Selatan turun dari bus yang selalu ia naiki untuk sampai ke kampus. Cowok yang memakai kaos dilapisi kemeja itu berjalan menyusuri halaman depan kampus, sesekali dia tersenyum saat ada orang yang menyapanya.
Entah apa yang spesial dari Selatan sampai orang-orang di kampus ini mengenal dirinya, meski tidak semua orang mengenal Selatan.
Apa karena wajah tampannya? Atau karena gosip yang mengedar bahwa Selatan pacar dari Kinsley?
"Selatan!" Seorang gadis bertubuh mungil menghadang jalannya.
"Kenapa?"
Gadis itu menyengir kuda. "Malam Minggu nanti ada acara gak?"
Mata Selatan menyipit, mengingat-ngingat apakah dia mempunyai acara atau tidak di malam itu.
"Gak ada sih, Ci."
Gadis yang dipanggil Ci, atau lebih tepatnya bernama Cici, langsung bersorak senang. Dia menyerahkan satu undangan yang langsung diterima oleh Selatan.
"Datang ke acara birthday party gue. Nyewa klub malam tuh. Datang ya. Free minum," katanya lalu berbisik. "Ada banyak bitches juga."
Kedua alis Selatan naik, dia menatap undangan itu sekilas sebelum melihat Cici lagi.
"Oke, gue dateng. Thanks udah undang gue," ucapnya lalu pamit pergi karena kelasnya sebentar lagi akan di mulai.
Selatan akan menyembunyikan undangan ini dari Matcha, karena jika gadis itu tahu dia tidak akan mengizinkannya untuk pergi.
Kaki Selatan tiba-tiba berhenti mendadak ketika dia berpapasan dengan Malika yang langsung menundukkan kepala. Ah, sudah lama Selatan tidak mengobrol dengan gadis ini.
"Hai," sapa Selatan.
Malika menatap Selatan, meski akhirnya menunduk lagi. Entah kenapa ada sebagian dari dirinya yang merasakan sakit akibat ingat bahwa Selatan sudah punya yang lain.
"Tumben sapaan gue dicuekin gitu aja."
Malika menghela napas. "Aku lagi gak mau ngobrol sama kamu."
Kening Selatan mengernyit. "Lah, kenapa? Gue buat salah?"
Mencoba untuk tidak menjawab Selatan, Malika pun berjalan untuk ke gedung fakultasnya. Tetapi saat melewati Selatan, justru cowok itu mencekal lengan Malika meski dengan cepat dilepas lagi.
"Maaf," gumam Selatan. Dia refleks memegang lengan Malika.
"Please, gak usah ajak aku ngobrol buat saat ini."
Setelahnya Malika benar-benar pergi dengan berlari kecil. Gadis itu meninggalkan Selatan dengan kebingungannya akan sikap Malika.
"Kenapa tu orang? Aneh banget," gumamnya sambil berjalan.
Ada yang salah dengan Malika, Selatan menyadari itu. Mungkin Selatan membuat kesalahan sampai Malika seperti tidak ingin jika bertemu dengannya.
"Hargain aku sekiranya!"
Langkah Selatan kembali terhenti saat mendengar suara dari orang yang ia kenal. Cowok itu menajamkan mata ketika melihat Feye dan Vian tengah berhadapan disalah satu koridor yang menghubungkan ke gudang.
"Aku udah hargain kamu, mau dihargain kayak gimana lagi?" Suara Vian terdengar gusar.
Selatan memutuskan untuk menyandar ke tembok agar kedua orang yang tengah berargumen itu tidak melihat keberadaannya.
"Kamu terus inget dia, bahkan rela nguntit dia sampai kamu lupa sama aku! Aku kemarin udah nunggu kamu, sampai satu jam malah, tapi kamu gak datang karena sibuk merhatiin dia dari jauh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...