Hiraeth -3-

394 102 21
                                    

Yeee balik lagi, seneng kan kalian... Klo votenya gercep kan updatenya bisa secepatnya juga. Yukk votenya jangan lupa 50+♡
.
.
.

Yoona mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya dengan lantai berbahan marmer sehingga menimbulkan suara mengetuk pelan. Dia sudah berdiri di samping pintu ruang rapat mereka tadi. Dia menunggu Chanyeol yang masih berdiskusi dengan kakaknya. Beberapa menit kemudian, dia mendongak saat mendengar suara pintu terbuka. Satu-persatu orang keluar dari ruangan itu. Matanya berbinar saat melihat Chanyeol sedang berjalan keluar juga. Dia melangkah mendekat dan hendak menyapa Chanyeol saat pria itu melengos dan berjalan melewati Yoona begitu saja. Gadis itu menelan kembali kata maaf yang sejak tadi sudah tidak sabar dia ucapkan. Kemarahannya yang sudah mencapai ubun-ubun mungkin akan meledak dalam hitungan detik.

“Park Chanyeol.”

Datar, namun penuh penekanan. Chanyeol yang mendengar Yoona memanggil namanya pun menghentikan langkahnya. Mempertahankan sikap angkuhnya, Chanyeol berdiri tanpa membalikkan badannya.

“Kau—merendahkanku. Kau membuatku seolah selalu mengejarmu. Aku tersinggung akan hal itu. Kau marah karena satu jam menungguku untuk makan siang. Dan kau tidak mau mendengarkan penjelasanku. Apa kabar dengan aku yang selalu kau biarkan menunggu berjam-jam?”

Yoona memang tidak meneriaki Chanyeol seperti orang gila. Dia berkata dengan nada lirih namun tegas. Dan kemarahannya sudah tersalurkan tanpa harus berucap dengan nada tinggi. Membuang-buang tenaga.

Chanyeol menggertakan giginya. Rahangnya mengeras. “Jadi benar kau membalas perbuatanku kemarin?”

“Yah, terus saja mengambil kesimpulan sendiri. Aku jelaskan pun percuma.”

Kemudian Yoona melangkah mendahului Chanyeol. Benar, percuma bicara dengan Chanyeol saat ini. Lebih baik dia menyelesaikan pekerjaannya. Dengan begitu dia tidak akan memikirkan masalahnya lagi dengan Chanyeol. Dan yang membuat hatinya terasa lebih nyeri adalah Chanyeol tidak mengejarnya. Pria itu masih berdiri mematung di depan pintu.

.
.
.

“Eoh? Dari mana saja kau? Lama sekali. Kami baru saja akan makan siang bersama. Kau ikut, ‘kan?”

Chanyeol mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Jongin. Pikiran Chanyeol tidak ada bersama raganya sekarang. Pikirannya melayang kemana-mana. Im Yoona. Nama itu terus berputar-putar di kepalanya. Bayangan Yoona saat mengucapkan kalimat tadi benar-benar membuat Chanyeol merasa bersalah. Dia sudah sangat keterlaluan sepertinya. Yoona sudah berusaha mengerti dirinya, namun Chanyeol dengan tidak tahu dirinya lebih menjunjung tinggi ego dan keangkuhannya.

“Kenapa melamun?”

Chanyeol tersentak saat seseorang menepuk pundaknya. Dia menoleh dan mendapati Siwon sudah duduk di sampingnya. Mereka sedang berada di sebuah restoran Jepang untuk makan siang. Sekaligus merayakan deal-nya kerja sama mereka. Dia tidak tahu kalau Siwon ikut juga. Dan Park Seo Joon yang duduk tepat di seberang Siwon. Lalu, Im Yoona mana?

“Aku kira hyung tidak ikut.” Ucap Chanyeol. Mereka berdua memang cukup akrab. Siwon tahu Chanyeol menjalin hubungan dengan adiknya.

“Yoona sudah pulang duluan kalau kau mengharapkan dia datang juga.” Ujar Siwon seakan tahu apa yang tengah Chanyeol pikirkan sekarang. Chanyeol hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Siwon.

Dan Chanyeol tidak buta kalau sejak tadi Seo Joon terus memandangi dirinya. Membuat tangan Chanyeol gatal untuk melayangkan bogem mentahnya ke arah wajah tampan Park Seo Joon. Pria itu secara terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya padanya.

•Short Series• [M]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang