24. Deep Talk

26.7K 2.4K 225
                                    

BANYAKIN KOMEN SAMA VOTE, MAKASII!

maaf kalo ada typo

|||

Selatan benar-benar menjaga Matcha sampai malam hari dan tidak keluar dari kost selain untuk membelikan beberapa makanan, obat juga vitamin untuk Matcha.

Sebenarnya ada beberapa chat masuk dari Chava yang mengajaknya bertemu di salah satu coffee shop, katanya dia rindu karena mereka sudah lama tidak bertemu, tetapi Selatan memberi alasan bahwa dia sedang menjaga Matcha.

Selatan tidak akan pergi meninggalkan Matcha lagi, dia akan di sini bersama gadis itu untuk menebus rasa bersalahnya.

"Pengen mie punya lo," kata Matcha saat melihat Selatan asik makan mie goreng sambil menonton Upin dan Ipin lewat ponsel.

"Gak boleh."

"Bolehin! Gue pengen mie."

Selatan menatap Matcha yang menampilkan wajah garangnya. "Kalau lagi sakit gak boleh makan mie."

"Gue udah sembuh tau, enggak sakit lagi."

"Bohong, orang lo masih demam."

Matcha berdecak. Dia menghampiri Selatan untuk setelahnya membawa telapak tangan cowok itu ke dahinya.

"Udah gak panas dahinya, iya kan?"

Selatan tersenyum, dia mengusap dahi Matcha sebelum akhirnya turun memegang salah satu pipi gadis itu. "Masih demam dikit. Gue masakin bubur aja, ya?"

Kepala Matcha menggeleng cepat, tanda bahwa dia tidak mau bubur. Ini yang dia tidak suka jika sedang sakit, makanan pedas dan enak-enak malah tidak boleh dimakan.

"Mau mie punyanya Selatan," pinta Matcha dengan mata yang melirik mie goreng milik cowok itu.

"Enggak boleh, Matcha lagi sakit. Bubur aja, ya? Bubur buatan gue enak."

Kepala Matcha lagi-lagi menggeleng. "Gak enak, buburnya instan jadi gue gak suka. Mie aja, satu sendok."

Setelah berpikir lama, akhirnya Selatan menyuapi Matcha satu sendok mie sehingga gadis itu diam dan tidak bawel lagi.

"Gak kerasa, satu sendok lagi dong."

Selatan berdecak. "Modus doang lo mah. Tidur aja sana, udah malem."

"Gak ngantuk."

Selatan menghabiskan mie gorengnya sebelum mematikan ponsel dan mengajak Matcha untuk tidur.

"Pijitin gue, pegel nih kakinya." Matcha menyuruh sambil menunjuk kedua kakinya.

"Dih, nyuruh."

"Dih, ya gapapa. Beban yang gue bawa di perut berat nih! Gue bawa anak lo, hasil benih lo."

Rasanya Selatan ingin menyumpal mulut Matcha menggunakan apapun karena kelakuan Matcha malam ini membuatnya gemas. Jika sebelumnya gemas karena ingin menampol, sekarang gemas karena ingin mencium seluruh wajah gadis itu.

"Pake kata tolong dulu, baru gue mau mijit kaki lo."

Matcha berdecak dengan mata mendelik. Selatan ini ribet sekali, padahal tinggal memijat kakinya saja.

"Gak mau," ucapnya dengan ketus.

Kedua bahu Selatan naik. "Yaudah, gue juga gak mau."

Kedua mata Matcha melotot. "Pegel kakinya, Atan. Tolong pijitin."

"Nah gitu dong, kan enak didengernya."

Matcha mencibir, apalagi ketika sebuah senyum hadir di bibir Selatan yang tipis.

TOXIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang