Awalnya aku kira akan berjalan mulus, tidak ada orang lain dan hanya ada kamu juga aku. Tetapi ternyata kamu lebih memilih rumah barumu
||||
"Matcha aku mau ikut kamu, please!"
Matcha berdecak saat Aciel kembali merengek sembari mengikutinya dari belakang. Wanita itu mencepol asal rambutnya ketika turun dari tangga.
"Matcha, please! Aku bosen di rumah terus ... aku mau ikut kamu," ucap Aciel dengan tangan kecilnya yang menarik-narik ujung rok Matcha.
"Gak, ya! Aku tuh mau kerja dan gak boleh bawa anak kecil."
"Itu kan kantor punya Papa aku, aku boleh dong ikut kamu."
Dengan galak Matcha menunduk untuk memberi tatapan mautnya kepada Aciel yang langsung cemberut. Tangan anak laki-laki itu menjauh dari ujung rok yang dikenakan Matcha karena tahu Matcha terganggu.
"Kamu kenapa sih maksa banget pengen ikut aku ke kantor?"
Aciel menunduk. "Aku kesepian di sini, gak ada temen."
"Emang di kantor gak akan kesepian? Aku nanti kerja, bahkan harus keluar buat mantau lokasi syuting!"
Barulah Aciel mendongak untuk menatap Matcha lagi, dia mengeluarkan puppy eyes andalannya agar Matcha luluh dan mau mengajaknya untuk ke kantor.
"Setidaknya kan ada kamu, aku gak akan kesepian," katanya dengan lugu.
Matcha mendelikkan mata sembari menghela napas. Dia harus sabar menghadapi bocah menyebalkan itu.
Jika Aciel ikut yang ada adiknya itu akan mengacau dan mengganggu konsentrasinya.
"Di sini ada Dira, dia kan suka nemenin kamu. Lagian kenapa sih kamu deket-deket sama aku mulu?" tanya Matcha, dia berkacak pinggang dan raut wajahnya tambah garang.
"Karena aku sayang kamu, makanya aku deket-deket sama kamu."
Kalimat yang sebenarnya manis itu membuat Matcha mencibir, dia kembali menuruni tangga dan Aciel masih mengikutinya. Jika terus meladeni Aciel, Matcha akan kesiangan.
"Dira!" serunya dengan suara lantang.
Merasa bahwa Dira tidak mendengar, Matcha pun berdecak sembari mengumpat pelan. Dia berjalan cepat untuk ke halaman belakang dan Aciel berlari untuk mengikuti Matcha.
"Matcha pelan-pelan dong jalannya!" ucap Aciel yang diabaikan oleh Matcha.
"Dira, anak lo kandangin aja bisa gak– eh?" Matcha mengerjapkan mata saat ada wajah-wajah asing yang menatap ke arahnya dengan terkejut.
Adriguel menatap Matcha dengan tajam sebelum dia meminta maaf karena seruan Matcha mengganggu obrolan mereka. Pria itu berdiri untuk menghampiri Matcha dan menggendong Aciel yang langsung menampilkan ekspresi tersakiti. Dia akan mengadu kepada Adriguel agar Matcha mau membawanya ke kantor.
"Kenapa?" tanya Adriguel.
"Anak Papa tuh mau ikut aku ke kantor, dikiranya kantor tempat bermain kali!" jawab Matcha dengan intonasi normal namun tetap terdengar kesal samar-samar.
"Kamu bisa titipin Aciel ke OB."
Matcha membulatkan mata karena tidak percaya respon Adriguel akan seperti itu, dia kira Adriguel akan ada di pihaknya.
"Dia tuh mau deket-deket sama aku, dititipin ke OB mana mau dia. Udahlah Pa, Matcha gak bisa fokus kalau ada dia di kantor."
"Tapi Aciel pengen ikut Matcha, Pa!" sahut Aciel dengan nada bergetar menahan tangis. "Aciel gak mau jauh-jauh dari Matcha."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...