12. Kucing Cabul

25.7K 2.2K 29
                                    

VOTE SAMA KOMEN!

|||

Matcha tidak bisa menikmati tidurnya saat suara kucing bertengkar terdengar ke kamar kost. Sepertinya kucing itu bertengkar didepan pintu kost Matcha.

Dengan matanya yang berusaha untuk terpejam, Matcha mengerang. Andai saja ia tidur di kamar yang ada di rumahnya, tidak akan ia mendengar suara gaduh kedua kucing kampung itu.

"Ah, sialan!" Gadis itu menatap tajam pintu yang tertutup. "WOY, KALAU MAU BERANTEM JANGAN DIDEPAN PINTU GUE!"

Bukannya mereda, suara itu malah semakin mengganggunya. Mau tak mau Matcha pun bangkit dari posisi tidurnya, dia akan memisahkan kucing-kucing meresahkan itu agar tidak berisik lagi.

"Gak tau apa ya, kalau gue lagi molor?" gumamnya sembari membuka pintu.

Matanya sempat membulat ketika melihat dua kucing tengah saling baku hantam dan menggeram dengan keras. Rupanya mereka sepasang dan yang cowok ingin bercocok tanam ke kucing cewek, namun kucing cewek malah melawan.

"Wah, sebelas dua belas sama si Atan. Lagi turn on tu kucing cowok."

Karena rasa peduli yang tinggi kepada kucing cewek, Matcha berusaha untuk memisahkan mereka dengan cara menggendong kucing cewek agar terhindar dari cowok cabul itu.

"AW, AW, SIALAN!" Matcha menjerit dan berusaha menghindar agar paha juga kakinya tidak jadi sasaran ulah kucing cowok.

Pakaian bawahnya pendek dan itu memudahkan si kucing cowok yang tengah ngamuk untuk mencakar juga menggigit Matcha. Dia sepertinya marah karena Matcha mengacaukannya.

"Pergi gak lo? Pergi sana!"

Kaki Matcha menendang pelan karena refleks, tetapi kucing itu malah semakin anarkis dan terus menyerang Matcha yang sudah menahan sakit sekarang.

"Dasar kucing cabul, bisanya nyakitin doang! Bangke, paha gue jangan dicakar!"

Karena tidak tahan diserang oleh kucing cowok, Matcha pun duduk dan berusaha mendorong tubuh kucing tersebut agar pergi. Rasa sakit dan perih mulai terasa dari betis hingga pahanya, bahkan Matcha sempat melihat darah mengalir dari sana.

Bukannya pergi dan menyerah kepada Matcha, kucing tersebut malah semakin menjadi-jadi. Sangking fokusnya bertengkar dengan kucing cowok, Matcha sampai tidak sadar bahwa kucing yang ada digendongannya sudah kabur.

"Aaa, sakit!" jerit Matcha kala tangannya ikut digigit.

Disaat kucing juga Matcha masih bergelut dengan sengit, saat itu pula ada air yang dicipratkan ke arah kucing tersebut hingga dia akhirnya kabur dengan cepat.

Matcha langsung menghela napas dengan lega karena akhirnya dia tidak dicakar dan digigit lagi oleh kucing cabul itu. Dia mendongak lalu menemukan Selatan yang tengah memperhatikannya sambil berdiri.

"Ngapain lo gelut sama kucing?"

Pertanyaan itu membuat kening Matcha mengernyit. "Gue? Gelut sama kucing? Enggak, ya! Gue tuh tadi baru aja nyelamatin kucing betina dari kucing cabul. Enak aja dia mau perkosa tu kucing di sini, sebelas dua belas lah kayak lo. Kang cabul."

Nah kan, Matcha tidak tahu diri setelah diselamatkan oleh Selatan. Dia malah mengejeknya daripada mengucapkan terima kasih. Keterlaluan memang.

"Bukannya misahin, lo malah gelut sama dia. Liat paha sama kaki lo," suruh Selatan sembari mengedikan dagunya ke arah kaki Matcha.

Akhirnya kepala Matcha menunduk, dia terkesiap kala melihat kaki sampai pahanya penuh dengan luka cakar dan gigit. Ada darah yang mengalir bahkan sampai mengotori lantai.

TOXIC [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang