pliss jangan jadi sider, kalo pngn up cepet harus mau vote + komen makasii.
||||
Hidup Matcha itu sedari kecil sudah berkecukupan, apa yang ia inginkan bahkan akan terwujud dalam waktu beberapa jam. Matcha tidak pernah hidup susah.
Dengan tatapan nanar, Matcha menatap pintu kos di hadapannya. Dia harus terbiasa hidup susah dari sekarang bersama cowok brengsek yang bernama Selatan.
"Gue gak mau masuk," ucapnya sampai membuat Selatan menatap ke arah Matcha dengan bingung.
"Ini udah malem, lo harus tidur."
Matcha menggeleng. Dia mengintip ke dalam kos berukuran kecil tersebut dengan tatapan jijik.
Dia memang tidak terlalu peduli dengan kebersihan, tetapi ketika melihat kondisi kos murah meriah ini entah kenapa tiba-tiba badannya gatal semua.
"Itu kosan harus bersih dulu, baru gue mau masuk." Matcha berkata sembari menunjuk lantai kos.
Selatan melongo, cowok itu menatap lantai kos yang memang kotor. Yang benar saja? Masa dia harus ngepel dan membersihkan kosan itu di saat badannya lelah?
"Besok gue bersihin," kata Selatan.
"Bersihin sekarang, Atan."
Selatan menghela napasnya. Dia menatap Matcha dengan tatapan lelah yang sangat kentara.
Setelah tadi pagi akad yang itupun diadakan di kampung neneknya, Selatan harus rela dipukuli Papa Matcha untuk yang kesekian kali. Wajahnya saja masih lebam sampai sekarang.
Lalu setelah itu dia mencari kos-kosan yang murah, tentu mencarinya dibantu oleh kedua temannya.
"Ca, gue capek kalo harus bersih-bersih ni kosan. Besok, ya? Besok pasti gue bersihin." Cowok itu membujuk.
Decakan Matcha terdengar, dia memalingkan wajahnya agar tidak menatap Selatan.
Demi apapun Matcha tidak akan bisa tidur jika kondisinya seperti ini. Tapi mau bagaimana lagi.
"Oke."
Akhirnya Selatan menyuruh Matcha untuk menunggu sebentar karena dia akan membawa kasur kecil yang ia bawa dari rumah untuk dimasukkan ke dalam kos. Ah iya, dia diberi pinjam mobil milik Vian untuk membawa kasur dan barang lainnya yang rencananya akan ia bawa besok.
Setelah selesai, akhirnya mereka rebahan.
"Kasurnya kecil banget," keluh Matcha sembari membelakangi Selatan yang hanya bisa mengusap dada.
"Kalau gue udah kaya, gue beli kasur yang besar."
Tawa sinis Matcha terdengar. "Kalau kaya itu beli rumah biar gue gak tinggal ditempat kumuh kayak gini."
"Iya-iya, beli rumah. Doain semoga gue kaya."
Matcha hanya diam karena dia tidak mau untuk terus-terusan terlibat obrolan dengan Selatan. Dia tidak lupa kalau sedang benci terhadap cowok itu.
"Matcha udah tidur?" Selatan bertanya setelah beberapa menit terlewati.
Matcha tidak menjawab meski matanya masih melek. Dia sedang melamun sembari menatap tembok bercat putih di hadapannya. Bahkan catnya saja sudah terkelupas. Miris sekali hidupnya sekarang.
Ketika sedang asyik melamun, sebuah tangan melingkari perutnya. Selatan memeluknya sembari menenggelamkan kepalanya ke leher belakang Matcha.
Hening yang tercipta membuat perasaan sesak itu menyelimuti hati Matcha. Dia memejamkan mata agar air sialan itu tidak jatuh ke kedua pipinya.
"Mulai sekarang lo harus terbiasa hidup susah sama gue," bisik Selatan namun masih bisa didengar Matcha.
"Jangan mau kamu diajak susah sama suami! Papa membesarkan kamu bukan untuk diajak susah oleh orang lain."
Matcha tidak yakin ia bisa hidup susah bersama Selatan karena disepanjang hidupnya ia selalu dimanjakan oleh harta.
Rumah Matcha mewah, pakaiannya branded semua dan uang saku Matcha sebulan bisa sampai 15 juta. Kosan kecil ini bahkan bisa masuk ke kamarnya.
"Kenapa, Atan?"
"..."
"Kenapa lo hancurin hidup gue sampai segininya?" Matcha bertanya dengan nada lirih.
Di usianya yang masih 18 tahun tentu Matcha mempunyai banyak impian untuk ke depannya. Bahkan dia akan kuliah ke London jika sudah lulus nanti, tetapi impiannya harus dipatahkan oleh Selatan.
"Gue gak bermaksud buat hamilin lo," kata Selatan sambil mengeratkan pelukannya di perut Matcha.
Meski memang benci kepada gadis ini, tetapi demi apapun Selatan tidak ada niatan untuk menghamili Matcha. Mau sejahat apapun Matcha yang selalu menginjak-injak harga dirinya, tetap saja Selatan masih punya hati nurani kepada gadis itu.
Apalagi, Selatan sayang Matcha.
"Gak bermaksud? Yakin lo, hah?" Matcha melepaskan tangan Selatan yang melingkar di perutnya. "Lo paksa gue buat lakuin hal menjijikkan itu. Lo keluarinnya di dalem!" seru Matcha yang kini sudah menatap Selatan dengan rasa benci yang menggebu di hati.
Andai saja malam itu Matcha bisa lebih mempunyai tenaga untuk melawan, andai saja Matcha tidak membiarkan Selatan mengeluarkannya di dalam. Tetapi semuanya sudah terjadi, Matcha hanya akan hidup dengan masa depan yang suram mulai sekarang.
"Kalau gue bilang gue dijebak sama seseorang, apa lo percaya?" tanya Selatan. Matanya berusaha meyakinkan Matcha.
"Gue gak akan pernah mau percaya lagi sama cowok kayak lo!"
|||
dijebak sapa tuuu
Selatan
Matcha
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...