kemarin respon kalian bikin aku semangat dan aku seneng banget karena akhirnya ada banyak orang yang komen tentang part di story ini!!
||||
Setelah kejadian kemarin yang cukup membuat Selatan maupun Matcha jadi renggang, hari ini Matcha bertekad untuk mencari pekerjaan. Gadis yang tengah hamil itu benar-benar membuktikan ucapannya kemarin yang mengatakan bahwa dia tidak akan mengandalkan Selatan lagi. Dia akan mencari makan dengan hasil kerjanya sendiri, dia juga akan membiayai kehidupannya tanpa bantuan dari Selatan.
Anggap saja dirinya dan Selatan hanya orang asing yang mengurusi pribadi masing-masing di atap yang sama.
"Gue udah bilang kan, kalau lo cukup diem dan gue yang kerja?"
Suara berat itu membuat Matcha terdiam. Dia yang tadinya akan membuka pintu kost pun jadi mengurungkan niatnya untuk berbalik menatap Selatan yang baru bangun tidur.
"Gue juga udah bilang kan, kalau gue gak mau dinafkahi sama uang haram?"
Selatan berdecak sedangkan Matcha tersenyum mengejek. Mereka sama-sama keras kepala dan hal itu membuat mereka sulit untuk bersatu.
"Jangan keras kepala, Ca. Kalau lo kecapekan karena nyari kerja, kasian anak kita!" ucap Selatan sembari menatap lekat perut Matcha.
Sebenarnya Selatan ingin melarang karena tidak mau Matcha susah payah ke sana- ke mari mencari pekerjaan. Dia tidak tega membiarkan gadis yang biasanya dilimpahi banyak uang tanpa harus susah payah bekerja, justru kali ini mencari pekerjaan untuk mendapatkan uang. Selatan tidak mau tambah gagal menjadi suami.
"Gue gak selemah itu. Nyari kerja gak bakal bikin gue capek."
Selatan beranjak dari tidurnya untuk menghampiri Matcha yang langsung menajamkan mata karena melihat kissmark di leher cowok itu. Rasanya tidak puas jika hanya memberi tamparan saja.
"Nurut kali ini aja sama gue," pintanya dengan suara yang dibuat lembut agar Matcha mau mengerti. "Ini juga demi lo, demi anak kita. Lo gak perlu susah payah cari kerja."
"Siapa lo yang harus gue turutin?"
Selatan terpaku, matanya menatap Matcha dengan pandangan terkejut dan tidak menyangka.
"Gue suami lo sekarang," bisiknya. Ada nada lelah di sana.
Matcha menghela napas, dia melipat kedua tangan didepan dada sedang matanya menatap lekat wajah Selatan.
"Jujur aja, gue udah gak mau anggap lo suami gue. Hei, dari pas waktu gue putusin lo, lo harusnya sadar kalau gak ada cinta lagi dari gue buat lo. Kayak yang lo bilang semalam aja kalau kita bertahan cuma karena anak ini. Tanpa cinta, tanpa rasa sayang."
Ada nada bergetar pelan saat Matcha mengucapkan kalimat akhir. Gadis itu jelas tengah membohongi dirinya sendiri agar terlihat tetap tegar dan baik-baik saja tanpa dicintai atau mencintai Selatan.
Lagipula jika dia terus bertahan dengan perasaannya kepada Selatan, bukankah itu hanya akan menyiksanya saja? Meski memang cowok itu berhasil membuatnya merasa jatuh cinta, jika Selatan sudah terlalu sering menyakiti sudah seharusnya untuk Matcha berhenti.
"Oke." Suara Selatan terdengar lirih. Matanya menatap Matcha dengan tatapan yang sulit diartikan. "Tanpa cinta, tanpa rasa sayang. Oke, Ca. Sebisa mungkin gue bakal bener-bener lupain rasa yang pernah ada dihati gue buat lo."
Untuk beberapa saat Matcha terdiam, ada rasa sesak yang membakar hatinya. Untuk menguatkan dirinya sendiri, Matcha pun mengangguk dengan wajah cuek.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...