fix you

283 40 3
                                    

part kali ini sedikit agak panjang, semoga ga bosenin yaa
selamat membaca🤍

-

omong-omong soal mahesa, dhista jadi teringat kalau ia belum membeli hadiah ulang tahun untuknya. sambil mencari kado yang pas untuk temannya itu, dhista juga menyampaikan pesan dari harsa untuk arka, yang katanya sankara akan menjelaskan semuanya.

tapi arka tetaplah arka, ia masih kesal kalau mengingat hal tentang sankara dan yasa. pasalnya, bukan sekali dua kali ia memergoki sankara dan yasa yang asyik berduaan bahkan berpelukan. ah.. sudah terlalu sakit hati oleh yasa rupanya.

kedua bola mata dhista terus mencari apa yang kiranya bagus untuk dijadikan hadiah ulang tahun, uhm.. mahesa suka bermain gitar, juga suka bermain game, menonton film, lalu apa lagi ya?

"kak? dengerin adek ga sih?"

"hah? iya, denger, bentar-"

"duh! masih nyari kado buat si preman?", dhista berdecak, adiknya itu jadi sering menyebut mahesa dengan sebutan preman sejak mereka bertengkar di minimarket.

"mahesa namanya, panggil kak mahesa. dia seumuran kakak, sankara, sama jaren"

"ga mau, mereka bukan kakaknya adek"

tok tok tok!

suara pintu kamar dhista yang diketuk diikuti dengan pintu yang terbuka. mama rupanya.

"adek kenapa ga belajar?", tanya mama sambil menghampiri arka yang duduk dipinggiran kasur dhista, "adek belajar dulu ya, mama mau bicara sama kakak sebentar", arka mengangguk dan keluar dari kamar dhista.

dhista langsung mematikan komputernya dan memutar kursi jadi menghadap mama. dhista menatap mata mama yang kini sejajar dengan miliknya, dari sini dhista bisa melihat ada jarak yang lumayan jauh antara dirinya dan mama.

tatapannya tidak lagi sama, senyumanya tidak lagi hangat.

"ada apa ma?", dhista beranjak dari kursi dan ikut duduk disamping mama.

"dhis, kamu tau kan kalo keluarganya ayah mau dateng besok?"

ah.. hal itu harus selalu diingatkan terus oleh mama ya? tidak perlu diingatkan juga dhista akan selalu ingat.

"iya, dhista ngerti ma. yaudah kalo gitu dhista ganti baju dulu", dhista beranjak dari duduknya, ia mencari jaket juga menyiapkan beberapa pakaian dan seragam sekolahnya untuk dimasukan kedalam tas.

dhista juga memasukan beberapa buku dan alat tulis, karena ini masih hari kamis, besok ia masih bersekolah.

"maafin mama nak, mama belum bisa belain kamu didepan mereka"

ucapan maaf itu terdengar tak tulus, rasanya mama hanya merasa kasihan karena dhista harus pergi dari sini untuk sementara waktu.

setetes air mata jatuh mengenai punggung tangan dhista, namun ia berusaha abai karena tidak akan ada gunanya jika ia menangisi hal semacam ini lagi. tapi rasa sakit itu semakin bertambah ketika mama juga mulai berubah, dhista seperti kehilangan sosok mama yang dulu.

"kunci mobil ayah udah dhista simpen diatas meja ruang tv ya ma", ia berbalik sambil mengenakan tas ranselnya.

"dhista, mama minta maaf sekali lagi, ini, uang pegangan dari mama. kamu jangan lupa makan, hari minggu sore kamu pulang ya nak"

kata-kata itu keluar dengan mudahnya dari mulut mama, seolah tanpa beban ia menyuruh dhista untuk meninggalkan rumah dan kembali di hari minggu sore hanya karena keluarga dari pihak ayah akan datang dan menginap untuk beberapa hari.

Fix You Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang