Untuk ke dua kalinya dalam hari ini, Chanyeol bangun di rumah sakit. Dengan keadaan yang lebih parah dari sebelumnya. Bekas jahitan di perutnya lepas hingga membuat darahnya merembes ke pakaiannya. Samar-samar Chanyeol melihat seseorang mendekat.
“Kau tidak apa-apa?” suara lembut itu membuat Chanyeol semakin menajamkan penglihatannya. Entah salah lihat atau bagaimana, yang jelas saat ini di depan Chanyeol adalah Yoona. Bukan Tiffany noona-nya seperti sebelumnya.
“Maaf. Jika kau mencari keluargamu, mereka ada di luar. Aku bisa panggilkan jika kau mau. Mereka memaksaku untuk menunggumu di sini. Aku tahu kau pasti tidak suka. Mereka terus memaksa. Aku tidak bisa—menolak.” Ucapan Yoona melemah saat melihat Chanyeol menatapnya tanpa ekspresi. Membuatnya salah tingkah. Setidaknya kalau tidak suka ‘kan Chanyeol bisa mengusirnya. Bukan hanya diam seperti ini. Membuat salah tingkah saja. Gerutu Yoona dalam hati.
“Aku terlihat sangat mengenaskan, ya?” Chanyeol terbata. Yoona bingung mau menjawab apa.
“Aku tidak pernah mau terlihat menderita di hadapan siapapun. Termasuk di hadapanmu.” Yoona masih bergeming di tempatnya.
“Maaf, jangan dengarkan apa kata noona-ku. Aku tidak perlu dikasihani.”
“Tidak. Aku tidak begitu,” sanggah Yoona.
Well, mereka seperti orang asing. Percakapan mereka terdengar sangat canggung.
“Kalau aku memintamu untuk tetap di sini, apa kau mau?”
“A—apa?” Yoona membeo.
“Tidak. Lupakan saja. Kau boleh keluar. Maaf memberimu pemandangan seperti ini.”
Bertemu di rumah sakit dengan salah satunya menjadi pasien, Chanyeol yakin bukan sesuatu yang baik untuk orang yang baru bertemu setelah beberapa lama.
“Y-ya. Eung—aku minta maaf. Untuk tidak mengatakannya secara langsung padamu. Itu tindakan pengecut. Aku tahu.” Chanyeol tahu maksud Yoona. Kejadian mereka putus, ‘kan?
“Aku sudah tidak mau membahasnya,” sahut Chanyeol singkat. Sakit sekali rasanya.
“Tentu saja. Aku juga sebenarnya tidak mau. Hanya saja, kupikir aku perlu—oh, lupakan. Aku akan keluar sekarang.” Yoona beranjak dari duduknya dan mundur perlahan. “Selamat tinggal.”
Chanyeol tidak menyahuti ucapan Yoona. Membuat Yoona semakin malu dan memilih membalikkan badannya meninggalkan Chanyeol.
“Apa kau bahagia?” langkah ke lima Yoona terhenti.
“Kau bahagia aku melepasmu? Kupikir aku perlu memastikan hal itu.” Yoona membalik badannya dan terkejut melihat Chanyeol sudah berdiri di hadapannya. Bisa dia lihat selang infus yang menggantung dengan ujung yang tergeletak di lantai. Chanyeol mencopotnya—lagi.
“Menurutmu?” Chanyeol diam.
“Kalau aku bilang kau tidak bahagia, apa kau akan kembali padaku?” kali ini Yoona yang kehilangan kalimatnya. Bagaimana, ya?
“Kau mungkin akan menertawakanku. Tapi, aku tidak bahagia kalau kau tidak bersamaku.”
Kemudian Chanyeol menundukkan wajahnya. Dia tidak sanggup melihat raut wajah Yoona saat ini.
“Aku bersumpah bahwa aku baru saja akan memperbaiki semua saat kau malah memilih mengakhirinya.”
Nafas Yoona tersendat. Tidak. Jangan. Jangan biarkan dia menangis di sini.
“Aku memikirkan cara untuk membuatmu kembali padaku. Tapi, saat aku melihatmu tertawa tanpa beban bersama Park Seo Joon, aku merasa usahaku akan sia-sia. Kau tidak pernah tertawa selepas itu saat bersamaku. Mungkin aku terlalu mengekangmu. Dan aku juga pria yang membosankan, ‘kan?” Yoona merasakan nyeri dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Short Series• [M]✔
Short Story[Adult Content 21+] 🔞 Private Part, Follow first Hanya sekumpulan cerita pendek Park Chanyeol dan Im Yoona dalam berbagai genre. •Tidak untuk anak dibawah 17 tahun•