktu senggang sehingga efeknya adalah kehidupan sosialnya yang buruk. Dia tidak bisa hangout dengan teman-temannya lagi bahkan saat weekend tiba.

Seperti sekarang, di malam minggu ini ketika orang-orang seumurannya menghabiskan waktu weekend-nya bersama kerabat atau mungkin kekasih, dia malah sibuk menghabiskan malam minggunya bersama berkas-berkas laporan mengenai kasus-kasusnya.

Yuri tidak salah ketika berkata bahwa dia berkencan dengan pekerjaannya. Yuna menghembuskan nafas lelah. Dia hanya ingin segera pergi menuju apartmentnya untuk segera berendam air hangat dan segelas wine. Membayangkannya saja sudah membuat dirinya terlena. Yuna berdiri kemudian memberikan laporannya pada assistennya.

"Sampai jumpa Senin depan, Jenny," ucapnya kemudian.

"Aku harap aku tidak membuat pacarmu marah lagi. Bersenang-senanglah."

Jenny tersenyum simpul, kemudian Yuna segera menuju tempat parkiran mobilnya. Kembali helaan nafas terdengar dari mulutnya ketika dia sudah berada di jalan raya. Dia cukup iri dengan Jenny, meski dia sibuk dia masih memiliki seorang kekasih. Sementara dia sudah lama sekali melajang. Rasanya pekerjaannya ini menjauhkannya dari kehidupan asmaranya.
Padahal orang-orang di sekitarnya bisa membagi waktu mereka antara pekerjaan dan asmara, tapi kenapa rasanya dia sulit sekali melakukan dua hal tersebut secara bersamaan.

"Yuna, kau itu harus sadar mengapa sampai sekarang kau masih melajang." Yuna mengingat bagaimana Yuri selalu menceramahinya tentang kehidupan asmaranya.

"Bukan karena kau tidak laku, demi Tuhan, temanku saja banyak yang ingin mengenalmu lebih dekat Yuna. Ditambah pemuda dari marketing di kantormu, manajer di bagian HRD, dan masih banyak lagi. Dan entah siapa lagi, kau sebenaranya bisa mendapatkan pacar sekarang juga. Tapi masalahnya ada di dirimu sendiri." Perkataan Yuri selanjutnya selalu berhasil membuatnya seolah-olah di lempar ke dasar laut paling dalam.

"Kau itu terlalu pemilih Yuna!"

Dan boom harapannya untuk memiliki kekasih pun sirna seketika. Yuri memang benar, kehidupan lajangnya ini dikarenaka dia termasuk wanita yang terlalu pemilih. Dia sadar akan hal itu, tapi tetap saja rasanya kesukaannya pada seorang lelaki akan langsung hilang ketika melihat sedikit saja tindakannya yang tidak disukai olehnya. Jika terus seperti ini dia bisa-bisa jadi perawan tua sampai mati.

Yuna keluar dari mobilnya dengan lesu. Betapa pikiran tentang masa depannya yang suram itu membuatnya cukup depresi. Memikirkan kegiatannya setelah ini hanyalah berendam air hangat dengan segelas wine tanpa ada yang mengucapkan selamat malam padanya, rasanya membuat moodnya semakin buruk.

Dia benar-benar membutuhkan seorang pacar, tapi dimana dia bisa menemukan seorang lelaki yang sesuai dengan kriteria-kriteria yang dibutuhkannya? Tidak akan ada. Jadi sudah jelas masa depannya akan suram mungkin hanya ditemani dengan belasan kucing-kucing. Sungguh menyedihkan.

Langkah Yuna melambat ketika matanya menangkap sosok lelaki familiar yang sedang berbincang-bincang dengan seorang lelaki asing berambut hitam di koridor menuju apartmentnya. Perawakannya yang tinggi dan tegap, rambut gelap, dan dua pasang mata obsidian tajam. Well, well, well, siapa lagi kalau bukan tetangganya yang paling hot, Richard Loey Park.

•Short Series• [M]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang