"mati, gue kesiangan"
pemuda bertubuh jangkung dengan rona pucat diwajahnya itu beranjak dari tempat tidurnya. tergesa-gesa memakai baju seragam yang sedikit kusut, salahnya sendiri lupa menyetrika baju untuk dipakai hari ini.
pintu kamarnya kemudian terbuka lebar, menampilkan sosok perempuan yang sangat ia sayangi. mama.
"mau kemana kak?", mama masuk ke kamar si sulung, menyimpan nampan yang diatasnya ada semangkuk bubur dan segelas air putih diatas nakas.
mama menempelkan telapak tangannya di kening pemuda itu, "udah turun panas nya, masih pusing?", dhista menggeleng.
"ngga ma", jawab dhista.
"kakak gak usah sekolah hari ini, mama udah kirim surat sakit ke sekolah. kakak istirahat aja. sini duduk", mama menarik lengan dhista dengan pelan dan memaksanya untuk duduk dipinggiran ranjang.
mama menyuapi anak sulungnya dengan lembut, sambil sesekali ia tangkup pipi dhista yang kini terasa kurus. dhista juga tidak menolak perlakuan mama, meskipun memiliki badan yang cukup tinggi dan dhista sudah berumur 17 tahun, tapi dhista suka diperlakukan seperti ini oleh mama.
ah, omong-omong perkenalkan. namanya dhista sadha adyatama, biasa dipanggil dhista. laki-laki dengan tubuh jangkung berkulit putih itu adalah anak sulung di keluarga wistara.
sejak kemarin malam dhista demam tinggi karena kehujanan selepas menjemput adiknya kemarin sore.
sebenarnya arka-sang adik-sudah mengirim pesan kalau ia akan menunggu sampai hujan sedikit reda. lagipula ia menunggu di sekolah bersama teman-temannya, tapi kemarin ayah pulang cepat. dan sepertinya ayah sedikit kelelahan karena urusan kantor, dhista dimarahi ayah karena membuat arka menunggu lama di sekolah.
sialnya, mobil dhista ada di bengkel. terpaksa ia harus menjemput arka menggunakan vespa matic yang kini sudah jarang ia gunakan.
"arka sekolah dianter siapa ma?", ucap dhista diikuti gelengan kepala menolak suapan terakhir dari mama.
mama mengambil segelas air putih dan satu butir obat untuk dhista, "dianter ayah sekalian ke kantor. ganti bajunya kak, habis itu istirahat lagi"
mama mengelus surai dhista kemudian keluar dan menutup pintu kamar, mempersilahkan si sulung untuk kembali beristirahat.
-
"sa, yasa", orang yang dipanggil yasa sama sekali tidak menggubris panggilan dari sahabat masa kecilnya itu.
yasa merasa kesal dan sedikit terganggu dengan panggilan dan colekan pada kedua lengannya. siapa lagi kalau bukan arka pelakunya? arka mengikuti, ah lebih tepatnya membuntuti yasa kemanapun ia pergi.
bruk!
"aish, ck, jangan berhenti tiba-tiba yasa! sakit nih pantat gue!", arka terjatuh setelah menabrak punggung yasa yang tiba-tiba saja berhenti. kalau bukan karena untuk membujuk yasa mengantarkannya pulang, arka tidak akan sesabar ini.
"sakit?", yasa bertanya seraya mengulurkan tangannya, bermaksud untuk membantu arka berdiri.
"ya sakit lah bodoh!"
arka kembali berdiri dibantu oleh yasa, "lagian kenapa tiba-tiba berhenti sih?"
yasa melambaikan tangannya pada seorang lelaki diujung koridor, menghiraukan arka yang masih kesal karena ia terjatuh dan sekarang yasa mengabaikannya?!
diujung lorong sana lelaki itu balas melambaikan tangan, lalu menghampiri yasa dan arka dengan satu tangan yang membawa kotak makan siang.
"makan siang buat lo, spesial bikinan mama", ucapnya. bukan yasa yang mengambil kotak itu, melainkan arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...