selamat membaca🤍
-
sudah empat hari yang lalu semenjak mahesa mencium dhista, setiap malam mahesa jadi sulit untuk tidur. pikirannya selalu terfokus pada laki-laki yang menangis tempo hari saat hujan turun.
saat pertama kali melihat matanya, mahesa langsung paham kalau dhista menyimpan rasa sakitnya sendirian. bahkan saat keduanya berada di jarak yang sangat dekat, mahesa bisa melihat dengan jelas luka yang ada di pelipis dhista.
saat ia tanya kenapa luka ini bisa ada disana, dhista menjawabnya dengan nada penuh canda, "kepentok ujung meja makan", disertai dengan tawa kecil dari dhista.
mahesa yakin, luka itu bukan karena kecerobohan dhista.
drrrtt
dengan cepat mahesa mengambil ponselnya yang tergeletak diatas meja samping tempat tidurnya, muncul perasaan berharap dari hatinya kalau pesan itu dikirim oleh dhista. tapi sedetik kemudian senyuman itu luntur disertai genggaman pada ponselnya yang mengerat.
pesan itu berasal dari seseorang yang mahesa benci sekaligus ia sayangi seumur hidupnya.
From: Mama
ansk sial! dyrhaks sqama orng tyaa, awas klo ampe lo g pulang hari ini! gw bakar smus bardng baeang lo!(anak sial! durhaka sama orang tua, awas kalo sampe lo ga pulang hari ini! gw bakar semua barang-barang lo!)
jujur, mahesa merasa sedih. bukan karena isi dari pesan yang mama kirim, tapi ia sedih saat mama mabuk-mabukan, membayangkan bagaimana raut wajah mama saat menangis sambil mabuk malah mengundang rasa bersalah di hati mahesa.
kapan mamanya akan berhenti mabuk-mabukan dan berhenti mengirim pesan seperti ini padanya?
"gue sampe ga tau harus gimana"
-
mahesa benar-benar pulang ke rumah orang tuanya. hanya bermodalkan keberanian dan kesabaran ia berani menginjakan kakinya kembali ke rumah sederhana dengan 1001 kenangan di dalamnya.
halaman luar tampak kotor dan kurang terawat, kolam ikan kecil yang ada di samping rumahnya pun nampak kotor dan berbau. mungkin ikan hias yang ada disana sudah lama mati.
ia masuk ke dalam rumah, "ma..", panggilnya sesaat setelah membuka pintu yang tidak terkunci.
prang!
mahesa berjalan menuju sumber suara, pemandangan yang tidak aneh baginya langsung terlihat. botol minuman keras itu berserakan di atas meja makan, sebagian kosong dan sebagian lagi masih bersisa.
ia meraih botol yang digenggam mamanya, "udah cukup minum-minumnya"
"kenapa.. kenapa lo makin mirip sama bapak lo?!"
mama menampar, mencakar, dan memukul wajah anak semata wayangnya. mahesa yang ikut duduk dilantai hanya bisa diam, membiarkan mama melakukan semua sesukanya. lagi pula mama tidak akan ingat setelah ini.
mama menangis, dan mahesa benci mendengar suara tangisan mama karena laki-laki yang mahesa juga belum pernah bertemu dengannya. harus ia panggil apa laki-laki itu? ayah? papa? entah, mahesa bahkan tidak tau bagaimana rupanya.
"pembawa sial! gue nyesel udah ngelahirin elo! kenapa lo harus ada didunia ini sialan!!"
meski kalimat itu sering ia dengar dari mulut mama tapi rasanya tetap sakit. bahkan jauh lebih sakit dari luka cakaran dan pukulan pada wajahnya.
"udah ma, ga capek teriak-teriak terus?", ia memegang kedua bahu mama sambil terus menenangkan. tangisan mama hilang bersamaan dengan tubuhnya yang limbung ke samping.
mahesa menggendong perempuan yang sangat ia sayangi sekaligus ia benci memasuki kamarnya, meletakan tubuh itu dengan hati-hati diatas kasur lalu menyelimutinya.
sudah sejak lama mama tidak pernah mabuk-mabukan, kini mama kembali pada kebiasaan buruknya. berapa banyak botol yang ia habiskan dalam sehari? mahesa membiarkan mama beristirahat dan ia memilih untuk membersihkan semuanya, termasuk bekas muntahan mama di dapur.
merasa kurang puas, mahesa turut membersihkan seluruh ruangan di rumah ini. menyapu, mengepel, mengelap kaca dan lemari yang mulai berdebu. beberapa kali ia menemukan serpihan kaca, sepertinya mama tidak sengaja menjatuhkan sesuatu sampai barang itu pecah.
terakhir, ia masuk ke kamarnya. semua masih tersusun rapih seperti tiga tahun yang lalu. bahkan tidak ada satu barangpun yang pindah dari posisi awal. wangi khas ruangan ini juga masih tercium, hingga kenangan pahit yang ia alami masih berputar dalam benaknya.
ia merebahkan tubuhnya diatas kasur, mencoba melupakan kenangan-kenangan itu. tapi nihil, semuanya bahkan tergambar dengan jelas.
"kenapa gue harus ada didunia ini?", gumamnya.
kalimat itu.. sejak kecil mahesa tidak pernah menangis kalau mama memakinya dengan kalimat-kalimat menyakitkan itu. ia tidak paham dan tidak tau harus apa untuk menebus rasa sesal mamanya.
maka dari itu, selain umpatan, mama sering memukuli mahesa. karena hanya dengan cara itu mahesa bisa menangis keras, dan emosi mamanya bisa tersalurkan.
suatu hari nanti, mahesa ingin sekali bertemu dengan laki-laki yang namanya tidak pernah mama sebut, hanya untuk bertanya, sebenarnya mahesa ini siapa dan untuk apa ia ada di dunia ini?
TBC🤍

KAMU SEDANG MEMBACA
Fix You
Teen Fiction"lights will guide you home, and ignite your bones, and i will try to fix you" - ❗disclaimer❗ -bxb -semua nama tokoh, alur, latar belakang cerita merupakan karangan penulis. jika ada kesamaan hanya kebetulan semata -beberapa part mengandung kekerasa...