fix you

304 43 8
                                    

selamat membaca🤍

-

situasi dan keadaan belum tenang meskipun percobaan bunuh diri dhista berhasil digagalkan oleh mahesa kemarin malam. pagi tadi dhista terbangun dengan kondisi mental yang tidak stabil, ia tidak mau menemui siapapun kecuali mahesa.

kenapa hanya mahesa? entahlah, sepertinya karena mahesa adalah satu-satunya orang yang ada disamping dhista saat ia bangun dari tidurnya.

berulang kali mahesa membujuk dhista untuk mengizinkan mama ataupun salah satu diantara mereka diluar sana masuk, tapi dhista tetap menolak. ia bahkan sempat menangis karena dhista pikir mahesa sengaja menyuruhnya untuk bertemu dengan orang yang ia takuti.

siapa lagi kalau bukan ayah.

bukan hanya ayah, kini dhista menganggap mama dan arka juga sama seperti ayah. sama-sama tidak menginginkannya ada di dunia ini, sama-sama membencinya. dhista juga sempat hendak melakukan percobaan bunuh diri lagi, namun berhasil digagalkan oleh dokter dan beberapa perawat yang masuk ke dalam sini.

selain itu, dhista juga bersikap aneh, cara bicaranya berbeda, gerak-geriknya tidak seperti biasanya. mahesa bisa merasakan kalau ada sesuatu yang berbeda dari kekasihnya sejak kemarin malam.

"makan ya? gue suapin"

dhista bergeming tanpa menolehkan wajahnya pada mahesa.

"madep sini dong ta.."

dhista menurut, ia menolehkan wajahnya dengan lemas ke kanan.

hati mahesa lagi-lagi sakit saat melihat kantung mata dhista yang gelap, mata itu bahkan tidak bersinar seperti biasanya. namun sebisa mungkin mahesa tersenyum, ia ingin dhista merasa nyaman saat berada didekatnya.

"coba aaa? ayo makan dulu, habis itu minum obat biar demamnya cepet turun"

"kemarin.. kenapa.. nyelamatin dhista?"

mendengar pertanyaan itu tangan mahesa mengambang diudara, senyumannya bahkan luntur begitu saja karena tak menyangka dhista akan melontarkan pertanyaan seperti ini.

"kenapa? padahal dhista udah ga mau hidup, dhista capek" lirihnya. 

tatapannya yang sendu itu membuat mahesa semakin bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan dhista.

"dhista mau nurut apa kata om ardi biar om ardi sayang sama dhista. kenapa mahesa malah nyelamatin dhista? om ardi udah nyuruh dhista buat nyusul papa. kalo dhista masih ada disini, itu artinya dhista udah jadi anak durhaka karena ga nurutin apa kata orang tua kan?"

mahesa menggeleng, "ngga dhista. lo emang harusnya ada disini dan ga pergi kemana-mana. omongan om ardi ga perlu lo inget-inget lagi"

"lagipula udah ga ada alasan buat tetep tinggal disini. mama udah bahagia, gitu pula arka, sekarang dia bisa ngerasain rasanya punya mama. katanya, bang harsa juga ga jadi berangkat, kak bintang ga jadi sendirian. jadi dhista ga perlu khawatir ninggalin mereka. kalo mahesa.. cari bahagianya sendiri ya? dhista ga bisa ngasih itu buat mahesa"

"lo ngomong apa sih ta? gue ga ngerti, udah deh mending makan aja ya?"

"dhista serius sa. mending mahesa cari bahagianya sendiri, karena dhista ga bisa ngasih itu buat mahesa. dhista terlalu sakit, orang sakit kaya dhista ga pantes disayangi, ga pantes dicintai sama orang lain"

mahesa meletakan nampan yang ia pegang diatas nakas dengan pelan. ia menghela nafasnya saat mendengar ucapan putus asa dari dhista. ini keterlaluan menurutnya, siapa yang berani menorehkan luka pada dhista sampai-sampai dhista bisa berpikir kalau menghilang dari dunia ini adalah jalan terbaik untuknya?

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang