Arrogant -5- End

606 85 8
                                    

Aduh udah sampe part end aja nih..
.
.
.

Yoona hanya merasa bahwa saat ini ia membutuhkan tissue yang sangat banyak dan beberapa gelas es krim ataupun coklat. Duduk menangis diatas ranjang membuatnya merasa sangat kelelahan. Anehnya, ia tidak bisa berhenti menangis. Tidak, ia memang tak berniat untuk berhenti menangis jika mengingat bagaimana Chanyeol dan wanita yang tidak jelek itu. Yoona bersyukur ia masih bisa menemukan taksi ketika ia berlari dari Chanyeol yang ingin mengejarnya. Tujuannya hanyalah cepat sampai di rumah dan membasahi semua yang akan ia gigit, bantal salah satunya.

Pintu di gedor keras yang disusul dengan suara seseorang dari luar sana. "Im Yoona, buka pintunya!"

Yoona terkesiap, turun dari ranjang ia tersandung oleh selimut pinknya dan mengaduh sakit sebelum kembali berjalan kearah pintu. Yoona tak membukakannya, ia hanya bersandar pada belakang pintu dan memejamkan mata.
Suara Chanyeol terdengar lagi.

"Oh, aku mohon buka pintu sialan ini. Kita harus bicara."

Menambah rasa sakit setiap Yoona mendengar suara Chanyeol. Mereka hanya terhalang pintu kayu untuk bisa bertemu. Yoona bisa saja membukakan pintu dan mendengar apa yang ingin Chanyeol katakan, tapi nyatanya ia tidak bisa melakuka itu, sisi keegoisan wanitanya sedang mempengaruhinya untuk bertahan sedikit lebih lama, mungkin setelah Chanyeol menggedor pintu itu lebih dari 10 kali untuk itu dia hanya diam.

Chanyeol memukul keras pintu itu dengan kepalan tangannya dan menempelkan dahi disana. "Aku mencintaimu, Yoona."

Pintu bergerak terbuka, Yoona berdiri disana tegang. "Kau bilang apa?"

Gurat lelah tersirat pada wajah Chanyeol. Ia melangkah masuk, membuat Yoona terhuyung kebelakang lalu ia menutup pintu dengan kakinya. Tak peduli jika Yoona akan berteriak atau memakinya, Chanyeol melingkarkan lengannya pada pinggang Yoona untuk memeluknya.

"Aku mencintaimu." Bisik Chanyeol.

Pelapis baja pada hati Yoona pecah berkeping-keping. Pria dihadapannya ini berbicara tentang cinta yang membuatnya merasa tak lagi mengerti dimana ia sekarang. Chanyeol membuat Yoona kehilangan sebagian dari kesadarannya untuk berpikir jernih. Otaknya hanya merekam apa yang Chanyeol bicarakan dan memutarnya berkali-kali.

Chanyeol memundurkan tubuhnya. "Kau percaya padaku?"

Yoona menggeleng namun ia tidak menjawab. Mulutnya sedang terkatup rapat.

Chanyeol menghela. "Aku dalam kondisi yang tidak baik pagi ini. Kau lihat wanita tadi? Ya, walaupun aku sangat berharap kau tidak melihatnya tapi itulah Bae Irene, wanita yang ibuku puja untuk menjadi istriku. Tapi, aku berani bersumpah demi apapun bahwa kami tidak melakukan apa-apa. Percayalah, aku bahkan ingin menghapus setiap sel kulitnya yang menempel pada kulitku." Jelas Chanyeol.

Yoona mengelap air matanya dengan punggung tangan dan mundur satu langkah menjauh. "Kenapa aku harus tau? Secara teknis kita tak memiliki hubungan apa-pun."

Chanyeol menunduk dan menggeleng pelan. "Kau tak akan mengerti. Tapi,..." ia mendongak.

"Aku mencintaimu, Im Yoona."

"Kau tak menghubungiku?" tanya Yoona tajam.

"Apa?"

"Kau bahkan membiarkanku bingung seharian karena tak mendapatkan kabar."

"Apa? Oh, kau, salah paham, kau..." Chanyeol maju satu langkah dan Yoona bergerak mundur.

Chanyeol frustasi, dia hanya menyapukan tangannya ke rambut. "Sean begitu memaksa untuk membuatku mengerti apa arti dirimu untukku, dia mengambil ponsel, mencuri mobilku dan menyembunyikan seluruh kunci mobil yang berada di garasi hanya agar aku tidak menemuimu. Dan bajingan kecil itu berhasil, ia membuatku mengerti bagaimana rasanya beraktivitas tanpa melihatmu walaupun itu hanya sehari. Rasanya sangat gila." Akui Chanyeol memelas.

•Short Series• [M]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang