VOTE SAMA KOMEN DUNG!
||||
Selatan masih penasaran dengan siapa yang menjebaknya sampai membuat dia menghamili Matcha di malam itu. Dia harus tahu siapa si brengsek yang sudah membuat kekacauan kemarin.
Raut wajah Selatan nampak datar juga dingin ketika matanya menatap layar ponsel. Rokok yang menyala diantara jari telunjuk juga jari tengahnya semakin pendek, meski tidak dihisap.
"Sialan," gumamnya sembari mendengkus.
Kini Selatan tahu siapa si brengsek itu.
Setelah menghisap rokok dan membuangnya ke selokan kecil, Selatan langsung memakai tudung di sweater yang sedang ia pakai. Siang nanti ada kelas yang harus ia ikuti, tetapi karena sekarang masih jam 9 pagi maka Selatan memutuskan untuk ke tempat di mana Vian berada.
Selatan perlu berbicara dengan manusia paling kalem itu.
"Sendirian?" Selatan bertanya ketika dia duduk di sisi Vian.
Suasana di taman sangat lenggang, hanya ada mereka yang duduk di bangku yang tersedia. Vian mungkin sengaja datang ke sini karena mencari suasana yang tenang jika sedang membaca novel fantasi kesukaannya.
"Iya. Tumben lo samperin gue, ada apa?"
Selatan tersenyum, meski kepalan tangannya sudah gatal ingin menghajar wajah tanpa ekspresi itu.
"Gue cuma mau cerita sama lo," jawabnya yang membuat Vian menoleh.
"Cerita tentang?"
Seringaian terlihat di bibir Selatan. "Tentang betapa gilanya gue sama Matcha semalam."
Meski terpaku untuk beberapa saat, rupanya Vian sangat lihai untuk menormalkan ekspresinya kembali. Cowok itu bertingkah seolah biasa saja.
"Maksud lo?"
"Kita making love semalam. Dia bilang kalau cinta sama gue dan cuma gue yang dia mau. Cowok lain meski itu mau sultan sekalipun, gak menarik di mata dia."
Vian berusaha untuk tersenyum, meski jadinya malah terlihat sarkas. Cowok itu menutup novel yang sedang ia baca sebelum benar-benar melihat ke arah Selatan. Rasanya ia ingin memukul wajah dengan ekspresi penuh kemenangan itu.
"Tumben bilang masalah gituan ke gue," cetusnya.
Selatan terkekeh pelan, mengedikan bahunya dengan acuh. "Cuma berbagi cerita aja sama orang yang udah jebak dan terobsesi sama bini gue."
"Tunggu, lo nyangka gue jebak lo?"
"Bukan nyangka, tapi udah jelas lo yang jebak gue! Bangsat emang. Maksud lo apa, anjing?"
Vian terkejut, jelas. Cowok itu berdehem pelan dan berusaha untuk tetap bersikap tenang.
"Ada bukti?" tanyanya.
Selatan membuka ponselnya, dia memperlihatkan chat beberapa bulan yang lalu di mana itu adalah malam Selatan memperkosa Matcha.
Vian:
Bro, gue udah pesenin lo minumMe:
traktir gue nih ceritanya?Vian:
yoi, enjoy ya"Dan gue sadar, minuman yang udah lo pesenin ada obat perangsangnya."
Vian terkekeh pelan, menertawakan Selatan yang kini nampak sangat ingin menghajarnya. "Ada bukti kalau gue yang masukin obat perangsang ke minuman lo? Bisa aja itu dimasukin sama orang yang iseng."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...