JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN ATUH😡
||||
Minggu yang membosankan bagi Selatan, karena dia harus berdiam diri di kost akibat tidak tahu harus pergi main ke mana. Sedari pagi sampai siang kerjaannya hanya rebahan, mendengarkan musik, dan saling membalas chat dengan Chava.
Disisi lain Matcha memperhatikan semua kegiatan Selatan karena itu menarik perhatian, terlebih saat Selatan beberapa kali tertawa pelan sembari berkutat dengan ponsel. Matcha tidak tahu apa yang sedang Selatan lakukan dengan ponselnya, tetapi tawa pelan cowok itu membuatnya sakit.
"Daripada main HP terus mending lo nyapu sama ngepel aja. Lebih bermanfaat," katanya menyadarkan Selatan.
"Lah, itu tugas lo. Ngapain nyuruh gue?"
"Kan udah gue bilang, gue gak mau nyapu sama ngepel kayak gitu. Gue bukan babu."
Selatan berdecak sambil merubah posisi rebahannya menjadi duduk. Cowok itu menatap sebal ke arah Matcha yang duduk lesehan didekat pintu yang dibiarkan terbuka sehingga Matcha tidak kepanasan.
"Kenapa harus gue sih yang ngerjain semuanya? Nyapu sama gue, ngepel sama gue, beresin baju sama gue, bahkan nyuci sama gue." Selatan menghela napas. "Harusnya lo yang ngerjain semuanya. Lo harus belajar buat bersih-bersih karena sekarang gak ada pembantu yang bisa lakuin semua itu."
Mata Matcha menatap tajam ke arah Selatan, dia tersinggung dengan kalimat terakhir karena faktanya hidup Matcha selalu dilayani oleh para ART di rumah mewahnya.
"Gue gak bisa," gumam Matcha.
Dia tidak bisa melakukan pekerjaan rumah, memegang sapu saja sangat jarang.
"Bisa kalau lo mau belajar. Ca, jangan apa-apa sama gue semua. Gue suami lo, bukan babu lo."
"Gak ada yang anggap lo babu gue."
Senyum meledek Selatan langsung terlihat. "Lo gak inget pernah bilang gue ini babu lo waktu dua tahun yang lalu? Waktu kita masih kelas 10."
Seketika Matcha termenung. Ia menatap Selatan dan mengingat kejadian dulu.
"Gue pacarin lo karena cuma anggap lo babu yang bisa nemenin gue, yang bisa disuruh beliin ini dan itu yang gue mau. Jangan kepedean deh, gue gak sesayang itu sama lo."
Kira-kira itulah perkataan menyakitkan Matcha yang ia tunjukkan untuk Selatan didepan teman-teman sekelas. Dia sengaja berbicara seperti itu untuk mempermalukan Selatan.
"Gak inget." Bohong Matcha.
Selatan tersenyum kecut, maklum dengan ketidak ingatan Matcha karena kejadiannya sudah lama. Tapi sakitnya masih membekas, batinnya berbicara.
Matcha itu ibarat racun baginya. Semua perkataan yang keluar dari mulut Matcha berbisa dan membuat hati Selatan sakit. Tidak ada yang spesial dari Matcha, tetapi Selatan pernah sangat menyayangi sosok gadis berkepribadian iblis itu.
"Sini dah, gue ajarin caranya nyapu," ucap Selatan sembari melambaikan tangan.
Meski enggan akhirnya Matcha pun tetap berdiri dan menghampiri Selatan. Gadis bermuka muram itu menatap Selatan secara ogah-ogahan, dan Selatan tertawa karenanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...