71. Akhirnya (END)

45.8K 2.1K 155
                                    

follow ig Selatan sama Matcha yuk!

@s_atan69
@matcharubyca
@alfinaaadama_

||||

Di ruang kerja yang nampak sangat gelap dan hanya diterangi oleh cahaya malam lewat dinding kaca, ada Matcha yang tengah tertidur dengan wajah yang menelungkup di atas meja kerjanya.

Perempuan itu membuka mata saat mendengar suara petir yang membuat dinding kacanya bergetar pelan. Ah, dia ketiduran lagi di sini.

Setelah mengumpulkan nyawanya, Matcha pun menegakkan badan sembari mengedarkan pandangan ke ruang kerja yang gelap ini.

Hampa...

Sudah tiga tahun berlalu sejak insiden kebakaran itu, anaknya pun tidak kunjung ditemukan sampai petugas yang menangani bilang bahwa Selatan dan Matcha harus merelakan Skala.

Sulit memang. Apalagi Selatan berubah drastis menjadi sangat pendiam. Lelaki itu pastinya terpukul karena tidak menyangka kalau Skala yang sempat berada di gendongannya hilang beberapa menit setelah keluar dari ruangan bersama suster yang dikabarkan meninggal akibat kebakaran itu.

Matcha menghela napas karena merasa beban yang menumpuk di hatinya semakin dalam.

Dia tidak suka melihat Selatan menjadi pendiam seperti itu. Sagar juga Laga sampai tidak berani untuk mengajak Selatan main seperti dulu.

"Bunda."

Kepala Matcha mendongak saat pintu ruang kerjanya terbuka dan kepala Sagar muncul di celah-celah sana.

"Hei, kenapa belum tidur?" tanya Matcha sembari menghampiri Sagar.

"Bion tadi udah tidur, cuma kebangun lagi karena tau kalau Bunda pasti ketiduran di sini."

Senyum Matcha langsung terlihat. Ada rasa hangat yang melingkupi seluruh hatinya karena perlakuan Sagar yang sangat manis. Anak ini tumbuh dengan sangat baik, bahkan sikapnya menunjukkan kalau Sagar adalah soft boy yang tidak akan pernah berlaku kasar kepada perempuan.

"Bion sekarang tidur gih, Bunda juga mau ke kamar kok."

Bion menatap wajah Matcha, dia tahu kalau Matcha sedang memendam semuanya.

"Bunda belum makan," gumam Sagar yang membuat Matcha tertegun.

Matcha memang belum makan malam, terakhir makan pun waktu jam istirahat di kantor. Entahlah, tidak ada nafsu untuk makan.

"Bion tidur dulu, udah malem banget ini. Besok sekolah kan pastinya."

Kepala Sagar mengangguk untuk mengiyakan Matcha. Anak berumur 9 tahun itu memeluk perut Matcha untuk beberapa detik sebelum mengecup pipi sedikit tirus itu yang tidak berisi lagi.

"Bunda harus rajin makan lagi, jangan abai sama perut Bunda. Terus kalau ada masalah atau apapun itu, cerita aja sama Bion. Bunda selalu bilang kalau Bion ada masalah, jangan sungkan atau takut buat cerita ke Bunda kan?" Matcha mengangguk mendengarnya. "Nah, sekarang Bion mau minta ke Bunda buat jangan sungkan cerita ke Bion."

Matcha menatap wajah anaknya yang kini tengah menatapnya dengan sangat lembut. Bagaimana bisa anak berumur 9 tahun berbicara dengan sangat dewasa kepada Matcha.

"Bunda sayang banget sama Bion," ucap Matcha sembari membawa Sagar ke pelukannya lagi.

Jika diceritakan pastinya akan sangat panjang. Matcha lebih baik memendamnya agar orang lain menganggap bahwa Matcha baik-baik saja.

"Bunda baik-baik aja, Bion gak perlu khawatir sama Bunda. Mulai sekarang Bunda janji buat rajin makan lagi, demi Bion."

"Demi kesehatan Bunda, bukan demi Bion." Sagar meralat ucapan Matcha tadi sampai membuat kekehan Matcha terdengar.

TOXIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang