Pelajaran yang paling Selatan nantikan adalah pelajaran olahraga jasmani, dia bisa melihat banyak siswi berkeliaran didepan matanya dengan hanya memakai pakaian olahraga yang memang sengaja ketat.
Seperti saat ini, matanya tengah mengamati Chava yang sedang bermain voli bersama teman satu gengnya. Gadis itu nampak lebih cantik apalagi kalau rambutnya diikat kuda seperti itu.
"Chava gak akan ilang, jadi jangan diliatin mulu." Suara Vian terdengar menyindir.
Kepala Selatan menengok ke arah Vian. "Gue lagi cuci mata."
"Cuci mata mah pake air, kek gini nih!" ucap Niko sambil menyiramkan air kemasan ke wajah juga rambut Selatan hingga basah.
"Sialan lo!"
Selatan kini sibuk mengusap wajah lalu rambutnya yang basah. Dia ingin mengejar Niko, tetapi cowok itu sudah kabur duluan ke lapangan untuk bermain bola.
"Lo kayaknya tambah deket sama Chava," kata Vian yang lagi-lagi membuat Selatan menatap ke arahnya.
"Ya emang kenapa, sih? Ribet banget lo, ah."
"Bukan masalah ribet apa enggaknya, Tan."
Kening Selatan mengernyit pelan. "Terus?"
Vian menatap sahabatnya dengan wajah kalem khas cowok itu.
"Gue gak mau lo tambah brengsek."
"Lah."
Melihat respon Selatan seperti itu, decakan terdengar. Vian memalingkan muka dengan pasrah. Niatnya baik karena hanya ingin membuat Selatan berubah dan menjadi lebih baik dari yang sebelumnya.
"Apa lo gak mikirin perasaan Matcha? Dia pasti sakit dari dulu karena kelakuan lo," ucapnya yang tanpa sadar membuat Selatan tersinggung.
"Mustahil kalau Matcha sakit karena gue. Dia gak masalah tuh, waktu gue sama cewek lain. Bahkan dia makin gencar buat hina gue yang kastanya lebih rendah daripada dia."
Masih jelas diingatan ketika Matcha mempermalukannya didepan umum dengan mengatakan bahwa Selatan hanyalah cowok tidak tahu diri yang mau bersanding dengannya. Gadis itu juga tidak pernah mau menghargai perjuangan Selatan sedikitpun.
"Oke. Gue emang gak membenarkan sifat Matcha yang kayak gitu, tapi cari tau dulu dia kenapa sampai bisa kayak gitu. Bisa aja dia sakit hati atau–"
"Kenapa lo selalu bela Matcha?"
Seketika Vian terdiam. Matanya juga mata Selatan saling pandang. Cowok itu mendadak tidak tahu harus menjawab apa, dia juga baru sadar kalau selalu membela Matcha didepan Selatan.
Melihat Vian hanya diam, senyum sinis Selatan terlihat.
"Gak usah bela siapa-siapa. Gak usah urusin gue sama Matcha juga."
"Tan–"
"Lo emang baik, selalu bantu gue disaat gue lagi susah. Tapi gue gak butuh bantuan lo tentang hubungan gue sama Matcha, karena itu urusan pribadi gue."
Sebelum Vian kembali berbicara, Selatan langsung pergi dari hadapan cowok itu karena Chava memberi kode agar dia mengikuti ke mana gadis itu akan pergi.
Dia berjalan dibelakang Chava dengan wajah datar karena mood- nya buruk akibat mengobrol dengan Vian tadi.
"Ngapain?" tanya Selatan saat mereka masuk ke dalam toilet bekas yang terletak dibelakang sekolah.
Chava tersenyum penuh arti kepada Selatan yang justru kebingungan. Gadis itu melingkarkan tangannya ke leher Selatan, jarak wajah mereka juga dekat sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...