jangan lupa di komen sama di vote, makasii!
||||
Pagi ini Selatan menepati janjinya yang akan membereskan kos-kosan agar lebih nyaman ditempati. Cowok itu harus merelakan rasa kantuknya yang masih melanda dan jiwanya yang masih ingin rebahan karena Matcha terus menyuruhnya agar bangun.
Dengan telaten Selatan menyapu lantai di kos, dia beberapa kali melirik Matcha yang justru enak-enakan duduk lesehan dilantai yang memang terdapat di depan kosan.
"Beneran gak mau bantu gue?" tanya Selatan sekali lagi.
Mata sinis Matcha menatap Selatan. "Gue bilang gak mau! Lagian itu tanggung jawab lo, bukan gue."
Selatan melongo. Dia tidak salah dengar, kan? Cowok itu menatap sapu yang ia pinjam ke pemilik kosan– sekalian meminjam alat pembersih lainnya yang ia butuhkan– sebelum menatap Matcha dengan tidak habis pikir.
"Tanggung jawab gue lo bilang?"
"Iya, kenapa hah?"
Selatan menatap kesal ke arah Matcha yang juga menatapnya dengan tatapan murka. "Ini harusnya jadi tanggung jawab lo! Lo itu istri dan gue suaminya. Tugas istri itu bersih-bersih, nyuci baju–"
"Lo pikir gue babu? Keenakan di lo dong kalau gue bersih-bersih kayak gitu. Lo bakal besar kepala dan ngerasa jadi raja!"
Hanya karena disuruh bersih-bersih, Matcha menganggap dirinya sendiri babu? Oke, sepertinya orang kaya seperti Matcha tidak tahu tugas seorang istri di rumah itu bagaimana.
"Lo searching sana tugas istri di rumah ngapain," suruhnya yang membuat Matcha mendengkus.
"Ogah! Pokoknya tugas bersih-bersih itu ya tanggung jawab lo."
"Terus tugas lo apaan di sini? Makan, tidur, main HP doang?"
Mereka saling tatap dengan posisi awal, yaitu Matcha duduk dan Selatan berdiri. Jelas sekali keduanya tidak mau mengalah satu sama lain.
"Suka-suka gue, dong! Lagian siapa suruh hamilin gue?" Matcha berbicara dengan ketus.
Tangan kanan Selatan mengacak rambutnya sendiri, ia hampir frustasi menghadapi kelakuan gadis gila yang satu ini.
"Harus berapa kali gue bilang kalau gue ini dijebak dan berakhir hamilin lo?"
Matcha tersenyum sinis. Dia berdiri untuk saling berhadapan dengan Selatan. Mata mereka saling beradu pandang lagi.
"Gue gak percaya. Emang dasarnya tuh lo udah nafsu sama gue," ucapnya tanpa bisa dikontrol.
"Nafsu?" Selatan mengulangi salah satu kata yang keluar dari mulut Matcha sebelum setelahnya dia tertawa mengejek.
Tentu Matcha heran kenapa Selatan tertawa seperti itu. Memang ada yang salah dari ucapannya tadi?
"Gue gak mungkin nafsu sama cewek kayak lo." Mata Selatan menatap beberapa bagian tubuh Matcha, lalu ia tersenyum miring. "Badan lo gak ada yang menonjol sama sekali, alias tepos."
Mulut Matcha terbuka sedikit karena tak menyangka dikatai tepos oleh cowok miskin itu. Rasanya Matcha ingin menyobek mulut Selatan kalau bisa.
"Tepos lo bilang? Terus kenapa malam itu lo nafsu banget nyiumin semua badan gue sampai ninggalin beberapa kissmark di leher, dada, perut sama selangkangan gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TOXIC [END]
Teen Fiction➜ Follow dulu akun ini yuk! Niat Matcha memutuskan Selatan itu untuk menjauh dari Selatan yang sifat mempermainkan wanitanya tidak pernah hilang meski sudah mempunyai Matcha. Tapi takdir tidak berpihak pada Matcha, takdir yang jahat malah menyatuka...