jangan lupa vote sama komen.
||||
Matcha ternyata ketiduran setelah debat dengan Selatan perkara Azam yang ingin memegang perutnya.
Gadis itu mengernyitkan kening saat merasa ada tangan yang melingkari perutnya dengan erat, seolah Matcha akan hilang jika tidak dipeluk seerat ini. Karena penasaran akhirnya Matcha menoleh ke belakang, lalu ia menemukan wajah pulas Selatan.
"Jam berapa, ya?" Dia bergumam sendirian sembari menatap langit-langit.
"Jam empat sore."
Tahu bahwa Selatan sudah bangun, Matcha langsung membalikan badan menghadap tembok untuk membelakangi cowok itu. Dia juga tak lupa berusaha untuk mengawasi tangan Selatan yang melingkar diperutnya.
"Lepasin!" pintanya dengan nada sinis.
Bukannya menurut, Selatan malah semakin memeluk erat Matcha. Dia menenggelamkan wajahnya ke tengkuk gadis itu dan memejamkan mata.
Nyaman.
"Selatan lepasin pelukannya. Gue gak mau dipeluk sama–"
"Sebentar, Ca. Please..."
Meski dengan wajah yang jutek, akhirnya Matcha diam dan membiarkan posisi menyebalkan ini masih bertahan. Gadis itu mengulum bibirnya sendiri karena merasa dejavu dengan situasi ini.
Selatan memeluknya dari belakang dan menenggelamkan wajahnya di tengkuk Matcha saat tahun lalu, namun bedanya sambil menangis. Cowok itu tidak mau diputuskan oleh Matcha.
"Maaf udah bentak lo tadi siang," gumam Selatan, namun tidak ada respon dari Matcha.
"Gue gak mau lo deket-deket sama cowok lain, gue cemburu. Meski lo mikirnya Azam gak ada niatan lain sama lo, tapi gue tetep gak suka. Gue gak mau lo dipegang sama yang lain. Cuma boleh sama gue, Ca."
Setelah beberapa detik kemudian akhirnya Matcha pun merubah posisinya jadi menatap Selatan. Mata mereka saling pandang satu sama lain.
"Kenapa, Atan? Kenapa gue gak boleh dipegang cowok lain, sedangkan lo sendiri suka megang cewek lain?" tanya Matcha dengan nada pelan.
Pertanyaan itu sudah ada dibenaknya sejak dua tahun yang lalu, saat mereka baru memasuki bangku SMA. Matcha ingat betul bahwa dari sanalah Selatan berubah. Cowok itu menjadi suka bermain-main dengan wanita dan pergaulannya menjadi sangat bebas.
"Gue egois, maaf." Tangan Selatan memegang pipi Matcha, tatapannya sangat dalam dan akibatnya Matcha pun jadi lemah.
Gadis itu hanya bisa diam ketika Selatan mengecup pelan keningnya, turun ke hidung dan berakhir di bibir.
"Semua yang ada di lo, punya gue." Selatan menatap Matcha terlebih dahulu sebelum kembali berbicara. "Dan gue gak suka kalau punya gue dipegang sama yang lain."
Saat Selatan akan mencium bibirnya lagi, saat itu juga Matcha beranjak bangun sampai membuat Selatan tersenyum tipis.
Matcha menghindarinya.
"Gue gak mau setiap kita berantem akhirnya malah harus having sex," kata Matcha sembari menatap Selatan yang langsung terkekeh pelan.
Rupanya Matcha sudah tahu akan bagaimana ciuman itu akhirnya jika terus dilanjut.
"Mandi sono!" titah Selatan yang langsung membuat Matcha berdecak.
"Males."
"Mandi, Ca. Lo bau."
Mata Matcha melotot. Dia menatap Selatan dengan tak terima karena sudah dikatai bau.
"Enak aja! Gue gak bau–" Matcha tidak melanjutkan ucapannya karena gadis itu langsung membekap mulut ketika sesuatu terasa akan keluar dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...