Pernah terlintas dipikiran Matcha bahwa jika dirinya juga Selatan menikah, hidup dan kisah mereka akan jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Sekarang Matcha tertawa pelan karena merasa idiot sudah memikirkan hal manis seperti itu.
Nyatanya setelah menikah mereka masih sering bertengkar, sering meributkan banyak hal, dan kekurangan uang. Matcha juga tidak bisa mengucapkan kata pisah begitu saja jika hubungan mereka sudah seperti ini.
Suara pintu terbuka membuat Matcha langsung menatap ke arah suara. Matanya menatap datar Selatan yang memberikan senyum kepadanya dengan kantong keresek makanan di tangan. Dibalik tatapannya tersirat rasa kecewa juga marah jika Selatan menyadari itu.
"Gue bawa nasi goreng sama susu bumil karena yang itu udah habis. Makan bareng gue ya, Ca." Suara cowok itu yang santai membuat Matcha muak.
Dia berdiri tanpa merubah ekspresi wajahnya. Matcha memperhatikan Selatan yang tengah membuka jaket juga kaos yang ia pakai untuk dimasukkan ke keranjang kotor.
"Tadi ada ngidam lagi gak?" tanya Selatan.
Matcha memperhatikan Selatan yang kini berdiri lagi dihadapannya. Gadis itu memegang leher Selatan, lalu dia tertawa sinis yang membuat Selatan kebingungan.
"Kenapa, Ca?"
Matcha menatap mata Selatan terlebih dahulu, sampai akhirnya...
PLAK!
Wajah Selatan tersentak ke samping dengan keras karena pipinya baru saja ditampar oleh tangan Matcha. Dengan wajah terkejutnya, Selatan menatap Matcha. Lewat tatapannya ia meminta penjelasan.
"Lo kenapa, Ca? Kenapa lo tampar gue?"
Bukannya menjawab pertanyaan dengan nada penuh kebingungan itu, Matcha malah menampar Selatan lagi. Tatapannya masih dingin, namun jelas napasnya memburu sekarang.
PLAK!
Kini giliran wajah Matcha yang ditampar Selatan. Badannya hampir tersungkur jika saja dia tidak berpegangan kepada lemari.
"Lo kenapa, brengsek! Apa salah gue sampai ditampar dua kali sama lo?!" Selatan berseru.
"Lo mau tau salah lo apa, hm?"
Mata keduanya saling tatap dengan emosi yang menguasai.
"Apa? Apa salah gue?"
Matcha menyeringai. "Lo... Lo bajingan, lo bangsat, lo murahan!"
Kening Selatan mengernyit, tangannya terkepal karena merasa tidak tahan dengan situasi yang seperti ini.
"Gue tau, gue bangsat dan bajingan. Tapi apa maksud lo nampar gue disaat keadaannya lagi baik-baik aja?"
"Lo bohongin gue, lo nafkahin gue dari hasil ngejual diri lo sendiri."
Ditempatnya Selatan langsung terpaku, matanya terbelalak saat mendengar ucapan penuh dengan rasa jijik dari Matcha. Rasa sakit di pipinya hilang dan berganti dengan rasa takut.
"Maksud lo apa? Gak usah ngelantur bangsat-"
"Gue gak ngelantur." Kepala Matcha menggeleng. "lo kerja nemenin wanita kesepian di luar sana, lo jadi jalang versi cowoknya mereka. DI MANA OTAK LO, HAH?!"
Ternyata Matcha sudah tahu semuanya, dan Selatan hanya bisa pasrah sekarang. Cowok itu menghela napas, kedua tangannya meremas rambut karena merasa pusing.
"Gue gini juga karena lo!" katanya yang membuat Matcha tercengang.
"Karena gue? Sialan, gue gak pernah nyuruh lo buat kerja kayak gitu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...